Share

2. Your Boss

"Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu," ujar Rebecca sambil menggulung rambut pirangnya yang panjang.

Saat itu Leonel bersama Rebecca telah memasuki hari kedua berada di tepi pantai West Wittering. Tidak banyak yang mereka lakukan sepanjang hari, di siang hari mereka pergi berjemur menikmati suasana pantai, malam hari berpesta alkohol dan bercinta kapan pun Leonel menginginkan.

"Aku hanya butuh sedikit liburan," ucap Leonel, ia menyesap bir dingin dari kaleng di tangannya.

"Jadi, apa kita akan berlama-lama di sini?" Rebecca merebahkan tubuhnya di atas kursi pantai, ia hanya mengenakan bikini yang di beli mendadak dari toko bikini terdekat di area pantai.

Leonel melirik Rebecca, jika gadis itu tahu bahwa ia di bawah ancaman kebangkrutan. Mungkin ia tidak akan bisa menikmati tubuh indah Rebecca dengan cuma-cuma sesuka hatinya. Ia berdehem.

"Sepertinya bermain air bukan gagasan yang buruk," ujarnya seraya meletakkan kaleng bir di tangannya ke atas meja.

Senja mulai menguning, pengunjung pantai juga hanya ada mereka berdua karena mereka berada di resor yang di sewa secara pribadi, keindahan alam seperti itu sayang untuk dilewatkan. Leonel mengulurkan tangannya kepada Rebecca yang tentu disambut dengan manis oleh gadis cantik itu lalu mereka berdua bergandengan tangan menuju bibir pantai.

"Aku akan menulis nama kita di atas pasir," ucap Rebecca sambil mengambil sebuah ranting yang tergeletak dibatas pasir.

"Jangan konyol, itu pekerjaan anak kecil," ucap Leonel dengan nada jijik.

Rebecca terkekeh, ia tidak memedulikan keengganan Leonel, ia mulai menulis namanya dan Leonel di atas pasir lalu ia duduk di samping tulisan itu tanpa alas. Kaki jenjangnya tampak terulur di pasir dan ombak di pantai sesekali menjilati kulitnya.

Leonel menatap matahari yang semakin tenggelam di ujung cakrawala, hari semakin gelap. Ia berjalan mendekati Rebecca yang tampak begitu menikmati senja, bibirnya yang tipis tampak merekahkan senyum. Sangat cantik.

"Kau sepertinya sangat menikmati liburan kita," ucap Leonel sambil duduk di samping Rebecca.

"Oh, kau merusak nama kita," protes Rebecca.

"Mereka akan hilang tersapu ombak, tidak ada bedanya jika aku merusaknya," ucap Leonel tanpa rasa bersalah.

Rebecca terekeh. "Ini adalah senja terbaik dalam hidupku, kurasa."

Leonel tersenyum miring. "Jadi ini lebih baik dari lantai di Dubai?"

Ia telah berulang kali membawa Rebecca berlibur, bisa dibilang gadis itu adalah model yang paling sering ia tiduri di banding model lain karena Rebecca sangat cantik, tubuhnya paling indah dan yang utama gadis itu tidak pernah menuntut apa pun darinya.

"Oh, itu tidak bisa kulupakan," ucap Rebecca sambil tersenyum manis.

Setiap kenangan bersama Leonel, ia tidak bisa melupakannya, setiap kali ia meraba otot perut pria itu, adalah kenangan terindahnya.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita...." Leonel menatap dada Rebecca yang terbungkus bikini.

Dalam sedetik bibir Leonel telah memagut bibir Rebecca menggodanya, menggigitnya perlahan lalu menjejalkan lidahnya ke dalam rongga mulut gadis itu, membelai lidah Rebecca dengan lidahnya yang hangat.

Telapak tangan Leonel mengusap punggung Rebecca, dengan sekali tarik tali bikini telah terlepas dan bikini itu meluncur ke pangkuan Rebecca, membuat telapak tangan Leonel bebas menjamah setiap inci kulit gadis itu tanpa penghalang apa pun.

Rebecca mengerang, sentuhan Leonel adalah sentuhan terbaik di dunia. Leonel adalah pria pujaannya. Demi Leonel, ia tidak pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun karena ia tahu jika Leonel menyukainya. Meski ia tahu, jenis suka Leonel bukan suka dalam artian ketertarikan untuk menjalin sebuah hubungan tetapi hanya sebatas ketertarikan gairah seksual.

Namun, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Ia ingin menjadi milik Leonel saja meski Leonel tidak mungkin memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Tidak ada salahnya berharap, Rebecca ingin suatu saat Leonel melihatnya dan menempatkan dirinya di hatinya, sama seperti dirinya.

Leonel membaringkan Rebecca, menarik kain terakhir yang membungkus tubuh Rebecca. Membelai kulit perut Rebecca Perlahan sambil bibirnya terus mencumbui dada kenyal gadis yang hanya pasrah terbaring di atas pasti dengan tatapan mata berkabut gairah, Perlahan Leonel memasukkan satu jemarinya ke dalam tubuh Rebecca, menggodanya dengan cara yang luar biasa ahli hingga Rebecca gelisah dan terus memanggil namanya.

"Leonel, aku menginginkanmu," erangnya.

Leonel menjauhkan bibirnya dari dada Rebecca, ia menyeringai. "Kau tidak sabaran," katanya.

"Cepatlah, oh Tuhan. Leonel, jarimu... itu tidak cukup," erang Rebecca.

"Berapa jari kau ingin?" Leonel menambahkan satu jemarinya.

"Leonel jangan menggodaku." Rebecca benar-benar memohon.

Leonel menjauhkan tangannya, ia merogoh saku celananya untuk mengambil bungkusan kondom, merobeknya lalu memasangkannya di bagian tubuhnya. "Kau ingin memuaskan dirimu atau kau ingin aku puaskan?"

Rebecca terkekeh, gadis itu bangkit lalu menerjang tubuh Leonel. "Begini lebih baik," katanya yang telah mengambil kendali atas diri Leonel.

Mereka bercinta di atas pasir pantai dengan berbagai posisi dan gaya, mereka tidak peduli dengan ombak yang berulang kali menjilati kulit mereka. Tidak terhitung berapa kali Rebecca menjerit memanggil nama Leonel, tidak terhitung berapa kali juga dirinya mendapatkan pelepasan karena Leonel selalu menyentuh titik terdalamnya.

"Sepertinya setelah ini kau akan kesulitan berjalan," ucap Leonel yang baru saja mendapatkan pelepasannya yang ke tiga kali dan waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.

Rebecca, gadis itu sepadan dengannya, jeritan liarnya membuat semangat Leonel semakin berkobar hingga ia sulit mengendalikan dirinya dan terus memompa pinggulnya. Dan yang pasti, gadis itu tidak pernah meminta ikatan apa pun darinya. Leonel menyukai Rebecca, gadis yang sama tidak sekali tidak pernah merepotkannya.

***

"Leonel, perusahaan Hubert dari Perancis menawarkan kerja sama," ucap Mario pagi itu. Satu jam Mario telah berdiskusi dengan Leonel nyatanya yang ia dapatkan hanya pekerjaannya yang terbengkalai.

Leonel yang sedang duduk bersandar dengan nyaman di kursi kerjanya mengerutkan keningnya. "Apa kebangkrutan Glamour Entertainment telah terendus media?"

"Tidak mungkin," jawab Mario.

Leonel mengusap lehernya, menyentuh jakunnya menggunakan ujung jemarinya. "Jadwalkan saja, secepatnya," katanya.

"Kau yakin tidak ingin meminta bantuan keluargamu untuk menambal kebocoran keuangan perusahaan ini?"

Leonel menatap tajam Mario, sekretarisnya. "Kau tidak percaya kemampuanku?"

Pria itu bangkit dari duduknya, ia mengedikkan kedua bahunya lalu berucap. "Aku tidak sabar untuk melihat kemampuanmu."

Leonel menegakkan posisi duduknya. "Hei! Sialan! Aku bosmu!"

Pria itu meneriaki sekretarisnya yang kurang ajar karena meremehkan kemampuannya. Sayangnya, Mario telah hilang dibalik pintu tanpa mempedulikan omelannya.

Holla, Mi Amor.

It's great to see you again.

So, jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak komentar dan Rating bintang 5 yah buat novel ini.

Love you all.

SAlam manis dari Cherry yang manis.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Kona lia Sari
selalu keren novel Cherry ini ,sukaaa bgt
goodnovel comment avatar
Ela Grace
your boss,,
goodnovel comment avatar
Ela Grace
no worries
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status