Share

06

Happy Reading and Enjoy~



Pria di hadapannya menjulurkan tangan hingga menyentuh titik sensitif Luna dari luar dress, menekankan tangannya di sana dengan sikap yang luar biasa kurang ajar. Luna bergetar, ketakutannya memancar jelas, hingga pria itu mengerutkan dahi dengan sikap menyelidik.



"Kau hanya tikus kecil yang mencoba menjadi bangsawan, eh? Jika kau benar-benar kekasih Allard kau tidak mungkin gemetar seperti ini hanya karena sebuah sentuhan." Pria itu berbisik di telinganya. "Sebab Allard menyukai kekerasan dan seharusnya kau sudah terbiasa, bukan?" Di akhir perkataannya pria itu menggigit kecil daun telinga Luna.



Hidupnya kacau! Kacau! cepatlah ia keluar dari sini, berduaan dengan pria ini membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Tubuhnya akan bergetar dan kesan wanita nakal yang ingin ia tunjukkan gagal total.



Beruntung keinginannya terpenuhi sebab tidak lama setelah itu pintu lift terbuka, kesempatannya melarikan diri semakin besar.



"Ah tepat sekali, sebaiknya kita menghabiskan waktu di ranjang bukan di dalam lift." Pria itu berjalan terlebih dahulu dan Luna mengikutinya, matanya menatap sekeliling untuk melihat para karyawan yang menunduk dan menyapa ramah pada pria ini.



Tampaknya pria ini benar-benar teman dekat Allard dan menduduki posisi yang tinggi di perusahaan. Luna berbohong pada orang yang salah.



Ketika mereka berbelok di saat itulah Luna membalikkan badannya dan berlari, tidak lagi mengikuti pria itu. Heels nya masih dijinjing, sebelah tangannya yang lain menjinjing tasnya.



Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang Luna berhenti pada lift yang tadi di naikinya, tetapi langkahnya terhalang oleh dua tangan karyawan yang memakai jas hitam, karyawan yang sejak tadi berdiri di kedua sisi pintu lift.



"Maaf, nona. Lift ini hanya boleh dinaiki oleh Tuan Allard dan rekan bisnisnya yang lain."



Luna mengibaskan rambutnya dengan gaya sombong yang tentunya membuat karyawan itu meringis saat melihat Luna mengibaskan dengan tangannya yang menjinjing heelsnya.



"Apa kau tidak lihat aku bersama pria tadi? bukankah itu teman Allard, jadi aku ingin menjelaskan bahwa aku adalah kekasih Allard. Biarkan aku masuk, jangan membuatku menunggu lama."



"Sekali lagi maaf, nona. Kami tidak bisa ...."



Ucapan karyawan itu terhenti, mereka langsung membungkuk hormat. Luna menyunggingkan senyumnya, mereka tertipu juga. Dengan gaya yang semakin sombong, Luna mengangkat dagunya tinggi-tinggi, berjalan memasuki lift dengan membusungkan dadanya.



"Selamat siang, tuan."



Karyawan itu menyapa seseorang yang berada di belakang tubuh Luna, menelan ludahnya dengan gugup Luna memilih berlari dan lagi-lagi gagal.



"Mau lari kemana, wanita? Bukankah tadi aku menyuruhmu untuk mengikutiku, hem?" Tangan kokoh mendarat pada pinggulnya, tangan yang sama yang dirasakan Luna saat berada di tangga darurat tadi. Tangan pria itu! Ucapkan selamat tinggal pada kehidupannya di dunia.



"Aku hanya ingin mencari makanan, aku tidak berbohong padamu."



"Begitukah? Padahal aku mengajakmu karena Allard menyuruhku menyajikan hidangan lezat untukmu, perutmu akan terisi jika memutuskan untuk ikut denganku."



Allard yang menyuruh pria ini? Tapi Allard tidak mengenalnya ....



Luna membalikkan tubuhnya, apa pria ini mengikuti kebohongannya?



"Allard juga memberimu kartu izin agar bertemu dengannya, ku dengar kau adalah orang yang tidak diterima di meja resepsionis karena tidak memiliki izin resmi."



Tergagap Luna berkata. "Ka-kau tau dari mana?"



Pria itu mendekat lalu mengecup ujung hidungnya. "Aku bisa tau asal usulmu dan tujuanmu hanya dalam hitungan detik."



***



Perkataan pria itu ternyata benar, ia hanya memberi Luna makan dan juga kartu izin agar dirinya dimudahkan masuk ke Washington Corp. Sejak tadi Luna memperhatikan kartu berwarna hitam itu, bertinta emas menampakkan kesan elegan. Pikirannya berkecamuk. Setelah nanti berhasil meminta pada Allard untuk menikahinya, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?



Seorang Allard tidak mungkin mau menikahinya, bukan? Tetapi tidak apa, Luna akan mencobanya. Ia menghela napas panjang, sebenarnya wajah pria tadi tidak asing. Luna pernah melihatnya, tetapi di mana? Apa di sebuah majalah?



Ia membuka laci yang berada tepat di samping ranjangnya, mengambil majalah Story yang sebulan lalu dibelinya. Di majalah ini ada berita tentang Allard, jika ia tidak lupa foto Allard juga di cantumkan. Luna membuka lembar demi lembar majalahnya hingga tepat pada bagian akhir majalah itu. Tidak ada apapun. Sepertinya di majalah Story yang lainnya.



Luna kembali memeriksa laci, mengeluarkan majalah Story lainnya. Dengan teliti membuka lembar demi lembar hingga pandangannya terhenti pada sosok wajah yang dikenalnya. Pria itu! Pria yang bertemu dengannya tadi, pria yang bermanik abu. Pria yang membunuh karyawan lain. Seketika jantungnya berdetak bertalu.



Tidak mungkin, pasti dirinya salah lihat. Pasti majalah ini salah, tetapi sayangnya di majalah itu jelas-jelas tertulis Allard Washington menolak menikah.



Dengan tubuh yang lemas, Luna mengambil ponselnya. Mencari nama Allard di media, dan yang benar saja! Lelaki yang bertemu dengannya tadi dinyatakan sebagai Allard Washinton.



Jadi ia berbohong di depan Allard? Mengaku-ngaku bahwa Allard kekasihnya di depan seorang Allard sendiri ... itu adalah tindakan yang memalukan.



Ya Tuhan, tidak bisakah ia menghilang dari bumi hanya untuk setahun saja? Tolong antarkan ia ke planet lain, tidak mengapa dirinya berteman dengan para alien.



Lalu bagaimana dengan besok? Memilih resiko dengan mendatangi Allard atau memilih kakek John?

Luna mengacak rambutnya frustasi, kenapa dirinya bisa sebodoh ini, tidak mengenali wajah Allard. Luna hanya mengetahui nama Allard Washington dari pandangan luar, ia hanya mendengar kabar burung. Luna tidak pernah mengikuti gosip orang-orang kaya. Itulah yang membuat wajah Allard samar-samar di ingatannya.



Pintu kamarnya terbuka, menampilkan daddy yang menyorot tajam. "Kenakan gaun terbaikmu, Luna. Tuan John ada di bawah, dia ingin bertemu denganmu."



"Aku tidak mau!"



"Kematian daddy dan mommy yang akan kau dapatkan. Pilihan ada di tanganmu."



Tubuh Luna bergetar, menelan ludah dengan susah payah. Luna bertekad, apapun yang terjadi besok, Allard Washington harus menjadi suaminya. Jika Allard menyuruhnya berlutut maka akan ia lakukan.



Luna memakai gaunnya, tanpa riasan di wajah. Ia berjalan dengan malas ke arah pria tua yang saat ini tertawa bersama daddynya. Saat melihat kedatangannya, wajah Joan langsung cerah. Senyum mengembang di wajahnya.



"Tuan, ini anak saya, Luna Ananta."



John berpaling, wajahnya yang berkeriput tersenyum mesum. Matanya menatap tertarik pada tubuh Luna, meskipun saat itu Luna mengenakan gaun panjang tanpa belahan.



"Aku ingin secepatnya, aku tidak sabar harus menunggu waktu lama untuk memilikinya." Tangannya terulur, "Sini sayang, duduklah di pangkuanku."



Luna menahan dirinya untuk tidak menampar tangan keriput itu, ia mengetapkan rahang dengan rasa mual yang bergulung-gulung ean siap untuk di keluarkan.



"Daddy, Tuan John, aku sudah bertunangan dengan Allard Washington. Dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, aku tidak bisa menikah dengan Tuan John."



Bersambung...


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status