Share

4. Azka

POV. Azka

Awalnya aku sangat heran kenapa tiba-tiba Ayah mengajak makan malam bersama keluarga Om Salman, bukan membahas bisnis seperti sebelumnya melainkan menjodohkan ku. Memang, perusahaan kami dan perusahaan milik Om Salman sudah setahun ini bekerja sama. Sepulang dari kantor aku langsung mengarahkan mobilku menuju restoran yang Ayah janjikan. Sesampainya aku disana, aku tidak melihat satupun anggota keluarga Om Salman disana. Sekitar 10 menit menunggu  barulah Om Salman dan keluarganya datang. Ku pandangi Rubbi yang tampil cantik dan anggun seperti biasa nya. Ketika dia tersenyum terlihat sangat cantik.

Namun pandangan ku beralih ke arah seorang gadis yang wajahnya tertutupi rambut, seperti hantu saja.

***

"Begini kami sudah sepakat," Om Salman membuka pembicaraan seusai makan malam. Mungkin sekarang saatnya Om Salman mengumumkan perjodohan ku dengan Rubbi. Aku menahan senyumku agar tidak terlalu ketara jika aku sangat senang. "Kami akan menjodohkan Azka dengan Putri"

Tunggu. Apa barusan? Apa!?  Sontak aku terkejut, jantungku hampir berhenti mendengar nama Putri bukan Rubbi. Apa-apaan ini?!! Kenapa bisa jadi dia? Si pencopet ini. Kupikir aku akan di jodohkan oleh Rubbi. Dilihat dari segi umur Rubbi lah yang paling cocok di bawa ke pelaminan. Aku hanya bisa terus mengumpat dalam hati.

Aku melihat gadis itu ingin menolak namun terhenti karena dering handphone bututnya itu. Aku memalingkan wajah memilih tidak melihat kearahnya sama sekali. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Ingin sekali rasanya aku menolak mentah-mentah perjodohan ini.

Namun, pada akhirnya kami tetap harus melaksanakan perjodohan ini juga walaupun dengan berat hati. Tidak ada gunanya melawan orang tua, apalagi yang aku lihat ibuku sangat menyukai gadis pencopet ini. Sejak tadi saja ibu terus mengusap punggung tangan gadis itu dengan sayang, padahal jika ibu tahu tangan itu kemarin sudah mencopet putramu ini bu. Tapi jika ibu tahu sekarang bisa serangan jantung dadakan.

Sudah di putuskan pertunangan kami akan dilaksanakan minggu depan. Aku pusing sekali setiap membayangkan bagai mana jika harus serumah dengan gadis barbar ini. Gadis yang berprofesi sebagai pencopet.

***

Aku dan Putri berada di dalam mobilku dalam perjalanan pulang. Jangan harap aku yang menawarkan diri mengantarnya pulang, kedua orang tuaku memaksaku untuk mengantarkannya. Baru saja ia bertanya kenapa aku tidak menolak perjodohan ini, lalu ku jawab seadanya saja. Dan ketika aku bilang Rubbi lebih darinya, dia sepertinya kesal. Kekesalannya memuncak saat dia mendengarku bergumam kalau dia gadis barbar yang berakhir dia meninju ku. Dari pada aku membalasnya dia kan perempuan jadi kuputus kan menurunkannya dijalan yang sepi itu. Dengan cepat di turun dan menutup pintu mobil ku dengan membanting nya. Yasallam!! Jadi begini banget si nasib ku, takut setrok dini aku.

Tuhan, jaga darahku agar tidak darah tinggi.

***

Keesokan paginya aku berangkat ke kantor seperti biasa. Semalam aku tidak tidur sama sekali, karena setiap mataku terpejam wajah gadis barbar itu selalu terbayang di benakku. Ia jadi mimpi burukku. Tuhan ini sangat menyiksa, apa tidak bisa Rubbi saja yang dijodohkan denganku.

Ketika aku memasuki ruangan Ayah pagi ini, di sana sudah ada dia, si pencopet tengah duduk si sofa yang bersebrangan dengan ayahku. Anehnya ayahku terlihat biasa saja melihat sikap urakan seperti sekarang ini dengan kemeja oversize nya dan celana robek-robek seperti pereman saja. Jauh sekali dari Rubbi yang selalu terlihat anggun dan keibuan, seperti wanita normal lainnya.

"Nah ini Azka sudah datang, ini Ka, Ayah mau rekomendasikan Putri buat jadi sekertaris kamu" ujar Ayah. "Tapi Putri menolak, dia memilih dari bawah dulu katanya mau di bagian marketing saja dulu" lanjut Ayah yang  kemudian tersenyum pada si gadis barbar.

Syukurlah. Keluarganya kan juga punya perusahaan kenapa harus disini kerjanya, cuma jadi marketing bisa lah di perusahaan Om Salman. Tapi ya sudah lah lagi pula masih untung kalau dia di bagian marketing, setidaknya kecil kemungkinan kami bertemu setiap saat. Ayolah jangan menilai ku jahat, sekarang saja dia sedang menatapku datar seperti seorang pembunuh bayaran kalian pasti bisa bayangkan jika kami harus bertemu setiap saat. Kurasa tuhan masih melindungi ku.

"Aku terserah Ayah saja" balasku mengambil duduk di sebelah Ayah.

"Putri ada yang mau di tanyakan?"

"Hm.. gini om karena satu dan lain hal Putri berinisiatif mau mulai kerja hari ini boleh nggak?" Tanya si copet cilik ini.

"Tentu boleh, Azka yang akan mengantar kamu ke bagian marketing, kamu Azka bisa kasih tau pak Ratmo, Putri bisa kerja mulai hari ini"

"Iya yah"

***

Kami tengah berjalan menuju ruang marketing, sedari tadi Putri tidak mengeluarkan suaranya. Kenapa dia jadi pendiam begini? Ah biarlah, lagian aku malas berbasa-basi dengan nya. Seharusnya bukannya dia yang harus meminta maaf padaku karena sudah menganiaya ku, tapi sepertinya tidak ada rasa bersalah dalam dirinya. Ketika kami ingin memasuki ruang marketing, kami bertemu dengan Rama sahabatku.

"Mau kemana, Ka?" Rama memperhatikan Putri yang berdiri di sampingku tengah memasang wajah bosannya.

"Nganter karyawan baru bagian marketing"

"Oh, ini karyawan barunya? Nama kamu?"

"Putri" kata ku singkat. Rama sudah tahu tentang perjodohannku, aku sudah menceritakan kesialan ku itu padanya. Saat tau itu terjadi padaku ia hanya tergelak dan menikmati moment kesialan ku. Benar-benar sahabat yang tidak tahu di untung.

"Oh. calon istrimu, Ka" Rama memberikan senyuman pada Putri.

"Hai, salam kenal aku Rama sahabat Azka"

"Salam kenal, Putri" kata si pencopet kecil tersenyum juga, lalu mereka bersalaman.

"Gini saja Ka, Putri biar sama aku aja ke ruang marketing, soalnya aku juga sedang ada perlu sama Pak Ratmo" tawar Rama.

Jelas, dengan senang hati aku iyakan, aku pun mengangguk ringan. Kemudian mereka masuk keruang marketing dan aku kembali ke ruangan ku. Mengerjakan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjaku. Belum lagi meeting dengan klien, jadwal ku sangat padat tapi mau bagai mana lagi mengeluh tidak akan menyelesaikan tugas ku.

***

Saat waktu makan siang tiba, aku keluar dari ruang kerja ku karena mengejar waktu makan siang, tapi justru di depan pintu ada Rubbi. Keningku mengernyit. Kenapa dia ada disini? Apa aku ada janji dengannya? "Ada apa Rubbi? Mau ketemu Putri ya?" Tanyaku. Ku perhatikan penampilannya, kali ini Rubbi memakai terusan berwarna biru gelap berlengan sampai siku dengan rambut panjangnya yang di gerai. Cantik!

"Bukan, aku kesini untuk bertemu mas" katanya, bertemu dengan ku? Aku semakin heran.

"Gini aku mau tanya, apa Putri benar kerja jadi sekertaris mas, sekarang?"

Kenapa Rubbi jadi penasaran tentang pekerjaan nya si pencopet cilik itu, sampai repot-repot datang kemari bukannya menghubungi Putri atau bagian kantor saja untuk pertanyaan semacam ini, atau dia khawatir dengan copet cilik itu? Yang sudah pasti baik-baik saja. Justru aku yang takut karyawan ku yang habis babak belur di pukuli olehnya.

"Bukan, Putri kerja di bagian marketing, dia sendiri yang milih"

"Oh, syukurlah, mas" Rubbi terlihat lega mendengar jawabanku. Loh ada apa ini? Apa mungkin Rubbi...?

"Kenapa kamu kelihatan sangat lega mendengar itu, kamu takut aku galak sama Putri ya" tanyaku.

"Bukan, aku lega saja Putri.."

"Aku mau kamu saja yang jadi calon istriku" kataku menghentikan ucapannya sambil menggenggam kedua telapak tangannya erat. Kulitnya sangat lembut dan halus, aku merasa tenang sekaligus nyaman.  Aku melihat seulas senyum dibibir nya. "Aku tertarik sama kamu, bukan Putri" lanjutku mantap sambil menatap lekat pada mata indahnya.

"Mas aku.."

Brakk!! Seketika mataku mencari dari mana asal suara yang mengganggu itu. Ternyata... Di sana, tidak begitu jauh dari tempat kami berdiri ada Rama dan juga Putri. "Maaf pak" kata Putri dan mulai memunguti berkas yang berserakan di atas lantai. Selain barbar dia juga ceroboh ternyata. Kulihat kini Putri sudah berganti pakaian seperti para karyawan lainnya, memakai rok selutut memperlihatkan kaki jenjangnya. Jika begini ia lebih normal meski masih terlihat aura barbar nya. Tapi tunggu, apa tadi mereka berdua mendengar percakapanku dengan Rubbi barusan? Jika iya, lalu bagai mana sekarang?.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Maryati Bronz
knpa critanya d bikin satu satu sih prov putri, prov azka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status