Share

Chapter 2

Cerita ini aaku ambil alih ya semuaaa.. pasti udah dapat kabar ddari Sky Of Love kan..^^

jadi untuk kedepannya, cerita ini aku yang ambil lanjutkan..tenang, nggak bakalan melenceng kok dari yang Sky mau.

******

Bastian membelokkan mobilnya ke dalam pekarangan rumah Tian. Setelah cukup lama terhadang macet, akhirnya ia sampai juga di rumah super megah tersebut.

Sebelum ke sini, Babas sempat mampir ke toko kue dan membeli dua buah brownies kesukaan Riani.

Dengan senyum, ia menenteng kue tersebut dan masuk melangkah ke dalam.

"PAGIIIII..wuiihh romantis amat.."

Suara Bastian langsung membuyarkan canda tawa Tian dan Riani.

"Kau di sini? Mana Ara?" Riani melirik ke belakang Babas, dan menunggu Ara masuk, namun tak kunjung muncul.

"Dia di rumah." jawab Babas santai lalu berjalan menuju ruang keluarga.

"Di rumah? Kau tak mengajaknya ke sini?" tanya Riani lagi yang dijawab gelengan oleh Babas.

Riani dan Tian langsung saling tatap. Mereka paham situasinya. Ini akibat dari pernikahan terpaksa.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?"

"Menemui kalian.."

"Untuk?"

"Apa harus kusebutkan alasannya? Selama ini aku ke sini apa dengan alasan?" Babas berjalan menuju dapur dan meraih pisau roti lalu kembali lagi ke ruang keluarga.

"Tidak, maksudku kau tak mungkin di sini makan enak sementara Ara di rumah sendirian."

"Dia sudah makan.." jawab Bastian santai.

"Dari mana kau tahu?"

"Dia masak.."

"Dan kau di sini? Ya Tuhan Babas, otakmu terbuat dari apa? Dia pasti sudah membuatkan sarapan untukmu.." Ucap Riani geram.

Namun Babas tak peduli. Ia justru memilih memakan roti yang ia beli tadi.

"Sayang, siapkan ini ke dalam piring ya dan antar ke ruang kerjaku.!" pinta Tian lalu menyerahkan sekotak roti yang tadi sudah di potong oleh Babas pada Riani.

Riani meraihnya lalu membawa ke dapur.

"Kau ikut aku ke ruang kerja." kali ini giliran Babas yang diminta Tian.

Babas menurut dan tak membantah. Ia mengikuti Tian menuju ruang kerja. Sesampai di sana, Babas langsung mengambil posisi nyaman di sofa empuk di ruangan tersebut.

"Alasan utama kau ke sini apa?" Tian bertanya tegas.

Babas mendelik, ia tak suka Tian mengintrogasinya seperti ini.

"Tak ada. Au hanya berkunjung.."

"Lalu kenapa tak kau bawa Ara?"

Haaahh..

"Ayolah Tian. Kau tahu aku menikahi Ara bukan karena cinta.."

Tian menatap Babas tajam, "Lalu untuk apa? Kau mengatakan padaku dan Riani kalau kau ingin bertanggung jawab karena sudah merusaknya. Apa hanya untuk menutupi rasa bersalahmu?"

Kali ini giliran Babas yang menatal Tian tajam.

"Itu bukan urusanmu.." jawab Babas dingin.

"Aku tahu. Tapi setidaknya perlakukan dia sebagai istri. Bukan boneka.."

"Ck! Kenapa kau peduli pada Ara? Dia istriku bukan istrimu."

Tian mengepalkan tangannya erat, sampai kuku jemarinya memutih.

Ia tak suka Ara diperlakukan seperti ith oleh sahabatnya sendiri. Karena mau tak mau, suka tak suka, Aralah yang menyelamatkan nyawanya. Berkat Ara, ia selamat dari hantaman Ferdinan.

"Aku tak ingin kau menyesal nantinya.." ucapan Tian sudah melunak.

Namun tidak dengan Babas. Pria itu masih saja keras kepala, "Aku tak akan menyesal. Pernikahan ini hanya status, aku tak pernah ambil pusing."

Haaahh. Sifat Babas yang sebenarnya sudah muncul. Keras kepala dan tak mau mendengarkannya.

"Kau tak takut istrimu sakit?"

"Dia jago bela diri Tian, kau lupa?"

"Apa hubungannya?"

"Tentu saja ada. Fisik atlit itu berbeda dengan orang biasa.."

"Lalu kau berpikir Ara itu hebat?"

Babas mengangguk, "Membunuh Ferdinan saja ia sanggup. Aku tak ingin mati di tangannya.."

Tian kaget bukan main. Mati di tangan Ara? Siapa? Babas? Ia tak yakin. Ara lah yang akan mati di tangan Babas, mati karena luka.

Suara ketukan pintu pun terdengar,  tak lama setelahnya, Riani masuk sembari membawa nampan yang di atasnya ada piring berisi kue dan dua cangkir kopi panas.

Ia meletakkan makanan dan minuman tersebut di atas meja.

"Bagaimana?" tanya Riani pada Tian.

"Ntahlah sayang. Dia terlalu keras kepala.."

Riani menatap Babas, "Jika seperti ini, kenapa kau nikahi Ara?"

Babas diam, ia menatap Riani dengan tatapan yang sulit diartikan.

Babas ingin menjawab, namun lidahnya mendadak kelu. Jujur, paksaan dan amukan Riani lah yang membuat Babas memutuskan menikahi Ara. Babas tak ingin hubungannya dengan Riani serta Tian hancur hanya karena satu kesalahan yang memang jika diingat kembali, kesalahan itu begitu fatal.

"Aku hanya ingin bertanggung jawab.". Ucap Bastian melunak.

"Dengan menyakiti perasaan Ara?"

"Oh ayolah Ri, aku tak menyakiti siapapun. Ara baik-baik saja dan aku yakin dia juga bersikap sama sepertiku.."

"Kau tahu dari mana?"

Haaahh.. Babas menghela nafas berat. Riani jauh lebih keras kepala darinya dan juga Tian.

"Kita nikah tanpa cinta jika kau lupa."

Kali ini Riani yang terdiam. Ia tak habis pikir dengan Babas. Apa tak bisa setelah menikah Babas berusaha mencintai Ara? Kenapa pria di depannya ini penuh egois.

"Kau tak mencintai Ara sedikitpun?" tanya Riani yang mulai melunak.

Babas diam sejenak lalu menggeleng, "Aku tak menyukai Ara. Sedikitpun. Sama sekali."

Riani memejamkan matanya, mencoba menarik nafas dalam dan menghembuskannya kuat. Ia tak tahu harus bicara seperti apa lagi untuk membujuk Babas.

Ara perempuan yang baik. Bahkan Ara yang sudah menyelamatkan Tian dan dirinya.

Jika bukan karena Ara, mungkin ia dan Tian sudah mati.

"Tian, aku ingin mengunjungi Ara. Apa boleh?" Riani menatap Tian memohon.

Tian tersenyum lalu mengangguk.

"Dengan sopir ya.."

"Iya.."

Tian memberi izin. Riani pun keluar dari ruangan kerja Tian meninggalkan Babas beserta Tian di dalam.

"Sekarang, apa yang akan kau lakukan?" tanya Tian to the point.

Babas nampak berpikir, "Aku? Mungkin menghitung hari. Jika nanti waktunya tiba, dan cinta itu juga belum datang, aku dan Ara mungkin akan bercerai.." ucap Babas santai.

Sedangkan Tian yang mendengar itu langsung menghembuskan nafas kasar. Ingin ia menghajar Babas saat ini juga, namun ia urungkan. Ia sadar jika kehidupan Babas sekarang tak bisa ia ikut campurkan.

Tapi jika terus melihat Babas yang keras kepala seperti ini, ia takut yang hancur nantinya bukan hanya Ara, tapi juga pria di depannya ini. Ia takut Bastian menyesal sudah memperlakukaan Ara seperti ini.

"Aku ikut inginmu saja. Tapi aku harap tak ada penyesalan di akhir Bas.." ucap Tian pasrah.

Babas mengangguk, "Tak akan ada Tian. Aku pastikan itu. Kau tenang saja. Aku bisa mengatur semuanya.."

Pembicaraan itupun terhenti. Kesunyian langsung menyelimuti dengan Tian dan Babas yang bermain dengan pikiran mereka masing-masing.

Pikiran campur aduk antara yakin dan tidak yakin, terutama untuk Tian. Ia takut semua berubah di akhir. Saat Ara menyerah, dan Babas mulai mencintai. Ia takut Babas akan terpuruk nantinya.

Tapi dia ingin melihat sejauh mana ini berjalan, sejauh mana ini melaju..

*****

"Kau yakin Ra?" Raka melirik Ara dengan raut tak percaya dan terkejut.

"Aku yakin.."

"Tapi lawan yang akan kau hadapi bukan kaleng-kaleng."

"Tak apa Senpai, aku bisa.."

"Ra, Kenya bisa saja membunuhmu di lantai pertandingan.."

Itu yang kumau...Ara menjawab dalam hatinya.

"Masih ada waktu setarus hari lagi kan untuk berlatih. Jadi aku ingin mengikuti pertandingan tersebut."

"Ra.. "

Ara meraih pena dan menandatangani formulir dari kementrian olahraga tersebut.

"Ra, pikirin lagi.." Raka masih terus membuju Ara, namun sepertinya akan sulit. "Apa kau tak sedih jika nanti kenapa-napa, suami mu akan terpuruk?"

Dia tak akan terpuruk Raka.. Dia tak akan menangis kalau aku mati..

Ara tersenyum pada Raka, ia menunduk sebentar lalu pamit dari ruangan tersebut.

Keputusan Ara sudah bulat. Ia tak ingin bercerai dengan Babas. Ia ingin pernikahannya ini satu sampai ia mati.

Dan ia akan menghitung hari tersebut dari sekarang. 100 hari untuk hidupnya. Apa nanti akan berakhir dengan dia mati di tangan Kenya atau bahagia bersama Babas.

Jika nanti ia selamat dari Kenya, Ia berjanji akan berjuang mendapatkan hati Bastian, namun jika ia mati di tangan Kenya, ia akan tersenyum bahagia sebelum menutup mata karena sudah melepaskan Babas dari kekangan wanita sepertinya.

"100 hari untuk Cintamu Ara.." gumam Ara. Ia tersenyum manis lalu keluar dari gedung dan berlari menuju basecame tempat ia biasa latihan.

*****

bersambung...

Jangan lupa bintang lima nya ya..^^

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Fauna
lanjut boss
goodnovel comment avatar
Riona Hutabarat
baru capt 3 udh dikunci.parah
goodnovel comment avatar
Debi
baru smpe sini aja udh nangis doong 😭😭😭
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status