Share

8. Author

Pov. Author

pesta pernikahan digelar di Ballroom salah satu hotel ternama yang berada di jantung ibukota dengan nuansa putih dan silver yang berkesan mewah dan suci. para undangan menatap takjup atas dekorasi ruangan yang terasa seperti di negeri dongeng. ya, para undangan tanpa karyawan Pratama Grup tentunya. Putri pun sudah di make up dengan sangat baik, terlihat sangat cantik dan anggun seperti bukan dirinya yang sering terlihat sehari-hari. tak sedikit yang memuji Putri saat memberikan selamat kepada kedua mempelai. sebenarnya Azka juga sependapat dengan para undangan, hanya saja ia tak mau mengakuinya. nanti dia besar kepala.

kedua orang tua Azka terlihat sangat bahagia. senyum bahagia itu pun tidak pernah luput dari pehatian Putri. hanya Rubbi saja yang tidak terlihat keberadaannya. Rubbi beralasan tidak bisa hadir karena sibuk. ia tidak bisa membatalkan kontrak dengan salah satu agensi katanya. walau pun Putri yakin itu hanya alasan saja.

"kamu dimana, bi?" tanya Azka dengan nada lembut melalui sambungan telepon.

"kamu lagi gak bohongin aku kan, Bi?"

"yaudah, kalau gitu jaga kesehatan, jangan terlalu capek,"

Zaka terdengar sangat lembut saat menghubungi Rubbi. Putri tidak sengaja mendengarnya ketika mereka sedang berganti pakaian pengantin di salah satu kamar hotel. sekarang Putri sudah yakin jika Azka dan Rubbi memang memiliki ketertarikan satu sama lain.

menyadari itu Putri semakin yakin jika pernikahan ini tidak akan berlangsung lama apa lagi selamanya, cepat atau lambat pasti mereka akan bercerai. saat itu tiba mungkin Azka akan kembali pada Rubbi dan hidup bahagia. dan ia pasti akan menemuka pria yang mencintainya apa adanya, kan? Putri menarik napasnya dalam-dalam. apa ada? bisiknya dalam hati.

***

"kenapa?" tanya Azka. ia melirik pada Putri yang sejak tadi terdengar menghela napas. saat ini sekitas jam sepuluh malam seusai acara, saat ini mereka sedang berada di perjalanan menuju apartemen Azka.

Putri yang sejak tadi menatap ke luar jendela mobil sedikit terkejut, "hah? oh nggak papa," jawab Putri menatap Azka yang terlihat fokus mengemudi mobilnya.

entah akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka nanti. Putri dan Azka sama sekali tidak memiliki kecocokan dalam hal apapun, sedangkan Putri tahu yang diinginkan Azka hanyalah Rubbi, bukan dirinya.

Apa ia telah salah mengambil keputusan dengan menjadi Istri Azka? Putri kembali menghembuskan napas berat. Kenapa terasa sesak? Siapapun perempuannya pasti menginginkan pernikahan yang abadi sampai akhir hayat. Tidak terkecuali dirinya, walaupun bukan manusia yang suci Putri juga menginginkan hal itu. Entahlah.. biar takdir yang membawa ke mana perjalanan kisahnya ini akan berujung.

Putri kembali menoleh menatap keluar jendela. Lampu-lampu yang menyala terang di sepanjang jalan dan keramaian diluar sana tidak dapat membuat suasana hatinya membaik.

***

"Kamu bisa pindahin isi koper mu di lemari itu" ucap Azka sambil menunjuk sebuah lemari besar di pojok kamarnya yang luas itu. Lalu Azka melangkah meninggalkan Putri memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri dan berharap bisa menyegarkan pikirannya yang sudah kacau sejak acara pernikahannya tadi.

Ya, sejak awal Azka memang sudah memutuskan mereka akan tinggal di apartemen nya. Menurutnya ini bukan pernikahan sungguhan, bukan pernikahan yang di dasari cinta sama cinta, bukan atas keinginan mereka apa lagi dirinya. Ini pernikahan hitam di atas putih. Jadi untuk apa membangun rumah tangga impian? Tidak ada gunanya karena tidak ada cinta antara ia dan Putri . Sama sekali tidak ada, dan tidak akan pernah ada.

Azka melakukannya dengan setengah hati, hanya formalitas saja. Sejak pertunangan hingga detik ini semua setengah hati. Ia juga sudah mengatur semua nya sampai alasan bahwa mereka tidak mungkin berbulan madu karena kesibukan mereka di kantor. Untung nya keluarga mereka percaya dan menerima alasan itu. Astaga! Siapa juga yang mau berbulan madu dengan si  pencopet ini? Menyentuhnya saja Azka tak berselera.

Sepeninggalan Azka, Putri dengan malas membuka lemari besar yang di tunjuk Azka tadi. Di sebelah kanan adalah pakaian Azka dan yang Kiri ada ruang kosong untuk pakaiannya. Saat mengeluarkan pakaian yang akan di masukan ke dalam lemari, alangkah terkejutnya Putri saat melihat pakaian di dalam kopernya berubah menjadi rok dan gaun yang super girly, serta pakaian tipis tembus pandang yang ia yakin akan masuk angin saat mengenakannya. Astaga.. astaga! Kemana perginya kaus oblong, skinny jeans, dan kemeja oversize miliknya?! Ia tidak terpikir akan seperti ini.

Semua barang-barangnya di urus oleh  keluarganya sendiri. Mulai dari baju hingga mobil barunya yang kemarin di belikan Om Salman, Putri hanya menerima beres saja tanpa ada rasa curiga hanya membawa kopernya ke apartemen. Tante Iren!! Geram bunga sambil membanting pakaian itu kembali ke kopernya.

"Mandi sana! Itu riasan hapus, kamu nggak akan bisa tidur kalau masih seperti itu." Azka keluar dari kamar mandi sudah berpakaian sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Gimana mau ganti baju koperku isinya beginian semua" seru Putri mengangkat salah satu baju kekurangan bahan dari dalam kopernya. "Ini pasti ulah Tante Iren, harusnya aku nggak percaya gitu ajah sama dia"  ucap Putri dengan kesal sambil melempar baju di tangannya kedalam lemari dengan asal. "Itu biasa di pakai sama perempuan" sahut Azka. "Cepat mandi sana, bersihkan dulu koper kamu." Azka mulai naik ke atas tempat tidur mereka dan merebahkan dirinya dengan nyaman.

Putri mendengus seraya menatap Azka sinis. Putri pun mulai membereskan barang-barangnya dengan mulut yang berkomat-kamit tak jelas. Setelahnya barulah ia beranjak masuk ke kamar mandi. Terlebih dulu ia membersihkan makeup di wajahnya, setelah itu dengan kesulitan ia melepaskan jepitan di rambutnya di warnai umpatan kecil dari mulutnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Putri keluar kamar mandi dengan baju tidur daster yang menjadi pilihannya dibanding baju yang lain. Rambut gelombangnya yang sepanjang punggung di biarkan tergerai begitu saja.

Azka sempat terpesona melihat Putri yang memakai baju tidur pilihan Tante Intan. Apa lagi melihat Putri menggerai rambutnya, begitu terlihat feminin. Seperti bukan gadis pencopet yang sering dilihatnya mengenakan jeans robek dan rambut di kuncir kudanya. "Awas, kesanaan aku mau tidur." Putri membuyarkan lamunan Azka. "Aku yang tidur disini." Azka dengan cepat menguasai dirinya. Ia menatap Putri dengan serus.

"Terus aku tidur dimana?" Tanyanya. "Sebenarnya apartemen ini punya dua kamar tapi yang satu sudah aku jadikan ruang kerjaku. Jadi....," Ucapan Azka tergantung. Alarm berbahaya berbunyi, Putri menatap Azka curiga. "Jadi kamu bisa tidur di sofa ruang TV ," sambung Azka tersenyum menyeringai. "Hah?!" Seru Putri tidak terima. Sial! Ini pasti kesempatan Azka untuk membuatnya menderita.

"Kenapa aku yang tidur di sofa? Kenapa nggak kamu aja? Aku kan perempuan." Putri menatap Azka sambil melirik pintu kamar memberi kode pada Azka. "Ini apartemenku, jadi aku yang lebih berhak tidur disini, Putri." Azka menekankan pada Putri, "kamu nggak bisa apa-apa!" Seru Azka menghentikan niat Putri untuk mendebatnya. "Sekarang, ambil selimut di lemari terus kamu tidur deh disana". Apartemen ini milik Azka jadi Putri hanya bisa menghembuskan napasnya kasar sambil berjalan ke arah lemari mengambil selimutnya, lalu membanting pintu kamar dengan keras.

"Putri!!" Teriak Azka yang langsung terduduk menatap pintu kamarnya kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Faried Fadillah
banyak typo y..... putri jd bunga azka jadi zaka ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status