Share

BAB 4 TRISTAN MURAI

Ternyata itu adalah alamat sebuah apartemen super mewah yang di dalamnya memiliki sebuah kolam renang indoor dengan atap kaca yang sangat tinggi. Ada barisan pohon palem lengkap dengan koral layaknya di pantai sungguhan. Kimmy bahkan hampir lupa jika dirinya sedang berdiri di salah satu lantai sebuah gedung pencakar langit yang sebagian sisinya menghadap ke pusat kota. 

Kimmy masih berdiri di ambang pintu setelah mengikuti instruksi pelayan yang menjemputnya dari lobby. 

Trista Murai baru saja keluar dari kolam renang, melenggang santai berjalan dengan tubuh basahnya yang hanya memakai celana pendek menggantung rendah di pinggang. 

Tentu Kimmy masih syok karena tidak mengira bakal melihat pria yang masih begitu basah dan nyaris bugil. 

Tristan menyambar handuk dari punggung kursi berjemur di tepi kolam renang, melilitkan ke pinggangnya yang ramping dan bertekstur sebelum kemudian berjalan dengan begitu percaya diri menghampiri Kimmy. Kimy masih berdiri kaku seperti patung marmer yang sedang menahan napas agar tidak retak atau hancur. Kimmy merasa mentalnya benar-benar bisa runtuh jika dihadapkan dengan mahluk seperti ini.

"Aku tidak tahu kau sudah datang, " suara pria itu terdengar berat lebih seperti aksen orang Inggris dengan kombinasi lebih santai, karena dia bisa sangat terus terang memperhatikan Kimmy mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. 

Meski kali ini Kimmy merasa pakaiannya sudah cukup sopan tapi ternyata dia tetap merasa tidak percaya diri jika diperhatikan sedetail itu oleh seorang pria. 

"Maaf, apa aku datang di waktu yang tidak tepat? " tanya Kimmy, coba menyembunyikan kegugupannya. 

Walaupun Kimmy sudah pernah bertemu Tristan Murai sebelumnya, tapi dia tidak pernah menyangka bakal melihat mahluk itu saat sedang nyaris bugil seperti ini. 

"Sebaiknya kita bicara di tempat yang lebih privat."

Tristan menjentikkan jarinya memberi isyrat pada salah seorang pelayannya untuk mengantar Kimmy. 

"Mari, Nona," kata pria paruh baya itu  dengan sangat sopan. 

Kimmy segera berjalan mengikutinya dengan perasaan lega, karena jujur saja dia tidak sanggup jika harus lebih lama lagi menyaksikan pria yang belum berpakaian. 

Pria itu mengajaknya naik ke lantai dua yang sebagian sisi depannya juga masih menghadap ke arah kolam renang, jadi Kimmy bisa melihat jika Tristan sudah tidak berada di sana.

Ada sebuah sofa besar melengkung yang menghadap ke dinding kaca di mana puncak- puncak pohon palem nampak rendah di depannya. Pelayan Tristan menyuruh Kimmy untuk menunggu di sana.

"Terima kasih," kata Kimmy pada pelayan itu sebelum dia pergi. 

Sambil menunggu Kimmy mulai memperhatikan ruangan luas tersebut. Selai luas ruanga itu juga sangat bersih dan rapi, didominasi oleh warna putih dan abu-abu lembut hampir biru seperti langit yang sangat pucat di siang hari. Kimmy mendongak ke langit-langit kaca yang tinggi, sepertinya masih ada satu lantai lagi di atasnya. Kimmy hanya tidak menyangka manusia membangun tempat seperti ini di atas  sebuah gedung pencakar langit di tengah kota yang sudah nyaris sesak tanpa ruang. 

Tidak berapa lama pelayan yang tadi kembali dan meminta Kimmy mengikutinya lagi. Kimmy segera berjalan mengikutinya tanpa bertanya. Ada sebuah lift yang membawa mereka ke lantai berikutnya. Kimmy masih mengekor melewati lorong luas berlapis karpet tebal dengan beberapa pintu di masing-masing sisinya. 

Ternyata dia dipersilahkan masuk ke sebuah ruangan di mana Tristan Murai sudah menunggunya di sana. Pria itu duduk di sebuah sofa berukuran sedang, dekat dengan jendela besar yang sebagian tirainya sudah di buka. 

Tristan Murai terlihat sangat tenang, dan tampan, hampir seperti yang terakhir Kimmy lihat malam itu. Kali ini rambutnya masih setengah basah, nampak beberapa helai yang agak panjang jatuh berayun di dahinya. Dia masih diam dan Kimmy juga tidak terlalu berani memperhatikan pria itu terlalu lama. 

Kimmy coba melihat ke sekeliling, dan baru saat itu dia sadar jika dirinya sedang berada di sebuah kamar, kamar yang sangat besar dan bersama seorang Tristan Murai. Kimmy buru-buru menoleh ke belakang dan ternyata pintu di belakangnya juga sudah kembali tertutup. 

Kimmy kembali melihat ke arah Tristan yang masih begitu santai dan hanya memperhatikan dirinya yang masih berdiri canggung di depan pintu. Jujur saja tiba-tiba Kimmy jadi merinding, atau dia hanya kelewat paranoid setelah tadi melihat pria itu di kolam renang. Faktanya Kimmy masih belum bisa membuang memori kotor itu meskipun kali ini Tristan sudah berpakaian lengkap. 

"Hanif yang mengirimmu kemari? " suaranya terdengar datar dan tenang. 

"Ya," Kimmy mengangguk. 

Kimmy hanya tidak menyangka jika kemudian Tristan bangkit dan berjalan menghampirinya. 

"Dia menyuruhku datang untuk wawancara," kata Kimmy sebelum pria itu benar-benar mendekat dan tiba-tiba Kimmy ingin melangkah mundur. 

"Aku tidak yakin dia mengatakan itu padamu." Tristan mengernyitkan dahinya seperti tidak percaya seolah menyuruh Kimmy agar mengingat kembali baik-baik jika mungkin dia salah ingat. 

"Apa maksud, Anda?"

"Dia mengirimmu kemari untukku."

Tristan Murai sudah berdiri tepat di depannya dan sedang menyentuh kulit leher Kimmy mengunakan punggung tangannya dengan lembut seperti buaian. 

"Dia menawarkanmu di ranjangku sebagai imbalan karena aku sudah memberinya promosi jabatan. "

"Mustahil! " Kali ini Kimmy benar-benar melangkah mundur. Meskipun tidak percaya ia tetap harus waspada karena instingnya memberitahukan seperti itu. 

Tristan hanya mengedikkan bahu dan justru terlihat santai menanggapinya. 

"Dia sendiri yang menawarkanmu ke padaku, aku tidak pernah meminta wanita," senyumnya terlihat meremehkan. 

"Itu tidak mungkin! " tolak Kimmy. 

Kimmy sama sekali tidak percaya karena bagaimanapun dia bukan baru mengenal tunangannya satu atau dua tahu. Jadi saat itu Kimmy masih yakin jika  tidak mungkin pria yang sudah di cintainya seumur hidup itu tega berbuat demikian hanya untuk sebuah jabatan.

Walaupun Kimmy tahu jika Hanif adalah pria yang  memiliki ambisi dan akan melakukan apapun demi tujuannya tapi tetap tidak mungkin dia tega menjualnya pada Tristan Murai. 

"Kami akan menikah, tahun depan," kata Kimmy. 

Kali ini Tristan yang melangkah mundur untuk memperhatikan Kimmy dengan lebih seksama. 

"Kupikir kalian sudah cukup dewasa untuk membahas perkara seperti ini, sebelum mengirimmu padaku."

"Aku masih tidak percaya bang Hanif tega berbuat seperti itu!" Kimmy masih menggeleng karena sama sekali tidak ingin mempercayai apapun yang di katakan Tristan Murai yang sangat tidak masuk akal. 

"Kau pikir aku akan memberinya promosi semudah itu tanpa imbalan apa-apa yang coba dia tawarkan padaku? " Tristan balik bertanya dengan nada sinis dan sedikit mengejek. 

Kimmy masih menggeleng dan mundur sampai tiba-tiba punggungnya sudah membentur dinding. Kimmy benar-benar masih tidak ingin percaya jika pria yang sangat dicintainya itu tega berbuat seperti ini padanya. 

"Dia juga memohon agar aku memberi pekerjaan untukmu, " tambah Tristan. 

"Mustahil, dia tidak mungkin berbuat seperti itu!" Kimmy terus menggeleng bersama benih air mata yang mulai menggenang di sudut matanya. 

"Dia hanya menawarkanmu untuk satu hari satu malam." _____"Sebenarnya itu bukan masalah, kau cukup menemaniku sampai aku selesai dan kau boleh pergi, dia juga akan tetap menikahimu." 

{Cerita ini adalah karya asli dari penulis 'jemyadam' jika menemukan karya ini di manapun dengan nama penulis lain tolong bantuanya untuk melaporkan ke penulis melalui Instagrm 'jemyadam8' / F*B jemyadam. Dukungan pembaca sangat berarti bagai kami untuk terus bisa berkarya}

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
baru habis baca kisah emy and Eric (aku memilihmu)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Gila si hanif kimmy.run
goodnovel comment avatar
Kalsum Ajies
bagus cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status