Share

Lexa 3

“Heh, anak kecil. Lo gak ada sopan santunnya ya sama kakak tingkat, gua ini senior lo!” Jawab senior yang lain dengan nama Amanda, sambil mendorong bahu Lexa yang tetap bergeming di tempat. Namun Lexa tetap tidak takut dengan ancaman mereka, dengan wajah datar dengan tatapan yang semakin tajam.

Astaga mau nya apa sih para jalang ini. Batin Lexa teriak. Lexa berusaha untuk menahan diri supay tidak melayangkan bogeman ke para wajah senior yang tebar pesona dihadapannya. Sebelum Nesa melayangkan tamparan ke pipi Lexa, tangan Nesa sudah ditahan lebih dulu oleh Lexa dengan smirknya.

“Lepasin tangan gue!” Nesa berteriak sambil meringis karena cengkraman kuat yang diberikan Lexa.

“Apa lu bilang? Lepasin? Setelah apa yang bakal lu lakuin, sekarang lu malah kesakitan.” Lexa tertawa remeh. Lexa semakin menjadi melintir tangan Nesa sampai mengerang.

“ARRGGHHH!! SAKIT! Lepasin gue!” Teriak Nesa.

“Jangan pernah ganggu kehidupan gue sama Marcus. Gua gak pernah main-main sama omongan gua atau tangan lu akan lepas dari tempatnya.” Setelah itu Lexa mendorong kuat tubuh Nesa sampai tersungkur ke lantai. Lexa memang bukan wanita yang lemah di depan orang yang gak dikenal karena didikan Derril, untuk menjadi wanita yang teguh pendirian.

Di sisi lain, Marcus yang melihat kejadian antara Lexa dan Nesa hanya senyum karena terpesona dengan ketangguhan Lexa yang tidak kenal takut dengan para senior nya. I will never let you go until whenever. Batin Marcus.

Lexa sudah Kembali ke dalam kelaa, dan duduk di kursinya.

“Lu darimana aja sih? Hampir stengah jam ke toilet doang.” Tanya Selin si manusia kepo.

“Nothing to do. Tadi hanya ada sedikit masalah kok.” Jawab Lexa santai.

Selin yang mendengar jawaban Lexa hanya mendengus. Sedikit masalah tapi kabur kelas lama banget. Gerutu Selin dalam hati.

Jam makan siang baru saja dimulai, meskipun sedang istirahat mahasiswa tetap harus minta ijin kepada kakak pendamping untuk ke toilet dan tidak diijinkan untuk bergerombol keluar kelas. Pintu kelas Lexa terbuka lebar dan muncul dua orang panitia untuk mengantarkan makanan ke kelas salah satu diantaranya adalah Marcus dan Ben.

**

Marcus masuk ke kelas Lexa sambil membawa kardus yang berisi makan siang, begitu juga dengan Ben. “Ben nanti lu aja ya yang balik, gua mau tukeran jaga sama Stacy.”

“Tumben banget lu mau tukeran. Ada cewek lu di kelas? Lu udah ngomong sama si Stacy?” Tanya Ben beruntun.

“Iya gua udah ijin. Yah biasa gua mau ngawasin dia.”Jawab Marcus santai.

Marcus dan Ben mulai membagikan makan siang ke masing-masing peserta yang ada di kelas. Banyak para kaum hawa yang mulai tebar pesona kea rah mereka, termasuk teman-teman Lexa.

“Lex, mereka dewa?” tanya Selin lebay.

“Anjir, itu badan bikin Rahim gua anget.” Kata Cally dengan mata yang terus melihat kea rah Ben yang sibuk memberikan makan siang. Lexa yang mendengar mulut bar-bar Cally langsung menjawil mulut Cally yang menganga seperti macan betina kelaparan.

“Kalo ngomong di filter Cal.” Kata Lexa mendesis. Cally hanya terkikik geli.

“Please guys, kalian berdua memang lebay.” Sahut Anna cuek dengan mata yang hanya fokus kea rah ponselnya. Sedangkan Lauren dan Robin menyumpal telinganya dengan headphone sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ketika Marcus sampai di depan Lexa, ia langsung menaruh kotak makan siang sambil mengusak pelan puncak kepala Lexa. “Makan yang banyak.”

“What the hell!? Kalian saling kenal!?” Tanya Selin kaget.

“Lebih tepatnya kami sepasang kekasih.” Bukan Lexa yang jawab tapi Marcus, sambil Kembali ke tempat duduk pendamping kelas.

“Shit! Demi Fortuna! Cowok lu kyk dewa sumpah, otot kekar, suara seksi, muka mulus. Pistolnya gede gak?” tanya Cally bar-bar.

“Ya Tuhan Cally, tolong kalo ngomong gak usah vulgar bisa kan? Gua mau makan.” Jawab Lexa kesal. Ia tidak habis pikir teman-teman barunya ternyata sudah pro dalam urusan ranjang. Jauh berbeda dengan Lexa walaupun sering minum alcohol tapi urusan ranjang dia belum pernah untungnya.

Cally terkikik geli dengan tingkah Lexa yang sedikit gugup. “Santai aja Lex.”

Setengah jam kemudian, waktu makan siang selesai. Dan dilanjutkan dengan sesi berikutnya dengan kakak pendamping yang berbeda. Sesi selanjutnya adalah perkenalan organisasi mahasiswa yang diketuai oleh Marcus sendiri serta beberapa teman satu organisasinya yang merupakan sahabat Marcus juga turut hadir di dalam kelas. Ben, James, dan Reynard.

“Selamat siang semuanya.” Sapa Marcus saat mulai perkenalan.

“Siang!” jawab serempak seluruh peserta.

“Sesuai dengan sesi hari ini, kita akan memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari organisasi mahasiswa. Disini kalian santai saja, tidak usah tegang. Gua akan memperkenalkan diri gua secara singkat begitu juga dengan teman gua yang ada di depan sini. Nama gua Richard Marcus Hosea, biasanya di panggil Marcus, jabatan gua sebagai president atau ketua organisasi.” Setelah Marcus perkenalan diri, dilanjutkan dengan Ben yang menjabat sebagai sekretaris, James sebagai bendahara, dan Reynard sebagai ketua koordinator kegiatan.

Cally, Selin dan Letty menatap kagum dengan teman-teman Marcus yang ada di depan. Sudah rupawan, aktif organisasi, wajah malaikat, no minus pula. Batin mereka bersamaan.

Sesi perkenalan oganisasi diakhiri dengan pemberian flyer dan permen sebagai bentuk partisipasi mahasiswa baru yang sudah mau mendengarkan perkenalan singkat mereka. Selin dan Letty sontak kegirangan karena di flyer tersebut ada contact person Reynard dan James. Lantas mereka langsung mendaftarkan diri untuk menjadi calon anggota baru di staff tersebut tak terkecuali Cally. Sedangkan Lexa, ia masih dilemma ingin daftar atau tidak. Karena ia tidak ingin dikekang dengan peraturan yang tidak masuk akal.

Cally Short Story

5 bulan yang lalu….

Callysta Robert Anderson-Cally- sedang besenandung ria sambil menyetir menuju pusat perbelanjaan terkenal di Jakarta. Mengingat siang ini Call yada janji bertemu dengan Michael-kekasih Cally- karena kesibukan Michael yang baru saja menjabat sebagai CEO di perusahaan otomotive yang cukup di pandang di negaranya menggantikan posisi sang ayah yang sudah pension. Usia Cally dan Michael terpaut tiga tahun dan mereka sudah selalu bersama dari masih menduduki sekolah dasar. Namun saat Cally keluar dari mobilnya setelah terparkir, tanpa sengaja mata hijaunya menangkap sosok pria yang sangat mirip dengan Michael sedang asik bercumbu dengan seorang wanita di dalam mobil dimana kaca film mobil tersebut lumayan transparan.

Cally semakin yakin kalau orang tersebut adalah Michael karena plat mobil tersebut sama dengan yang sering dipakai Michael. Mata Cally ikut menajam untuk melihat dua sejoli itu, walaupun ia selalu berpikir keras kalau yang di dalam mobil tersebut bukan Michael.

Tapi, bagai petir di siang bolong. Apa yang Cally lihat ternyata memang benar adanya, Michael sedang bercumbu dengan wanita yang tidak ia kenal. Badannya seperti dicabut dari tempatnya, mata Cally terasa panas tapi ia segera Kembali ke mobilnya untuk menumpahkan segala rasa kecewa, marah, sakit bercampur jadi satu.

Ternyata selama ini gue bodoh. Michael yang dulunya selalu prioritasin gue karena gue orang yang bergelimang harta. Gue udah nyerahin seluruh milik gue, tapi dia main di belakang gue. Teriak Cally dalam hatinya.

Cally mengeluarkan ponselnya untuk memblokir seluruh sosial media milik Michael termasuk nomor handphone. Cally memutuskan untuk Kembali ke rumahnya untuk menuntaskan semua tangisannya.

Hari sudah beranjak malam, tapi Cally masih setia dibawah selimut tebalnya sekarang ia bingung harus melampiaskan lagi dengan cara apa. Tapi lamunannya langsung buyar dengan suara ketukan pintu kamar. Tapi Cally mengabaikannya dan memilih untuk memejamkan mata.

“Sayang, ada Michael dibawah dia mau ketemu kamu.” Kata ibu Cally setelah mengetuk pintu kamar Cally.

Astaga, bastard itu lagi. Batin Cally. Dengan rasa malas, Cally beranjak untuk membersihkan diri dan setelah itu menyusul ke ruang keluarga dimana Michael duduk menunggu kedatangan Cally.

“Ikut gue.” Jawab Cally dingin tanpa memedulikan Michael yang hendak memeluk Cally.

Michael dan Cally berada di halaman depan rumah mereka, dan belum ada yang membuka pembicaraan. Michael yang bingung dengan raut wajah Cally yang tidak seperti biasanya. Cally yang bebal dengan tingkah Michael yang tidak terjadi apa-apa setelah ia lakukan di parkiran mall.

“Sayang, kamu kenapa sih? Aku telpon kamu nomornya selalu dialihkan, aku chat Cuma centang satu. Aku salah apa sama kamu?” Michael mulai buka suara setelah limas belas menit gak ada saling sapa.

Cally tertawa miris mendengar pertanyaan Michael. Sudah main di belakang masih saja mengemis. Batin Cally.

Cally berbalik ke belakang dengan wajah datar tanpa senyuman yang biasanya ia berikan untuk Michael. Dan sebuah bogeman ia berikan kepada pipi kanan Michael, sampai terjerembab ke lantai. Michael menatap kaget kepada Cally karena ini pertama kalinya ia hajar oleh seorang wanita dan itu kekasihnya sendiri.

“PERGI DARI RUMAH GUE DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DARI RUMAH GUE LAGI BIADAB!” teriak Cally menggelegar, rasanya seluruh beban yang ia pegang di bahunya hilang setengah setelah menonjok Michael.

“Maksud kamu apa sayang? Salah akua pa? kenapa kamu malah nonjok aku?” tanya Michael

“Gak usah pura-pura bego ya. Gua udah gak ada urusan lagi sama lo, mendingan lo jauh-jauh dari hidup gue. Gue udah gak sudi sama lo.’ Kata Cally datar dan penuh penekanan. Michael hanya bisa bergeming di tempat, melihat Cally masuk ke dalam rumah serta mengunci pintunya.

Cukup sudah aku dipermainkan seperti ini. Batin Cally. Sejak kejadian itulah Cally selalu menjadi player one night stand dia sudah tidak peduli dengan perasaannya karena merasa trauma apa yang dilakukan Michael terhadapnya.

Begitupun selama liburan kelulusan sekolah dimulai, hamper setiap malam Cally selalu berkunjung ke club malam hanya untuk minum cairan kuning dan alcohol, atau mencari pria one night stand.

Satu bulan kemudian…

THE N CLUB

Cally sedang sendirian di club malam, sambil menggoyangkan sloki yang berisi cairan warna kuning. Ditemani oleh seorang pria yang baru saja kenal beberapa menit yang lalu. “Kau bosan sweetie?” tanya seorang pria yang sesang mendekapnya dari belakang sambil mengelus puncak kepala Cally dengan sayang.

“Ya lumayan bosan, apa kita mau pindah tempat saja?” tanya Cally manja pada Ben. Yup. Cally dan Ben sudah berkenalan lebih dulu sebelum mereka bertemu Kembali di universitas yang sama. Mereka sudah menjadi partner ranjang kurang lebih selama satu bulan setelah Cally tidak lagi menjalin hubungan dengan Michael. Tapi asumsi itu hanya berlaku untuk Cally, tidak dengan Ben.

“Ahh… shh… akh!” desahan serta erangan erotis memenuhi seluruh ruangan hotel yang mereka tiduri. Sejak mereka masuk ke dalam kamar hotel yang mereka booking, Ben langsung menerjang Cally dengan cumbuan yang menggebu seakan mereka tidak punya kesempatan lagi untuk bercinta.

Ben sangat terpesona dengan bentuk fisik yang dimiliki oleh Cally semuanya sempurna, bokong yang sintal, payudara yang pas di telapak tangannya tidak besar dan tidak juga kecil, kulit putih mulus seperti susu tanpa cacat sedikitpun. Semuanya sempurna. Itu yang ada di pikiran Ben.

“Ya sebut namaku sayang! Akh! Cally! Fuck!” Ben menggeram di ceruk leher Cally. Ya Tuhan liang surge Cally begitu nikmat sekaligus candu bagi Ben. Ben terus menghujam Cally dengan cepat dan dalam sampai ranjang yang mereka tiduri ikut bergerak sesuai dengan ritme mereka.

“Oh God… Ben! Jangan berhenti… ini nikmat… eungghhh…” Ben mencium rakus bibir Cally yang terus mengeluarkan desahannya. Mereka tidak kenal rasa Lelah, gairah telah mendominasi diri mereka sampai suhu di dalam kamar tidak dingin karena kabut gairah yang sudah memuncak.

“You’re so tight babe! Akh! Cally”

“Ben!”

Mereka saling meneriakan nama pasangannya bersamaan dengan puncak klimaks mereka. Ben jatuh diatas tubuh polos Cally dengan nafas mereka yang tersengal-sengal akibat percintaan panas dan menyusul kea lam mimpi mereka masing-masing sambil mendekap hangat dibawah gelungan selimut.

AWAL YANG BARU

Hari Sabtu merupakan hari terakhir dimana para mahasiswa baru secara resmi menjadi menjadi mahasiswa di kampur tersebut. Tak terkecuali Lexa, Cally, Selin, Anna, Lauren, Letty, Robin, dan Albert. Mereka begitu antusias mengikuti acara terakhir di kampus, dan dilanjutkan merayakan bersama di sebuah club malam milik Marcus. Ya, sejak lulus SMA Marcus memulai bisnis nya bersama Ben, James, dan Reynard dengan buka sebuah club malam yang tentu saja tanpa sepengetahuan Fanny dan Dirk-orang tua Marcus.

Marcus mengajak Lexa dan teman-teman barunya untuk ikut bergabung dengannya bersama Ben, James, dan Reynard tentu saja. Marcus sudah menyiapkan ruangan VVIP khusus untuk para tamu penting, dan semuanya tidak dipungut biaya alias Marcus yang membayar semua tagihannya nanti. Sungguh orang kaya.

Mereka semua sudah berkumpul di ruang VIP dan duduk saling berdampingan. Marcus dengan Lexa, Cally dan Ben, Selin dan James, Anna dan Albert, Lauren dan Robin, Letty dan Reynard. Mereka belum tahu hubungan yang sebenarnya antara Ben dan Cally, tetapi baru beberapa hari mereka kenal satu sama lain membuat mereka tidak ada yang menyadari hubungan yang dijalani oleh Ben dan Cally.

Sedangkan Selin berusaha menarik perhatian James karena James sama seperti Marcus sebelum bertemu dengan Lexa. Pria dingin dan tidak tertarik pacaran. Sepertinya Selin harus berjuang ekstra untuk mendapatkan perhatian dari pria dingin seperti James.

Marcus dan Lexa menikmati dekapan hangat dengan Lexa yang bersandar di dada bidang Marcus. Menikmati elusan lembut di puncak kepala Lexa. Sedangkan teman-teman mereka yang lain sedang asik mengobrol dan mendengar humor yang dilontarkan oleh Albert untuk Letty. Mungkin semua orang berpikir kalau Albert menaruh perasaan lebih pada Letty tapi Letty yang terlalu cuek dengan keadaan sekitarnya sehingga ia hanya menganggapnya hanya gurauan semata.

James yang tidak tahan dengan sikap Selin yang selalu berusaha untuk menempel akhirnya pergi dari ruangan itu dengan alas an untuk pergi ke toilet, Ben yang sadar raut wajah James yang tidak biasanya memutuskan untuk mengikuti James keluar.

James memutuskan untuk pergi ke rooftop untuk mencari udara segar di malam hari sambil menyalakan sebatang rokok menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. James mulai merokok sejak orang tua mereka bercerai, itulah sampai sekarang dia tidk percaya adanya cinta. James berasumsi jika mencintai seseorang akan selalu berakhir menyakitkan. Tidak lebih. Lamunan James hilang dengan pertanyaan Ben yang sudah berdiri di sampngnya.

“Kenapa lu keluar?” tanya Ben berdiri di samping James sambil berpegangan pada pembatas besi.

James menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, sebenarnya ia tidak mengerti kenapa ia memilih keluar dari ruangan itu. Entahlah, ia sendiri tidak tahu.

“Hanya mencari udara segar.” Elak James.

“Apa karena Selin yang terus menganggumu?” tanya Ben to the point yang langsung ditatap oleh James, seakan lebih menarik disbanding pemandangan kota malam.

“Tidak juga. Gue emang ingin sendiri saja.” Jawab James datar. Yang sukses membuat Ben terkekeh pelan.

“Tidak ada salahnya untuk buka hati lu James, tidak selalu mencintai seseorang berakhir menyakitkan.”

James tidak menggubris perkataan Ben, pandangannya kemabli ke pemandangan kota malam beserta lampu jalan yang menerangi sampai Ben menepuk Pundak James Kembali.

“Gue gak bisa maksa lu, semuanya lu yang jalani dan gua cuman memberi saran. Menurut gua pribadi, tidak ada salahnya lu sama Selin berteman karena menurut gua Selin orang yang baik.” Ben pun pamit undur diri untuk Kembali ke ruangan dimana Marcus dan lainnya berkumpul.

Perkataan Ben terakhir kali terus terngiang-ngiang di pikiran James. Benarkah? Apakah James bisa berteman dengan Selin dengan segala siifat pecicilannya? Entahlah, jawabannya akan ada setelah James mencobanya sendiri.

Sedangkan di ruang VVIP sendiri suasana tampak riuh dengan candaan terlebih dengan sifat humor dan romatis dari Marcus untuk Lexa yang membuat teman-teman yang lain ikutan baper. Marcus yang tidak tahu malunya melumat bibir Lexa, yang dibalas dengan tatapan horror dari Lexa. Benar-benar pasangan serasi.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, dan suasana club tersebut semakin ramai dengan banyak pengunjung juga dance floor yang semakin padat. Tetapi mereka semua lebih memilih untuk pulang terutama Lexa dan Marcus sebelum Fanny meneror Marcus dengan telpon.

Lexa dan Marcus sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang. “Kamu ingin langsung pulang ke rumah kamu atau masih mau nginap di rumah aku?”

Lexa bergumam sesaat tampak berpikir sebelum berujar lagi. “Aku nginep lagi aja. Mau tidur di pelukan kamu.” Adu Lexa manja. Marcus gemas melihat muka Lexa yang menggemaskan Ketika manjanya kumat, benar-benar seperti koala.

Sementara di sisi lain, Cally terus menatap Selin yang selalu berusaha menarik perhatian James agar mau berteman dengannya atau setidaknya mau mengobrol dengannya. Cally tidak habis pikir dengan Tindakan Selin, ia merasa iba karena sahabatnya selalu diabaikan oleh James.

Cally mulai penasaran kenapa Selin begitu antusias ingin berkenalan dengan James. “Ben, ini perasaan gue aja atau emang James yang tidak tertarik sama sekali untuk ngobrol sama Selin? Jujur gue kasian sama Selin yang selalu diabaikan gitu aja sama sifat dingin James.”

Ben yang sedang mendekap Cally dari belakang, semakin mempererat pelukannya sambil membubuhkan ciuman ringan di puncak kepalanya. “Jangan pikirkan, itu sudah urusan mereka sweetie. Lagian memang sifat James yang tertutup, dan dia juga tidak pernah bergaul dengan perempuan yang baru dikenal tapi aku yakin suatu saat mereka akan akrab.”

Cally hanya bergumam pelan menyetujui apa yang baru saja Ben katakan memang benar adanya.

Sementara Albert, Anna, Lauren, dan Robin sedang berdansa di dance floor. Mereka saling saling peluk berhadapan mengikuti irama music yang sedng dimainkan, Albert bersama Letty dan Anna bersama Robin. Sedangkan Reynard dan Letty menjadi nyamuk diantara dua pasangan yang berada di ruangan VVIP.

Robin terus memandangi wajah Anna yang sedang menundukan kepalanya seakan lantai lebih menarik disbanding wajah pria yang ada di hadapannya. Robin menarik pelan dagu Anna. “Kamu kenapa?”

Lidah Anna terasa kelu tatapan Robin seolah menghipnotis Anna, ia tidak mampu menjawab pertanyaan Robin. Tatapannya …. Sangat tajam … walaupun begitu tenang. Astaga apa yang kau pikirkan Anna. Kau tidak boleh jatuh terpesona dengan Robin. Anna Kembali menundukkan kepalanya tapi jari telunjuk Robin menahan dagunya dan mengangkatnya Kembali.

“Tatap mataku Anna.” Titah Robin yang membuat nyali Anna menciut. Tapi disbanding menatap mata Robin, ia meletakan kepalanya di dada bidang Robin mendengar detak jantungnya yang tenang.

“Kenapa hm?” jujur sebenarnya Robin terkejut dengan tindakan Anna tiba-tiba ini pertama kalinya Anna bersandar di dadanya sebelum tangannya menuntun terlebih dahulu. Apakah ini pertanda baik? Apakah Robin punya peluang?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status