Share

Lexa 47

LEXA 47

Tepat pukul delapan pagi mobilku sudah menunggu di area hotel tempat aku menginap. James sudah siap dengan tas tangan yang berisi map tebal untuk dibahas hari ini tak lupa dengan ipad yang selalu menempel di tangannya.

“Lo sudah dapat lengkap informasinya?”

“Sudah. Dia adalah Kim Min Young sudah tahun ke enam tinggal di Korea dengan gelar sarjana Akuntansi lulus predikat cumlaude yang sekarang bekerja di Royale Company sebagai desainer khusus di bagian perhiasan. Tidak terlalu jelas di bagian latar belakang keluarga. Dari visual aku bisa nebak jika Kim Min Young bukan warga negara asli Korea tapi dia salah satu alumni dari salah satu universitas negeri disini dari jalur beasiswa. Hanya itu yang bisa gue sampaikan.” Jelas James.

“Kabarin info lanjutnya.” Aku langsung masuk ke dalam mobil menuju Royale Company untuk melanjutkan rapat mengenai desain yang harus diperbaiki.

Tepat setengah jam kemudian. Mobilku sudah tiba di depan lobby Royale Company, semua pegawai kantor menyapaku dengan hormat dengan membungkukkan sedikit badan mereka yang aku balas dengan anggukan hormat sambil berjalan menuju elevator khusus untuk petinggi.  

Aku tiba di ruanganku lengkap dengan berkas yang sudah bertengger di meja kerja yang menandakan sudah harus ditinjau lebih awal. Ya selama tiga bulan ke depan, aku diinfokan untuk menetap sementara di korea untuk memantau langsung project yang aku ambil untuk pergantian musim semi berikutnya. Baru saja aku meletakan mantel dan jas di tempat gantungan, suara ketukan pintu Kembali terdengar. James masuk ke ruanganku.

“Ada apa?” tanyaku to the point.

“Min Young-ssi dilarikan ke rumah sakit.” Jawabnya membuatku heran.

“Kenapa bisa?”

“Salah satu elevator karyawan yang dinaiki mengalami kerusakan. Itu yang menyebabkan Min Young-ssi terjebak didalamnya hingga tidak sadarkan diri.” Info James benar-benar membuatku kalang kabut seketika padahal Min Young bukan siapa-siapa. Aku langsung bersiap menuju rumah sakit tempat Min Young dirawat.

“Antarkan aku dimana tempatnya dirawat sekarang.”

“Baik Sir.”

*

Wooridul Spine Hospital, Gangnam-gu, Seoul

Sayup-sayup aku mendengar beberapa orang sedang mengobrol entah hal apa di dekatku. Saat aku mulai sadar, aku bisa mencium bau alcohol campur obat di ruanganku. Saat kedua mataku bisa terbuka dengan sempurna, aku baru sadar… sekarang aku sudah berada di rumah sakit. Aku berusaha bangkit namun baru setengah kepalaku naik, seseorang sudah menahanku untuk tetap berbaring.

“Jangan terlalu banyak bergerak dulu kamu masih belum pulih.” Ini suara Reynard.

Seonbaenim… kenapa kamu bisa ada disini?” tanyaku terheran.

“Iya kebetulan tadi akua da perlu di kantor kamu cumin kebetulan aku juga meliat kejadian itu. Waktu kamu dikeluarkan dari dalam, udah gak sadarkan diri. Jadi aku putuskan buat ngikutin kamu ke rumah sakit buat mastiin keadaan kamu baik-baik saja.”

“Udah berapa lama aku pingsan?” aku tersadar karena waktu sudah menunjukkan tengah hari.

“Sekita empat jam aku rasa. Dokter bilang gak masalah karena tubuh kamu butuh proses buat menghilangkan rasa takut pasca kecelakaan.” Jawab Reynard sebelum memberikanku segelas air yang sama sekali tidak membuatku tenang.

“Tidak masalah bagaimana. Ada ada deadline mengenai desain sama Tuan Leander. Bisa-bisa aku kena surat peringatan sama PD nim!” teriakku frustasi.

“Fokus sama Kesehatan kamu dulu Lexa. Masalah Marcus biar aku yang urus kamu tenang saja. Sebelum kamu bangun, Marcus sudah kesini juga.” Sepertinya seniorku ini memang sudah gila. Kenapa Marcus bisa datang kesini!? Untuk apa juga!?

“Mau ngapain dia kesini?” tanyaku delik.

“Aku juga gak tau.. mungkin mau menjenguk mantan kekasihnya yang tertinggal di negara sebrang..” goda Reynard sukses membuat wajahku merah padam sekarang.

“byeong-sin saek-ki!!” Reynard langsung melipir menjauh keluar kamar setelah mendengar umpatan laknatku yang benar-benar membuatku kesal. Sekarang kepalaku rasanya berputar tiada henti. Jadi aku putuskan untuk beristirahat sebentar. Dokter mengatakan, aku sudah diperbolehkan pulang keesokannya harinya setlah badanku Kembali fit.

Malam menjelang, Jaehyun dan Reynard Kembali menjengukku dengan membawa berbagai macam makanan yang membuat iler ikut menetes. “Seonbaenim… kamu gak capek ya bolak balik ke rumah sakit cuma buat anter makanan doang. Padahal baru tadi sore kamu kesini buat anterin cemilan.” Jujur saja aku benar-benar tidak enak dengan dua manusia yang baik hati sekaligus laknat ini. Mereka berdua benar-benar teman yang paling sering menolongku sejak pertama kali aku menginjak kaki di korea dimulai dari masalah kampus, hingga sekarang masalah pekerjaan kadang mereka tidak segan untuk membantuku. Padahal divisi kita jelas-jelas berbeda. Ya … mungkin ini yang disebut dengan murni persahabatan tanpa pandang bulu.

“Jangan mikirin kita yang sibuknya kayak apa. Pikirin tuh Kesehatan lo. Udah tahu takut gelap, sendirian di lift masih aja kena musibah.” Cibir Jaehyun.

“Aku juga gak tau kalo yang itu seonbae… jangan salahin aku yang itu..” kalau sudah dicibir seperti ini aku hanya bisa mencicit tidak jelas mencari perlindungan di belakang Reynard.

“Giliran mulai disalahin, punggung gue langsung di cari deh.” Sindir Reynard tapi aku tidak peduli. Aku hanya makan samgyeopsal dengan lahap tanpa menghiraukan cibiran dari mereka berdua.

Tak berselang lama, pintu kamar nomor 217 terbuka lebar dan muncul dua pria berahang tegas dengan jas dan mantel tebal melekat di tubuh masing-masing berjalan memasuki kamar inap Lexa membuat fokus ketiga manusia yang sedang makan teralihkan. Reynard langsung bangkit menyapa sahabat lamanya berbeda denganku dan Jaehyun yang memberikan salam hormat seperti biasanya. Terutama aku yang harus menjaga sikap agar tidak ketahuan jika aku adalah Lexa bukan Min Young.

*

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, James sudah mengetuk pintu ruanganku jika sudah waktunya pulang. Rencananya aku akan menjenguk salah satu karyawan yang tadi pagi kecelakaan. Sekaligus aku semakin penasaran dengan sosok yang bernama Kim Min Young itu. Meskipun James sudah memberiku banyak informasi, namun tidak ada teka-teki asal muasal wanita itu.

Sebelum sampai di rumah sakit aku memutuskan untuk pergi ke toko buah sebentar hany untuk sekedar memberi buah tangan sekaligus mengetest apakah Min Young makan buah atau tidak karena Lexa adalah orang yang phobia terhadap buah. Aku beli beberapa jenis buah, seperti stroberi, blueberry, dan jeruk. Karena seingatku Lexa paling tidak suka sama ketiga jenis buah yang aku beli.

Saat sampai di rumah sakit aku langsung menuju lantai dua dan menanyakan letak kamar Min Young. Setelah diberitahu, aku langsung buka pintu kamar karena setelah aku ketuk tidak ada respon sama sekali yang aku dengar hanya suara ketawa dari tiga orang berbeda yang pastinya aku mengenal dua orang diantaranya.

Ternyata Min Young sedang menikmati makan malam yang dibawa oleh sahabatku dan salah satu teman mereka juga. Tunggu dulu… Reynard? Disini aku baru sadar kedekatan Reynard dan Min Young seperti teman lama yang sudah sangat akrab. Mereka semua langsung melakukan sikap hormat begitu aku masuk kamar kecuali Reynard yang langsung memelukku ala sahabat.

Ternyata dia Jaehyun salah satu teman dekat Min Young. Melihat kedekatan mereka berdua membuat sifat cemburuku langsung muncul begitu saja. Rasanya aku ingin langsung menendang dia keluar dari gedung ini sekarang juga melihat bagaimana Jaehyun memperlakukan Min Young seperti seorang kekasih.

Saat aku masuk, entah kenapa wajah Min Young seperti terkejut tapi ia berusaha untuk menutupinya yang membuatku gemas entah apa alasannya. Reynard langsung mengajakku keluar untuk membicarakan sesuatu mengenai pekerjaan tapi aku larang karena aku ingin berdua saja dengan Min Young untuk sekedar menanyakan keadaannya.

Aku meletakkan parsel buah di atas meja kecil tepat di sebelah bangsal tempat Min Young duduki. Aku melihat dari ekor mataku bahwa saat ini Min Young dilanda kegugupan yang ingin membuatku tertawa tapi aku tahan. Jaehyun langsung mempersilahkan aku duduk dan menyeret Reynard keluar diikuti James di belakangnya hingga menyisakan aku dan Min Young berdua saja di dalam kamar.

Aku Melihat Min Young mulai salah tingkah karena terus aku pandangi hingga ia mulai berdeham sedikit demi menguapkan rasa gugupnya. Astaga dia benar-benar gemas.

“Kau sudah selesai makan?” tanyaku beralibi untuk meredam tawa.

“S-sudah presedir. Baru saja.” Aku beranjak untuk buka parsel buah dan mulai mengambil beberapa biji stroberi untuk aku bersihkan dengan pisau kecil dan wadah yang ada di sudut meja. Aku bisa lihat ekspresi Min Young mulai pucat pias namun aku tetap lanjutkan sampai ia buka mulut. Sampai semua stroberi sudah aku bersihkan, aku mengambil mangkuk yang berisi stroberi kemudian aku berikan Min Young untuk ia makan. Ia menerimanya mungkin dengan terpaksa karena aku bisa melihat dari Gerakan matanya.

“Maaf presedir.” Min Young Kembali bicara membuatku Kembali menatapnya dalam. Shit! Dia Lexa! Aku yakin itu. Matanya sama hanya saja Min Young memakai lensa kontak warna coklat hazel. Bukan warna mata aslinya. “Aku tidak bisa makan stroberi.” Wajahnya menunduk menyesal. Kali ini benar dugaanku.

“Kenapa?” akhirnya aku putuskan untuk bertanya.

“Saya alergi stroberi presedir. Saya benar-benar tidak bisa memakannya.” Apa? alergi? Tunggu-tunggu kau bukan alergi tapi kau phobia. Erangku kesal dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
esa widia
knp g lanjut lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status