Share

5. Putri

PoV. Putri

Aku menatap lurus cermin di depanku. Disana tampak seorang gadis berdiri di balut gaun elegan berwarna Putih satin berlengan panjang. Wajah di poles make up yang terlihat natural namun sangat memancarkan keanggunan. Rambutnya pun di ikat ke atas dengan sedikit hiasan yang membuat leher jenjangnya terlihat. Dia begitu cantik. Apa itu aku?.

"Putri, ayo turun kok malah melamun!" Suara Tante Iren membuyarkan lamunanku.

"Iya Tante," jawabku. Malam ini adalah malam pertunanganku dengan Mas Azka. Aku sangat bimbang, sebab aku tahu kalau Mas Azka menyukai Rubbi bukan aku. Aku mendengar dengan jelas ucapan Mas Azka pada Rubbi beberapa hari yang lalu di kantor, tapi aku memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

Bukannya aku takut pertunangan gagal. Lebih parah dari itu, aku takut Tante Iren membakar perkampungan tempat ku tinggal dan membuat teman-teman ku semakin susah. Seperti kemarin saat aku menerima untuk bekerja di perusahaan Mas Azka itu juga karena Tante Iren mendesak ku. Entah apa tujuan nya, aku tidak tahu.

Tante Iren memang menyuruhku untuk menjadi sekertaris Mas Azka, tapi aku meminta Om Alfa untuk di tempatkan untuk bagian marketing saja. Sebelumnya aku sudah bilang pada Om Alfa untuk merahasiakan perjodohan ini karena aku merasa tak enak dengan karyawan lain. Dibedakan dengan karyawan lain, jelas aku tidak mau.

Sekarang aku dan Tante Iren sudah turun ke bawah, berada di tengah para tamu undangan. Mas Azka berdiri di depan sana terlihat gagah dengan tuxedo hitam yang terlihat sempurna di badannya.

Dia sepertinya sedikit terkejut melihatku, aku rasa dia akan menghujatku lagi. Pasti dia merasa aneh dengan penampilan ku saat ini, sebentar lagi pasti dia membandingkan aku dengan Rubbi yang terlihat sangat cantik. Sambil berjalan menghampiri Mas Azka, Tante Iren terus memegang lenganku dengan kencang karena takut aku jatuh dan mempermalukannya.

"Azka, Putri cantik kan hari ini?" Tante Iren berujar di dekat Mas Azka. Apa si Tante Iren memang aku apa di promosikan seperti itu. Aku langsung memutar kedua mataku jengah.

"Iya Tante" katanya tersenyum ke Tante Iren, kemudian menatapku sekilas. Jelas sekali dia tidak ikhlas mengatakannya. Aku pun mendengus lalu mencebik kesal ke arahnya. Siapa juga yang mengharapkan pujian darinya? Sejak insiden copet mencopet itu aku merasa kesal sekali padanya. Bertambah lagi saat kenyataannya aku dijodohkan dengannya tapi dia sangat tertarik dengan Rubbi. Bukan_bukan aku cemburu ya, tapi cuma kesal saja.

Tak lama acara tukar cincin di mulai. Setelah aku selesai memasangkan cincinnya di jari manis Mas Azka, gantian dini gilirannya. Tak sengaja aku melihat Rubbi yang tampak seperti sedang menahan rasa kesal. Apa mungkin Rubbi.. ah tidak mungkin Rubbi tertarik dengan Mas Azka. Jika benar kenapa harus aku yang di jodohkan saat ini bukan Rubbi saja.

***

"Kalau kamu gak becus pakai heels, ya gak usah" bisik Mas Azka di telingaku. Sempat tercium wangi khas pria dewasa dari tubuh Mas Azka. Seperti wangi hutan pinus. Sangat nyaman jika aku bisa menghambur dalam dekapannya. Hm, apa apaan itu abaikan saja pikiranku barusan!. Kini lengan ku merangkul Lengan Mas Azka, menyanggah tubuhku agar tidak terjatuh karena heels sialan ini.

Kami pun berjalan bersisian menghampiri para tamu undangan satu persatu yang tengah menikmati jamuan. Kami memang tidak mengundang karyawan kantor seperti perjanjian ku dengan Om Alfa.

"Bikin susah saja" Mas Azka kembali berbisik di telingaku. Sontak aku mendongak menatapnya tajam. Ini orang kalau tidak ikhlas ya sudah gak usah bantu. Dengan cepat kulepas rengkuhan di lengannya.

"Oke. Aku bisa sendiri! Awas!" Kataku galak.

Aku berjalan kearah Mas Rama dan Rubbi yang sedang bersama di ujung sana. Mas Azka sampai lebih dulu sedangkan aku harus berusaha menyeimbangkan langkahku. Sialnya saat sedikit lagi aku sampai di tempat mereka heels ku menginjak ujung gaun. Aku pun tak bisa menahan keseimbangan tubuhku lagi. Aku pasrah jika harus jatuh. Mau bagai mana lagi.

"Kamu bikin susah saja" bisik nya untuk kedua kali. Sial sampai tumpah tumpah, aku direngkuh oleh Mas Azka. Kini aku berada dalam dekapannya. Wajah ku tepat di depan dada bidangnya. Jarak sedekat ini membuatku jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya dan kenapa aku jadi sulit bernapas begini?. Aku kan mati, aku kekurangan oksigen! Dengan cepat aku melepaskan diri dari Mas Azka lalu kami saling pandang sekilas. Jujur,dia punya mata yang indah. Astaga, sebenarnya aku ini kenapa si? Aku terus mengipasi wajahku dengan tangan ku sendiri.

"Kamu baik-baik aja?" Jangan pikir Mas Azka akan bertanya seperti itu. Dia mengusap bahuku sambil tersenyum lembut "aku gak papa, Mas" aku menampilkan senyumku dan pasti terlihat sangat buruk akibat efek dari serangan jantung yang mendadak tadi.

"Ya ampun Putri. Kamu ini lucu banget, sih. Pakai heels aja gak bisa." Ujar Rubbi dengan senyum mengejeknya. "Kenapa? Bukannya kamu sudah tahu aku tidak bisa pakai ginian dari dulu" dahiku mengerut menatap Rubbi.

"Oh iya, ya. Kamu kan sukanya pakai sepatu kets. Mulai sekarang belajar lah pakai heels, nanti kasihan Mas Azka punya istri tapi gak bisa di bawa ke acara perusahaan" nah, mulai kelihatan kan watak aslinya. Dia mau bilang kasian Mas Azka karena memper istriku, gitu? Malas aku menanggapinya.

"Yaudah, dia bisa pergi sendiri" jawabku cuek kemudian menatap kearah Mas Azka yang sedang memasang wajah datar berkesan dingin. "Nanti Mas Azka di ambil orang, loh" kata Rubbi memberi senyum terbaiknya pada Mas Gilang. Sedangkan yang diberi senyum sepertinya sangat terpesona. Nah kan!

"Ehem!" Mas Rama mengintrupsi perdebatan kecil di antara kami. " Putri, malam ini kamu kelihatan beda, kamu cantik" Mas Rama tersenyum yang ku balas senyum juga. Mas Rama ini baik sekali padaku jauh berbeda dari Mas Azka.

"Selamat atas pertunangan kalian" kata Mas Rama. Mas Azka tersenyum masam, saat ini tanganku benar-benar gatal untuk meninjunya!

"Perhatian semua. Maaf menggangu" terdengar suara Om Alfa. Semua orang yang hadir disana menatap ke arah beliau yang berdiri di tempat pembawa acara, memberi senyum cerahnya. "Saya ingin mengumumkan pernikahan Azka dan Putri akan di adakan minggu depan," lanjut beliau.

Apa??!! Minggu depan?!!! Aku dan Mas Azka benar benar terkejut, kenapa semua serba dadakan begini?

"Undangannya akan kami berikan secepatnya, terima kasih".

Tepuk tangan semua orang terdengar seperti alarm bom di telingaku. Apalagi Tante Iren terlihat begitu girang, membuatku memutar mata jengah melihatnya. Mas Azka juga memijat keningnya yang pasti mendadak pening. Sementara Rubbi menatapku seakan mengulitiku lalu ia pergi meninggalkan ruangan. Sedang Mas Rama tersenyum kepadaku, seolah memberikan ucapan selamat. Ya ampun!!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
kalau cwek tingkat kebaperan nya emang tinggi ya .hahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status