Tidak butuh waktu lama bagi Tristan untuk ikut menelanjangi dirinya. Awalnya Kimmy menolak untuk menatapnya tapi rasanya mustahil karena makhluk itu ada di depan mata dan belum-belum Kimmy sudah takut membayangkan apa yang akan diperbuat pria itu terhadap dirinya.
Biasanya para wanita akan langsung merentangkan diri di hadapan seorang Tristan Murai dengan suka rela, tapi wanitanya kali ini sepertinya masih agak malu-malu.
"Jangan malu untuk menatapku! " Tristan mengangkat dagu Kimmy agar gadis itu mau menatapnya.
Kimmy tahu jika Tristan Murai adalah pria yang luar biasa, hanya saja dia tidak menyangka jika bakal membiarkan pria itu merangkak di atas tubuhnya. Sudah sangat terlambat untuk merasa takut atau malu karena mustahil untuk bisa menghentikan seorang pria dalam kondisi seperti ini. Siap atau tidak siap Kimmy harus mau menghadapinya.
Tristan memberi Kimmy ciuman yang cukup dalam mengunakan lidahnya yang basah dan panas, s
Sepulang dari makan malam Kimmy hanya menyapa ayah dan ibunya sambil lalu meskipun ibunya sempat memanggil untuk ikut bergabung duduk di sofa. Kimmy hanya ingin segera masuk ke kamarnya untuk menelpon Tristan Murai, dia ingat masih menyimpan kartu nama yang diberikan pria itu dan masih menyimpan benda itu di dalam tasnya. Setelah menumpah isi tasnya karena tidak sabar, Kimmy langsung menyambar benda tipis berwarna hitam mengkilat tersebut dan memasukkan beberapa digit angka kedalam ponselnya. Saat Tristan memaksanya untuk menyimpan kartu nama tersebut kemarin, sebenarnya Kimmy sudah berencana akan langsung membuangnya ke tong sampah begitu Tristan tidak melihatnya. Karena itu Kimmy tidak percaya jika kali ini justru dirinya sendiri yang menghubungi pria itu lebih dulu. Panggilannya langsung diangkat saat deringa
Ini adalah hari ke dua Kimmy bekerja, dia berangkat pagi seperti kemarin. Tapi sepertinya kali ini dia kalah pagi dengan Jacline. Kimmy langsung berjalan menghampiri kubikelnya. "Tristan jadi akan pulang hari ini dan akan langsung ke kantor," kata Jacline sembari sibuk mengetik. "Dia tidak akan suka jika kita terlambat menyiapkan semua keperluannya." Tentu Jacline tahu semua jadwal kegiatan Tristan karena memang itu pekerjaannya, yaitu mengatur date line dan semua jadwal pertemuannya dengan klien. Sementara Kimmy bertugas untuk membantunya reservasi tempat, mengurus semua keperluan rapat dan semua akomodasi kegiatan Tristan di luar kantor. "Dia akan bertemu klien setelah jam makan siang, dan akan makan malam bersama Pamela sekitar jam delapan malam. Aku sudah mengirim alamat ke E-mail-mu sebaiknya segera hubungi hotel dan restonya untuk reservasi. Kimmy mendengarkan rentetan penjelasan Jacline yang sudah seperti petasan tahun baru Ci
Sesampainya di rumah, kebetulan rumah sedang sepi. Kimmy lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan atau berbohong pada siapapun, dia langsung masuk ke kamar dan menjatuhkan dirinya sejenak di atas tempat tidur sambil memandangi langit kamar dan berpikir.Mustahil, Kimmy benar-benar sudah tidak ingin lagi bertemu Tristan, apa lagi bekerja untuknya. Sudah cukup bagi Kimmy. Seharusnya sekarang dia lega karena ini sudah berakhir, tapi kenapa rasanya tetap ada yang tidak benar?Karena masih saja gelisah akhirnya Kimmy kembali bangkit untuk berjalan ke kamar mandi. Setelah mandi untuk membersihkan tubuhnya yang serasa semakin menjijikkan dan tetap terasa kotor meskipun sudah ia gosok dan ia cuci berulang-ulang akhirnya Kimmy menyerah. Dia terduduk di atas penutup toilet cukup lama untuk berpikir namun tetap tidak juga membuatnya lega.Bagaimana Kimmy bisa mengusir semua bayangan kotor itu dari kepalanya. Kimmy bi
Rasanya seperti habis membuat perjanjian dengan iblis. Kimmy masih menggosok-gosok bulu kuduk di lengannya yang merinding jika mengingat kembali apa yang telah dia janjikan kepada Tristan Murai.Mereka masih duduk saling berhadapan di masing-masing sisi ujung sofa yang melengkung. Tristan nampak tenang dengan kejelianya membaca ekspresi lawan bicaranya. Awalnya Kimmy terlihat canggung dan takut-takut tapi wanita itu jelas sedang berusaha memberanikan diri, dan masih cukup mengejutkan bagi Tristan karen ternyata Kimmy masih berani menyeret dirinya kemari."Apa saja? " tanya Tristan dan Kimmy kembali mengangguk."Ya, akan kulakukan apa saja untukmu asal kau bisa mengembalikan keperawananku seperti semula."Trista kembali menghela nafas dalam dan menghembuskanya perlahan berharap untuk tidak terlalu senang dulu dengan umpan yang di tawarkan wanita itu."Ingat kau sen
Ternyata hanya berdiam diri di rumah juga sangat membosankan. Kimmy kembali memperhatikan buket bungan kirimanTristan yang masih ter onggok di sudut kamar dan saat itu juga kebetulan tiba-tiba terdengar suara kling dari pesan masuk di ponselnya. Ponsel tersebut berkedip sejenak dan uncul nama Tristan dengan nama belakang yang sudah Kimmy ganti dengn mozi setan.Meski tidak mau mengakui jika dia penasaran dengan tujuan Tristan mengirim bungan tak berguna sebanyak itu, tapi nyatanya Kimmy memang buru-buru ingin membukanya.[apa tidak boleh aku membayangkan kau berbaring di atas tumpukan bunga tersebut]Sambil mengumpat dalam hati Kimmy benar-benar menyesal sudah membuka pesan manusia terkutuk itu. Entah apa yang sedang ada di otaknya, bisa jadi dia sedang mabuk di antara paha seorang wanita sambil mengetik pesan. Entah mimpi buruk apa lagi sampai Kimmy kembali membuat janji dengan mahluk seperti itu. Kimmy melempar ponselnya ke atas kasur dan sama sekali tidak berniat untuk membalasnya
Setelah selesai berpakaian Kimmy segara turun untuk sarapan. Ibunya sudah menunggu di meja makan menyiapkan mangkuk dan minuman hangat."Sudah, Bu. Aku bisa melakukannya sendiri," sepertinya hari ini dirinya sedikit di manja."Tidak apa-apa, ayo cepat kemari," panggil ibunya karena Kimmy masih berhenti di anak tangga."Ibu tidak tahu sampai kapan masih bisa memanjakanmu seperti ini.""Kenapa ibu bicara seperti itu?" Kimmy langsung mendongak ibunya."Tadi Hannif membahas masalah pernikahan dengan ayahmu.""Oh...," Kimmy masih terkejut meskipun semalam mereka sudah membahasnya."Tiba-tiba putri kecil ibu sudah akan di bawa pergi oleh seorang pria." Sebagai anak tunggal Kimmy memang dibesarkan penuh kasih sayang dan jarang lepas dari orang tuanya."Memang apa yang dikatakan bang Hanif pada ayah?""Apa dia belum bicara apa-apa padamu?""Dia bilang nanti malam akan menelpon.""Kalian sudah saling dewasa dan kami sebagai orang tua hanya menyerahkan keputusan pada kalian berdua. Ibu percaya H
Hari sudah sore dan hampir hujan ketika Kimmy bosan menunggu taksi pesananya yang belum juga datang. Dia mulai risi berdiri di trotoar saat tiba-tiba sebuah sedan berkaca gelap berhenti mendadak tepat di depannya. Telinga kimmy sampai ikut ngilu mendengar suara dencitan rem serta ban yang mengesek aspal. Hampir saja Kimmy ingin melepas sepatunya untuk dia lempar pengendara kurang ajar itu saat tiba-tiba pintunya malah terbuka."Masuklah," lengan Tristan baru saja mendorong handel pintu agar terpampang lebar."Oh, Tuhan! kau hampir membuatku mati terserempet di trotoar!" Kimmy masih terkejut sambil memegangi dadanya tapi dia tetap buru-buru masuk mengikuti perintah Tristan."Kemana saja kau?" tanya Kimmy begitu baru duduk."Kita akan berangkat sore ini.""Aku belum siap karena kupikir kita tidak jadi.""Cepat berkemas lah aku akan menungumu," santai Tristan yang sudah mulai kembali menjalankan mobilnya."Kau tidak bis
Ternyata Tristan hanya menyewa satu kamar untuk merek berdua."Aku akan menyewa kamar terpisah setelah oprasi," kata Tristan ketika Kimmy hendak protes."Hanya sekali Tristan bukan semalam!" keras Kimmy yang merasa ini tidak sesuai kesepakatan."Memang apa masalahmu tidur denganku satu atau sepuluh kali? ingat kita juga masih harus terikat perjanjian setelah ini!" tegas Tristan dan sepertinya Kimmy masih belum bisa berkelit, atau memang jangan-jangan dirinya masih akan terus kalah pintar dari Tristan Murai.Dengan langkah agak kesal Kimmy terpaksa mengikuti Tristan sampai ke kamarnya."Apa kau ingin kita pesan sesuatu dulu?" tanya Tristan terdengar sangat pemurah dan baik hati, padah