Share

7. Author

PoV. Author

Putri benar-benar kesal dengan ulah Azka. Selain Azka yang sudah membuatnya malu di parkiran karena ketidak sengajaan nya, ditambah lagi dengan Pak Budi yang mengantarkan berita duka untuk dompetku bulan ini. Azka sudah memotong gaji ku di bulan pertama. Baginya tidak masalah seberapa besar gajinya, toh dia masih bisa beroperasi di dekat-dekat sini. Hanya saja ia tidak suka dengan sikap arogan calon suaminya itu, "nyebelin!" Umpat Putri setelah keluar dari ruangan Pak Budi dan kembali kemejanya.

"Put.." panggil seseorang yang menempati kubikel di sebelahku. "Habis di apain kamu di ruangan Pak Budi kamu kelihatan seram sekali, kenapa?" Tanya gadis itu sembari memperbaiki letak kacamata besarnya. Dia itu Mitha gadis yang berpenampilan kuno datang dari kampung dan berkerja di bagian marketing sama sepertiku. Dia satu satunya yang bisa dianggap teman di kantor ini oleh Putri.

"Aku setres, Gaji ku tiap bulan di potong tujuh puluh persen. Gimana gak mau setres gini" Putri menjambak rambut lurusnya. "Sekarang aku bener-bener mau makan orang, Mith!" Putri langsung menggigit pulpen yang dia pegang, membuat Mitha menciut melihat nya.

"Astaga Putri! Kamu nggak boleh makan Pak Budi. Ingat dia udah tua, pasti pahit, keras. istigfar" ucap Mitha seraya mendekati Putri lalu mengusap-usap pundaknya. Putri menarik napasnya dalam-dalam, "yang motong gajiku itu Pak Azka," lanjutnya kesal. Ia langsung membayangkan wajah Azka dan mengepalkan tinjunya karena keinginannya melayangkan tinjunya itu ke wajah pria arogan itu sampai tak berbentuk.

"Pak Azka? Kok bisa, Put?" Tanya Mitha sambil berpikir, tak yakin dengan yang di dengarnya.

"Dia.."

"Kenapa tiba-tiba Pak Azka mau repot-repot ngurusin bagian marketing kaya kamu gini?" Gumam Mitha memotong ucapan Putri dengan tampang beloon nya.

"Mith, it.."

"Aneh. Baisany..."

"Kalo kamu ngoceh terus, nggak ngijinin aku buat ngejawab mending gak usah nanya Mitha.. mending balik ke mejamu dan bekerja dengan baik" Putri manatap Mitha jengkel, lalu memperbaiki posisi duduknya lurus dan mulai fokus dengan pekerjaannya yang belum sempat tersentuh.

"Oke, nanti pas makan siang kamu harus ceritain semuanya, aku janji gak potong-potong lagi, ya?" Ucap Mitha dengan senyum konyol dan segera kembali ke mejanya.

Azka, Pak Budi dan Mitha benar-benar perpaduan yang sempurna untuk merusak mood Putri hari ini.

***

Jam makan siang setelah metting sejak pagi, jelas itu adalah waktu yang sangat dinanti. Azka dan Rama berjalan beriringan menuju kantin untuk petinggi yang bersebelahan dengan kantin karyawan, kantin memang di bedakan dengan dinding kaca tebal. Tak sengaja pandangan Azka bertemu dengan Putri yang sedang menikmati makan siangnya. Keduanya mengirimkan sinyal-sinyal perang satu sama lain.

"Udah lah, Ka. Apa untungnya kamu seperti itu. Kaya mau makan Putri saja melihatnya." Rama mengikuti arah pandang Azka. "Aku nggak mau makan dia, aku mau colok matanya yang bulat itu" Azka menipiskan bibirnya gemas. Ia masih belum terima kalau mobil kesayangannya harus rusak, apa lagi Putri pelakunya.

"Jangan terlalu benci nanti malah jadi cinta, kami ingat cinta dan benci itu beda tipis"

"Aku? Jatuh cinta sama pencopet itu?" Tanya Azka memastikan maksud ucapan Rama dengan menunjuk dirinya sendiri. "Kurasa aku sudah gila kalau itu sampai terjadi, kalau di dunia ini hanya tinggal dia pun aku tidak akan memilih dia!" Seru Azka.

"Tapi kenyataannya minggu ini kamu bakal nikahin dia" goda Rama. "Jangan ngeledek terus Ram" Azka menatap Rama dengan kesal. Yang dibalas tertawa geli oleh Rama.

Disisi lain, Putri merasakan selera makannya rusak setelah melihat Azka. Jadilah makanan nya tidak habis hanya di aduk-aduk saja. "Ayo bilik Mith!" Ajaknya. "Loh Put, itu belum habis, tumben makan mu sedikit" ujar Mitha sambil meraih tisu yang ada di atas meja. "Aku nggak selera," jawab Putri cepat.

"Loh Kenapa? Kok bisa padahal makanan nya enak, Put."

"Loh loh loh terus. ganti kata depan kalo bicara jangan Loh bisa gak, Mith?"

"Ya gak bisa Put,aku kan biasanya pake loh, kamu ajah kalo ngomong selalu pakai urat" Mitha terkikik menggoda bunga. Tapi Mitha merasa beruntung bunga bisa menjadi temannya, atau bisa dibilang bersyukur Putri mau berteman dengan nya.

"Udah deh. Aku lagi benar-benar gak mood ladenin kamu hari ini, naikin tuh kaca mata mu" tunjuk Putri pada kacamata Mitha yang sudah turun di atas bibirnya. Putri pun beranjak dari duduknya. Ketika berbalik, ia tidak sengaja menabrak seseorang dan menyebabkan gelas kopi yang di bawa orang itu jatuh pecah mengenai baju putihnya. "PUTRI!!" Teriak wanita itu dengan geram. Semua orang menatap kearah mereka, termasuk Rama dan Azka.

"Astaga, ma_maaf Bu. Putri nggak sengaja, Bu"  ucap Mitha untuk menenangkan Ani asisten Pak Budi. Ani memang dari awal sangat sinis pada Putri dan Mitha. Dua makhluk aneh baginya. Sementara itu, tatapan mata Putri sudah menajam, kepalan tangan sudah siap untuk membungkam wanita dihadapannya ini. Namun Mitha diam-diam mencubit pinggangnya, bermaksud untuk menghalangi niat mulianya untuk menghajar Ani. Sabar.. masih untung ada si Mitha kalau tidak sudah di pastikan, habis!.

"kamu barusan panggil saya apa? Bu?, jangan panggil saya Bu, saya masih muda." seru Ani pada Mitha yang masih memasang wajah beloonnya. Mitha langsung meneguk salivanya, menghilangkan kegugupan bercampur rasa takutnya. "i..iya, mbak Ani... maaf" Mitha meletakan gelas kopi yang masih ia pegang keatas meja lalu dengan cepat mengmbil beberapa tisu untuk membersihkan noda di rok Ani.

"apa-apaan kamu makhluk aneh!? ih, jauh-jauh dari aku!" jerit Ani histeris. semua karyawan pun mengerubungi mereka. tak ketinggalan Azka dan Rama yang ikut beranjak kearah kerumunan itu."lihat, aku bilang apa barusan? dia itu memang hobi bikin keributan," geram Azka. Rama yang medengarnya memilih diam tak menanggapi.

"udah Mith, kamu mau baik kaya gimana pun gak bakal bener, kita cabut ajah dari sini, kasian dia mukanya udah jelek" bunga berlalu menarik lengan Mitha.

"Ada apa i.." ucapan Azka terpotong saat Putri berbalik badan tak sengaja menumpahkan jus milik nya yang berniat ia bawa ke ruangan nya itu ke kemeja seseorang di belakangnya.

Putri cukup terkejut dengan kedatangan Azka. Rama sendiri kini menepuk dahinya, bersiap mendengar kemarahan Azka.

"Ya ampun!, Maaf Pak. Putri nggak sengaja." Mitha berusaha memberanikan diri membela Putri di hadapan Azka. Sementara Azka dan Putri kini saling bersitatap sarat akan permusuhan. "Put, minta maaf put sama Pak Azka" bisik Mitha yang masih bisa di dengar oleh Azka. Namun dengan keras kepalanya Putri mengacuhkan permintaan Mitha. Ia menggelengkan kepalanya dengan tatapan masih tajam menatap Azka, tatapannya menantang.

"Pak, tadi dia nabrak saya dan menumpahi rok saya sampe kotor. Dia itu memang suk.." Azka mengangkat sebelah tangan nya ke arah Ani yang membuat wanita itu seketika bungkam. "Kamu, keruangan saya sekarang." Tunjuk Azka dengan wajah dingin tak tertebak. Entah yang akan dilakukan pria itu prihal kejadian ini. Azka pun melangkah lebar meninggalkan kantin tersebut. Saat Putri menoleh ke arah Rama, yang di balas anggukan kepala sebagai isyarat yang artinya ia harus ke rungan Azka. Sedangkan Mitha hanya bisa berdoa di dalam hati semoga Putri tidak di pecat.

***

"Kenapa?" Tanya Putri ketus. Mereka berdua sudah berada di ruangan Azka, berdiri terpisah oleh meja kerja pria itu. "Lain kali kami jangan buat keributan lagi. Atau mau gaji kamu saya potong lagi jadi tujuh puluh  persen?" Ujar Azka yang menatap keluar jendela besar di belakang kirsi kerjanya membelakangi Putri. Pria itu tampak lebih rapih setelah mengganti kemejanya yang kotor atas ketidaksengajaan di kantin tadi dengan kemeja baru.

"Terserah! Suka-suka kamu aja!"

"Putri, ini di kantor. Jaga sikap kamu walaupun kamu biasa di jalanan kamu harus sadar saya ini atasan kamu. Mengerti?"

"Mengerti Bapakkk," ujar Putri mencebik. Azka yang menyaksikan itu menarik napasnya panjang. Untuk menghadapi gadis yang satu ini memang harus ekstra sabar. "Berapa monor handphone mu?  Pulang kerja kita fetting baju. Kalau tidak kerena Ibu aku malas ikut."

"Katanya di kantor" nyinyir Putri.

"Masalah? Aku bosnya kalo kamu lupa. Jadi suka-suka aku" Azka tersenyum miring. Putri hanya memejamkan matanya untuk menahan rasa kesalnya. Resek! Umpat Putri dalam hati. "Gak usah mengumpat" Azka menatap Putri seperti tahu jika Putri sedang mengumpatinya di dalam hati.

Putri dengan gaya cueknya mengangkat bahu malas. Dibalasnya tatapan Azka dengan Smirk khasnya, "suka-suka aku juga dong!"

"Putri!!!"

***

Azka dan Putri berada di salah satu butik milik keluarga Azka. sepulang dari bekerja tadi mereka langsung ketempat tersebut dengan mengendarai kendaraan masing-masing.

"coba deh youu coba yang ini dulu deh, cin," pria itu memberian gaun keempat untuk dicoba Putri. sejak tadi belum ada yang cocok menurutnya. sedangkan Azka yang telah selesai dengan pakaian nya hanya memainkan handphone nya, menunggu Putri sampai selesai.

"gimana?" tanya Putri pada pria kemayu itu setelah keluar dari ruang ganti "wadawww, ini si cucok banget sama you, pasti cucok meong nih pas resepsi nanti" puji pria kemayu itu sambil menjentikan jarinya. Putri pun tersenyum lebar.

gaun yang menjuntai menyapu lantai, berwarna putih yang dihiasi manik berlian debgab kerah sabrina yang memperlihatkan leher jenjangnya. melekat di tubuh semampai Putri, gaun itu membentuk sempurna tubuh  Putri yang tidak kalah dengan Rubbi.

"gimana Mas, cantikan Mba nya?" tanya pria kemayu itu. Azka yang sedari tadi memainkan ponselnya kini menatap Putri. Azka sempat terpesona, tapi buru-buru ia mengalihkan pikirannya. memasang wajah sedatar mungkin dan mencoba fokus pada phonsel nya. "Hem..," hanya itu jawaban Azka yang membuat Putri menghembuskan napas dalam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Averill Hidayatcharoline
nm nya kdg putri kdg bunga...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status