Share

1. Putri

PoV. Putri

Hari itu mungkin adalah hari yang tidak mungkin kulupakan seumur hidupku, hari dimana aku melihat kedua orang tuaku menghembuskan napas terakhirnya di depan mataku. Sepulang merayakan hari kelulusan kuliah ku, mobil yang kami tumpangi harus hilang kendali karena rem blong, hanya aku yang selamat dalam kecelakaan itu. Berbulan-bulan aku koma tanpa tahu apa yang terjadi pada keluargaku, sampai dimana aku sadar dan keadaan nya sudah seperti saat ini. perusahaan ayah bangkrut, dan butik ibuku juga mengalami musibah kebakaran. Semua hancur dalam sekejap mata meninggalkan aku dan kenangan pahit.

Sekarang disini lah aku, di sebuah perkampungan kumuh tempat para berandalan berkumpul untuk bertahan hidup. Jangan tanyakan apa profesiku setelah lulus kuliah, karena kalian akan sangat terkejut. 

"put. Oprasi gak hari ini?" Tanya salah seorang pemulung yang ikut tinggal bersama ku kawasan itu.

"iya dong, mau makan apa anak-anak kalo kita diem ajah" 

"gue udah pantau, nanti siang bakal ada orang kantoran yang bakal sidak ke bangunnan gedong di deket tikungan depan" 

"oke. kalo gitu siapin semua buat siang nanti, pastiin semua udah siap!" jika kalian ingin tahu apa profesiku setelah lulus kuliah, aku bekerja sebagai agen pemindahan uang.

Siang ini mungkin adalah oprasi ke sekianku untuk mendapatkan uang modal makan dan sekolah anak-anak jalanan. Aku sempat berpikir pada hari pertamku tinggal disini, bagai mana mereka jika aku saja yang sekolah dengan tinggi saja masih bisa di bodohi oleh orang, dari situ aku bertekat untuk menyekolahkan mereka agar tidak memiliki nasib sulit sepetri orang tua mereka juga sepertiku.

Oprasiku siang ini akan melibatkan beberapa orang, Ami sebagai tukang jamu dekat pasar adalah pos pertamaku jika aku terpaksa tertangkap, lalu Amrin yang akan menjadi penghalang kegagalan oprasi kali ini. Semagatku semakin bertambah saat melihat gedung yang sedang mereka bangun tidak jauh dari pemukiman kumuh kami ini.

"gedungnya saja besar, aku yakin oprasi kali ini akan cukup untuk makan dan biaya daftar sekolah"

***

Aku melihat beberapa mobil mewah melewati warung kopi pok Isah, mataku sudah menentukan satu mobil yang terlihat paling mahal sebagai targetku. 

"pok. Ini duit kopinya aku kedepan sebentar"

"oke dah put, gua do'a in dah yak semoga hari ini rejeki lu banyak" 

Do'a pok Isah kali ini aku amini, semoga saja orang kaya itu benar-benar banyak duit, biar dia bisa bagi-bagi rejeki sama anak-anak. Dengan santai aku mendekati kawasan bangunan besar itu memberi kode pada Ami yang sudah siap dengan bakul jamunya. Kupandangi mobil sport berwarna merah itu dengan teliti sampai terlihat seorang pemuda keluar dari dalamnya dengan setelan baju yang terlihat sangat menawan, denga kulit putih serta badan tegap yang membuatku sejenak lupa akan tujuan awalku saat ini.

"ehm, aku harus fokus denga oprasi kali ini. Demi anak-anak"

Dengan topi yang menghiasi kepalaku aku mulai berjalan denga cepat mendekat pada laki-laki itu, hal yang pertama aku lakukan adalah menabrak bahunya untuk mengecoh target, sampai muncul Amrin dari arah berlawanan. Yak benar, hanya butuh waktu tiga detik kami mendapatkannya, dengan cepat aku berlari membuat target terkejut dan segera memeriksa kantung celana dan jasnya. Drama dimulai, target mengejarku dan ini sangat lucu bagiku seperti bermain polisi-polisian. 

"hai! Berhenti kau" 

Bodoh saja dia jika menyuruhku berhenti, jelas disini aku adalah pencopet bisa babak belur di hajar masa kalau begitu. Sudah lebih dari lima belas menit aku berlari tapi kenapa orang ini masih saja mengejarku apa dia tidak merasa cape? Ayolah sebanyak apa si uang di dalam dompetnya itu.

Sial! Karena tidak fokus berlari aku salah masuk gang yang adalah gang buntu, sudah tidak ada pilihan lain aku harus menghadapinya walaupun harus baku hantam.

"hahaaha, apa kau terjebak sekarang?" sungguh suara nya terdengar sangat sexy, tapi situasi nya sangat tidak tepat. Ingat Putri salah sedikit kau bisa di tangkap oleh polisi.

"aku bingung sejak awal kamu mengejar ku, apa kamu kenal aku?" 

"hai, sekarang kamu berpura-pura tidak tahu apa-apa? Jangan bodoh, jelas kamu mengambil dompetku" aku sungguh jengah melihat sifat orang ini, arogan sekali cara bicaranya padahal sangat bodoh.

"aku mengambil dompet mu? Aku bukan pencopet kamu salah orang" dia menatapku bingung namun tetap waspada. 

"jika kamu buka pelakunya kenapa kamu berlari seperti tadi?" tanyanya dengan terus menatapku tanpa terputus.

Aku mundur selangkah memberi jarak padanya agar tidak terlihat jika aku sebenarnya sangat gugup, entah kenapa berapa kali pun aku operasi tetap saja hal seperti ini yang paling aku takutkan.

"kenapa diam, apa kamu takut?" 

"iya. Aku takut_takut padamu, siapa sebenarnya kamu? Apa ini sebenarnya motif baru penculikan?"

Laki-laki itu menegakan badannya lalu terkekeh, hei apanya yang lucu dia pikir aku sedang melawak. Bagai mana ini jika hari ini aku tertangkap siapa yang akan menebus ku.

"tidak usah berdrama di hadapanku, jika bukan kamu pelakunya maka izinkan aku utuk menggeledah barang-barang yang kamu bawa" 

"baiklah. Geledah saja jelas-jelas bukan aku pencopetnya" dia pikir aku takut orang dompetnya tidak ada di aku. Dengan tidak sabar laki-laki ini membalik badanku untuk memeriksa tas punggungku dengan tidak sopan dia mengeluarkan isi dari dalam tasku.

"kamu ini tukang rongsokan ya, banyak sekali sampah di dalam tasmu"

"apa kamu bilang? Rongsokan? Ini buku untuk belajar dan asal kamu tahu buku-buku ini lebih berharga dari dompet mu itu tahu" 

Enak saja dia bilang buku-buku ini barang rongsok, ya walaupun bekas aku tidak terima jika dia menyebut buku-buku ini barang rongsok. Besok-besok ku copet lagi dia baru tahu rasa.

"sia-sia waktuku mengejar kamu sampai sini, pasti kamu berkomplot" serunya setengah mendorongku lalu pergi begitu saja.

Lihat saja laki-laki satu ini, aku tandai kamu sebagai target resmi ku.

*** 

Aku kembali ke warung pok Isah dengan mengendap di balik pepohonan untuk menemui Amrin dan Mia, pok Isah yang melihatku mengendap-endapa terlihat bingung.

"Putri lu ngapa ngumpet-ngumpet gitu?" tanyanya dengan logat khas betawinya.

"enggak pok, itu tadi ada bang boim biasa nagih setoran, males bayarnya pungli gitu mah"

Maap in aku bang Boim udah boong bawa-bawa nama bang Boim lagi kepepet soalnya. Amrin dan Mia menahan senyumnya melihatku berbohong, kurang ajar nih anak dua aku cape-cape habis dikejar orang malah dia enak-enakkan makan mie rebus pake telor disini.

"enak ya makan berduaan kaya orang bener disini, gak mikirin aku yang harus lari lima belas menit gak berenti-berenti di kejar orang. Putus kita!"

"ya elah Put, lari lu kan kenceng pasti kalah lah tuh orang"

"nyaris ketangkep iya, untung udah kena tipu duluan tuh orang"

"ayo kita balik Put, Mi" 

Kita berjalan keluar dari warung pok Isah menuju gang yang biasa kita pakai untuk bagi-bagi hasil. Saat sedang berjalan tidak sengaja aku melihat mobil milik laki-laki tadi berhenti di tepi jalan yang kami lalui. 

"Sial!' 

"kabur oy" 

Mendengar seruan Amrin aku dan Ami langsung berlari memasuki gang kecil sedangkan Amrin memilih berlari lurus untuk mengecoh laki-laki sialan itu.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nur Jannah
enak cerita novelnya
goodnovel comment avatar
فردوس نزلا
Gimanasih caranya bikin g otomatis buka di episode selankutnya
goodnovel comment avatar
Barra Della
seru ceritanya lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status