“Bagian mana yang paling ingin Kau ketahui? Bagaimana aku membunuh mereka, atau bagaimana aku bisa berubah menjadi seorang pembunuh?”
Senyum Liana terkembang, kedua matanya tetap terpejam saat
Rekaman penganiayaan yang mempertontonkan kengerian berulang kali di putar oleh Raksi dan Pandu. Mereka berdua seperti sedang mencari jawaban dari sebuah teka-teki yang belum terpecahkan. Sering kali mata jernih gadis itu harus terpejam ketika melihat adegan yang membuat dirinya bisa muntah seketika.Kopi dan ca
Buku tulis yang diberikan Raksi pada Liana, hanya dijadikan gadis remaja itu sebagai tempat menggambar. Banyak coretan gadis remaja itu merupakan gambar yang menyerupai kegelapan. Beberapa gambar yang terlihat, tampak lebih jelas dengan adanya bentuk rumah dan sebuah keluarga, sebuah gambar lain menceritakan anak kecil yang terpenjara dalam gelap, sementara gambar lain hanya beberapa benda yang dibuat semenyeramkan mungkin oleh gadis itu.
Siapa yang peduli pendapat seorang anak kecil. Sebagian orang dewasa, menganggap anak-anak seperti robot, harus bertingkah laku sesuai perintah! Kau akan terjebak dalam sebuah kotak yang mengatas namakan kasih sayang, tetapi membentukmu menjadi manusia kerdil, atau mungkin menjadi badut pembunuh!
Suara rintih kesakitan terdengar pelan dari dalam gudang yang gelap gulita, beradu dengan keluhan tertahan dari rasa cemas yang menyapa di dalam hati Ahkam dan Namla. Perih mendera wajah, memaksa mereka berdua menarik kembali ingatan yang telah mundur ke belakang.Lintasan peristiwa mengerikan yang baru saja mereka alami beberapa ja
Apa yang telah kau berikan pada sebuah benih kecil, akan melekat kuat dalam ingatannya yang baru tumbuh. Rasa asam, manis, dan pahit sekali pun akan ditelan tanpa penolakan. Namun, ia mengingat untuk tiap rasa tersebut dan akan memberikannya kembali padamu.Ahkam dan Namla telah menanamkan kebencian, kemarahan,
Riuh suara gergaji mesin, memekakkan telinga Ahkam, nyalinya ciut, melihat Liana mengayunkan benda bergerigi tajam itu ke sana kemari. Gadis remaja yang sudah hilang rasa kemanusiaan, tertawa riang melihat bias ketakutan di mata ayahnya.“Tenang, Papa. Aku tidak akan memotong tubuhmu dengan gergaji ini,” senyum
Cafe tepi sungai yang menjadi tempat favorit Raksi dan Pandu bertemu, selalu membawa cerita yang tidak terduga.Mereka telah lama tidak mengunjungi cafe, secara tidak sengaja bertemu dengan teman-teman Liana. Para remaja itu tidak pernah menduga akan bertemu dan bisa mengobrol dengan kedua orang yang saat
Cafe tepi sungai yang menjadi tempat favorit Raksi dan Pandu bertemu, selalu membawa cerita yang tidak terduga.Mereka telah lama tidak mengunjungi cafe, secara tidak sengaja bertemu dengan teman-teman Liana. Para remaja itu tidak pernah menduga akan bertemu dan bisa mengobrol dengan kedua orang yang saat