Share

Chapter 1

Pernikahan yang suci itu baru saja dilaksanakan. Tamu undangan menikmati acara tersebut dengan baik. Canda tawa selalu bersemi dan tak lepas dari mereka.

Namun berbeda dengan para undangan, kedua mempelai justru tak menampakkan sedikit pun wajah bahagia mereka. Khususnya Ara sang mempelai wanita.

Pernikahan secara terpaksa yang mereka lakukan lantaran Bastian ,pria yang baru saja menikahinya sudah merusak hidupnya dan mengambil kehormatan yang sudah ia jaga selama ini.

Menyesal?

Sungguh ia sangat menyesal, namun apa boleh buat. Jika tak menikahi Bastian, ia tak yakin akan ada pria lain yang mau menikahinya lantaran ia sudah tak perawan lagi.

Ingin menangis meratap, namun Ara tak mampu. Ingin berteriak kencang, suaranya seolah tertahan hanya sampai tenggorokannya. Dadanya sesak, cincin yang tersemat di jari manisnya, tak tahu fungsinya apa.

Ara menatap Bastian yang tengah berbincang dengan teman-teman kantor Bastian. Setelah kedatangan teman-temannya, barulah Bastian tertawa. Tawa pria itu begitu lepas, namun jika bersamanya, tawa Bastian tak pernah ada.

Apa pernikahannya akan baik-baik saja? Ara berharap semua akan baik.

Zahra melirik ke sudut kanan, di sana ia melihat ada Riani dan Tian yang tengah menyantap makanan dengan canda yang tak pernah hilang dari mereka berdua.

Oh satu lagi, jangan lupakan perut datar Riani yang kini nampak sedikit membesar. 

Ya,  wanita itu tengah hamil empat bulan setelah enam bulan menikah dengan Tian.

"Apa aku bisa sebahagia itu nantinya?" Ara menarik nafas dengan sesak. Dadanya serasa sempit hanya untuk sekedar menarik nafas.

Lagi-lagi wajah lesu yang hanya bisa Ara perlihatkan sampai acara selesai.

Dan kini ia sudah berada di kamar. Tepatnya kamarnya dengan Babas yang ada di rumah Babas.

Setelah resmi menikah, Ara langsung dibawa oleh Babas ke rumah milik pria itu dan tinggal bersama di sana.

Ara menyentuh sprei putih yang melapisi ranjang. Seharusnya sprei ini yang akan menjadi saksi pertama kali hilangnya keperawanannya, namun mimpi itu harus ia kubur dalam-dalam.

Bahkan untuk merasakan kembali dengan Babas saja ia ragu. Ragu jika Babas akan mau menyentuhnya, melihat bagaimana Babas menyambut pernikahan ini. Rasanya begitu mustahil dan hanya akan jadi mimpi belaka.

Ara tertunduk sedih.  Ia melirik dari sudut matanya kamar mandi yang kini sedang dipakai Babas untuk membersihkan diri.

Setelah mereka masuk ke kamar, tanpa bicara, Babas langsung masuk ke kamar mandi dan sampai saat ini belum keluar juga.

Ara berdiri lesu, ia menghadap cermin rias yang ada di kamar mereka.

Hanya sebentar, setelahnya ia memilih berjalan menuju kopernya dan mengambil baju tidur lengan panjang dan keluar menuju kamar tamu.

Di sana Ara memilih membersihkan diri dan kembali lagi menuju kamarnya dan Babas.

Saat sampai di kamar, Ara sudah menemukan Babas tertidur pulas. Untuk kesekian kalinya, Ara menghembuskan nafas lesu.

Bayangan tentang indahnya dunia pengantin baru harus ia kubur dalam-dalam.

"Sabar Ara. Bagaimana pun juga, Babas sekarang suami mu. Sehebat apapun kamu bela diri, sepintar apapun kamu, sekarang Babas adalah suami yang harus kamu hormati." Ara bermonolog pelan bahkan nyaris berbisik.

Ia meletakkan pakaian gaunnya dengan rapi di dalam lemari dan berjalan mendekati ranjang.

Dengan hati-hati Ara naik ke atas. Ia berusaha untuk tak membangunkan Babas, yang akan membuat suaminya itu marah.

Dalam luka Ara pun tertidur. Entah apa yang akan terjadi hari esok, ia tak akan memikirkannya sekarang.

*****                  

Babas terbangun tepat saat matahari masuk ke dalam celah gorden kamarnya.  Ia menggeliat dan langsung memutar tubuhnya untuk melihat ke sebelah kiri.

Kosong!

Haaahh. Pernikahan macam apa ini? Ini bukan pernikahan impian Babas. Ia tak menginginkan ini. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak ingin jadi pria bajingan yang sudah menghancurkan masa depan seorang gadis, lalu ia tinggalkan.

Setidaknya dengan ia menikahi Ara, kehidupan Ara bisa sedikit terjamin, walaupun bukan untuk urusan cinta. Dan kalaupun nanti mereka bercerai, status janda yang Ara sandang tak akan membuat laki-laki lain memikirkan perawan atau tidak perawannya Ara.

Jahat memang, tapi ini yang bisa ia lakukan. Karena jika untuk urusan cinta, ia belum bisa memberikannya. Ia masih belum siap dengan cerita cinta.

Babas menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Seharusnya sepasang pengantin baru pasti bangun saling berpelukan, di bawah selimut, tanpa sehelai baju pun yang menutupi tubuh mereka.

Tapi lihat ini?

Bastian melirik pakaian tidurnya yang masih lengkap.

Sudahlah, jangan dipikirkan lagi.

Setelah dirasa benar-benar bangun, Babas langsung berjalan menuju kamar mandi. Ia memutuskan membersihkan diri dan berencana ke rumah Tian.

Beruntung hari ini hari libur, jadi ia akan seharian berada di rumah Tian.

Sedangkan di bawah sana, Ara masih setia berkutat dengan penggorengan. Sudah berapa kali tangannya terciprat minyak panas, teriris saat memotong bawang dan tersenggol teflon panas.

Ia belum bisa memasak, namun tak mungkin selamanya ia tak masak. Sekarang statusnya adalah istri. Ia tak ingin berdosa karena selalu memberikan Babas makanan buatan orang lain.

Hampir dua setengah jam Ara menyiapkan sepiring nasi goreng dan ini sudah percobaan yang ke tiga. Dan syukurlah rasanya tak terlalu aneh. Masih bisa di makan.

Ia segera menghidangkan makanan tersebut di atas meja, lalu kembali lagi ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi untuk Babas dan kembali meletakkannya di atas meja.

"Selesai.." Ucapnya cukup puas. Namun mendadak ia meringis saat lagi-lagi ia merasakan luka di tangannya. "Perih banget.." ringisnya.

Ara meniup tangannya yang luka secara perlahan. Beruntung di rumah Bastian ada persediaan obat dan plester luka.

Suara pintu kamar yang dibuka membuat Ara langsung menghilangkan ringisannya dan bersikap senormal mungkin.

Dari bawah ia bisa melihat Babas yang sudah sangat rapi keluar dari kamar.

Ara hendak menemuinya namun Bastian malah menghindari kontak mata dengan Ara, "Aku ingin ke rumah Tian. Mungkin akan kembali saat malam." hanya itu yang Babas katakan tanpa melihat Ara, tanpa bertanya apa yang Ara lakukan dan bagaimana tidur Ara? Apakah nyenyak.

"Baiklah, hati-hati.."

Babas tak merespon ucapan Ara, ia langsung berjalan menuju pintu keluar dan tak berapa lama, Ara bisa mendengar suara mobil yang menyala dan pergi.

Di dalam, Ara menatap lirih jari jemarinya. Ada kekecewaan yang amat besar yang Ara rasakan. Ia pikir Babas akan lembut sama seperti saat ia memergoki Tian dan Riani bercinta di taman rumah Tian, lalu setelahnya ia dan Babas yang saling berciuman. Namun tebakannya salah. Ia merasa, sebuah pernikahan sudah menghancurkan masa depan Babas.

Babas tak ingin menikah dengannya dan ia pikir pernikahan ini karena terpaksa.

Ara memukul kepalanya keras, "Kau bodoh Ra. Harusnya malam itu tak gak datang menemui Bastian." Ara terus memukul kepalanya. Hatinya sakit dan matanya mulai menitikkan air.

"Kau bodoh. Seharusnya kau tak terlalu peduli saat Bastian mengatakan bibirmu miliknya." Ara menangis tergugu.

"Sekarang apa yang kau tangiskan sialan. Tak ada yang perlu kau tangiskan dan sesali sekarang. Hidupmu sudah hancur, hidupmu sudah berada di neraka dunia."

Tangis Ara semakin kencang. Ia tak mau membendung lagi, ia tak mau menyimpan. Ini pagi pertama pernikahannya, namun hal romantis yang ia hayalkan justru hancur lebur.

"Wanita bodoh!" Ara menghapus air matanya.

Ia berbalik ke belakang dan kembali menatap miris makanan yang tak tersentuh di atas meja.

Ara juga kehilangan nafsu makan untuk menyantapnya.

Dengan lesu, Ara mengambil piring berisi nasi goreng tersebut dan membuang isinya ke dalam tempat sampah.

Makananmu tak pernah cocok di perut Bastian, Ra, batin Ara sesak.

Setelah merapikan semua kekacauan yang ia ciptakan tadi di dapur, Ara memutuskan untuk kembali membersihkan diri.

Hari ini ia ingin menemui Mas Raka pelatih karatenya.

Berkunpul bersama teman-teman yang lain ia harap bisa meredakan sesak di dadanya.

*****

Bersambung!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Keni Sihyanti
Masih bingung babas dan Tian... kirain aku orang yang sama..
goodnovel comment avatar
Rilla
iya kaak. ini ulangg dari awal..^^
goodnovel comment avatar
Yeni Anggraini
akhirmya ditunggui thor tapi sepertinya ulang awal ya...hehe...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status