Share

11

Happy Reading and Enjoy~



Allard membuka paksa piyama Luna hingga tubuh gadis itu polos tanpa sehelai benang. Ia juga menghidupkan shower dengan air hangat, membuat lapisan kaca pada shower box itu berembun. Tanpa rasa malu lelaki itu juga melucuti pakaiannya sendiri.



Luna meringkuk, tubuhnya terasa sakit, air yang menyentuh kulitnya terasa perih. Ia menutup matanya, tidak memiliki keberanian menatap wajah Allard.



Kepalanya terdongak, dengan tarikan kuat pada rambutnya. Tarikan yang menyakiti kulit kepalanya. Luna merasa dagunya di cengkram, tangan Allard menyentuh luka pada pipinya, menekan disana dengan kuat.



"Kenali siapa lawanmu, Luna." Satu pukulan kembali melayang.



CTAR



Kulitnya yang putih dan mulus kini dihiasi warna merah yang memanjang. "Buka matamu," pinta Allard. Luna menggeleng, air matanya terjatuh bercampur dengan air shower.



"Buka atau tubuhmu akan menerima lebih banyak pukulan."



Putus asa, Luna membuka kedua matanya, tetapi hanya sedetik karena detik kemudian ia kembali menutupnya. Tidak sanggup melihat tubuh polos milik Allard. "Kau gila!" desisnya dengan suara pelan.



Jantungnya berdetak tak karuan, bukan karena hal apapun, tetapi karena ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Luna merasa tubuhnya terangkat, masih dengan keadaan mata yang tertutup rapat, dirasakannya Allard menciumnya. Kasar. Tidak ada kelembutan sama sekali.



"Jangan lakukan ini, please." Luna terisak ketika ciumannya terlepas, matanya terbuka, memandang sendu netra abu milik Allard.



"Jangan bersikap seperti itu, tenang dan nikmati." Setelah mengatakan itu, Allard memaksa miliknya masuk tanpa peringatan. Membuat teriakkan kuat lolos dari bibir Luna. Seolah tak mendengar dan tak memperdulikannya, lelaki itu menggerakkan tubuhnya. Kasar dan dominant, Luna terkulai lemas, hanya mengandalkan tubuh Allard sebegai tumpuannya.



Tubuhnya perih dan tempat yang paling perih adalah pusat dirinya, hatinya sendiri seolah diremas oleh tangan besar tak kasat mata. Kelopaknya terbuka, memandang wajah Allard yang terpejam menikmati. Di saat mahkota itu hilang, bukan dengan kemesraan melainkan dengan kekasaran. Tidak apa, ini semua untuk daddy dan juga mommynya.



Tanpa bisa ditahan, pandangan matanya memburam. Gelap menyelimuti, untuk kedua kalinya pada hari ini, Luna kehilangan kesadarannya. Memberikan akses pada Allard agar bisa bergerak di atas tubuhnya.



Menyadari Luna kehilangan kesadarannya, Allard mendesis. Ia belum pernah dengan gadis lemah, wanita-wanitanya mampu bermain hingga beberapa ronde. Satu ronde juga belum dilewati dan gadis ini sudah pingsan.



Allard sendiri masih bergairah, menikmati tubuh Luna dengan geraman tertahan. Tubuh ini halus dan lembut, aroma vanila menguar. Aroma yang sekarang di sukainya. Ya, Allard jatuh pada pesona tubuh Luna. Manis dan halus



Saat hasratnya terselesaikan, Allard menyelimuti tubuh Luna dengan handuk lalu membawanya menuju kamar. Ia akan mengurung gadis ini di kastil miliknya, mencegah berita apapun yang masuk.



Setelah pernikahan mereka diatur dan di selesaikan, Allard akan mempertimbangkan kembali, apakah tetap menyembunyikan Luna atau tidak. Semua itu di lakukan agar menghindari gosip-gosip yang menyebar.



Allard akan menikahi Luna setelah ekonomi keluarga gadis itu membaik, ia tidak ingin mendengar gosip jelek yang akan mengatakan bahwa Luna memanfaatkannya, meskipun itulah yang terjadi, tetapi Allard ingin ini akan menjadi rahasia antara dirinya dan juga Luna. Kisah mereka lebih baik dinikmati berdua, publik tidak perlu tau hal itu, terlebih, Allard masih ingin bermain-main dengan wanita liar lainnya.



Allard ingin melakukan pernikahan secara sembunyi.



***



Tidak seperti saat pertama kali dirinya terbangun, kali ini Luna berada di dalam limusin yang melaju. Allard duduk di sebelahnya dengan wajah dingin, wajah lelaki itu memang selalu terlihat dingin dan kejam sejak mereka bertemu, tetapi tampaknya kali ini berbeda.



Lelaki itu seperti menahan amarah yang siap meledak, tapi kenapa? Tidak ingin mengganggu mood pria itu, Luna kembali memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya sakit, Allard pria yang gila. Ia akan menghindari interaksi apapun dengan Allard.



Limusin yang bergerak itu berhenti, Luna membuka matanya sedikit untuk melihat dan seketika kedua matanya membesar. Allard membawanya ke rumahnya, tapi pria itu bilang akan menahannya lebih lama. Kenapa terburu-buru ingin membawanya pulang?



"Tidak perlu berpura-pura tidur, temui orang tuamu karena ini terakhir kali kau melihatnya."



Tanpa menunggu jawaban dari Luna, pria itu membuka pintu mobil dari sebelah sisi. Berjalan dengan diikuti beberapa bodyguard yang masih menjaga jarak. Luna membuka pintu limusin itu, tidak langsung melangkah, sebab rasa perih yang sangat langsung menerjang dari kedua pangkal pahanya. Meringis untuk menahannya, kemudian berjalan dengan langkah pelan.



Teriakkan mommynya terdengar kuat, nyaring dan memilukan. Jantung Luna berdetak dua kali lebih cepat, dengan susah payah dan menahan perih, ia mempercepat langkahnya. Sejak tadi perasaannnya kalut, kenapa Allard membawanya pulang, sementara jelas-jelas pria itu mengatakan akan menahannya. Allard sendiri yang bilang akan mengirim sejumlah uang kepada daddynya.



Suara benda yang pecah, teriakkan Allard dan Daddy menyatu menjadi satu, perasaan Luna semakin tak menentu. Allard tidak boleh melakukan apapun kepada keluarganya, Luna tidak mengizinkan pria itu menyentuh daddy dan juga mommynya. Cukup dirinya yang menjadi korban lelaki itu, Luna mau menyerahkan dirinya untuk pria itu, tapi tidak dengan keluarganya.



Saat langkahya sampai, Luna terbelalak. Daddy dan juga mommynya duduk di kursi dengan keadaan tangan terikat, mereka seperti tahanan. Sementara Allard duduk dengan gaya sombong di hadapan orang tuanya. Di tangan lelaki itu terdapat pistol yang dimainkannya.



"A-apa yang kau lakukan pada mereka!?" Luna berteriak kuat, ia berjalan tertatih menuju mommynya. Saat tangannya terjulur hendak membuka ikatan tali yang mengurung Yessie, satu peluru melintas tepat hampir mengenai pipinya sebelum mendarat dengan mulus di pintu lemari kaca yang tersedia di ruangan itu. Tubuh Luna menegang, ia melihat dengan jelas bagaimana peluru itu melintasi pipinya.



"Buka ikatan itu dan kau mati bersama mereka," ucap Allard kejam. Matanya menatap tajam, rahangnya menegang. Aura membunuh begitu kental hingga Luna takut apa yang di pikirkannya menjadi kenyataan.



"Apa yang kau katakan?" tanyanya dengan nada bingung. Mati bersama mereka? Allard ingin membunuh orang tuanya? Ta-tapi mengapa? Pria itu sudah mengambil mahkotanya dan sekarang melanggar janjinya untuk membantu keluarganya, bukannya membantu pria itu malah mengikat mommy dan juga daddynya ibarat tawanan.



"Menyingkir dari sana, Luna." Allard menggeram. Aura mencekam memnuhi ruangan itu.



Dengan keras kepala dan penuh tekad Luna menggeleng, siapa pria itu berani-beraninya berbuat seperti ini dengan kedua orang tuanya. "Lebih baik aku mati bersama mereka! Kau membohongiku, pergi saja ke neraka!"



Luna berpaling ke arah Yessie. "Mom, maaf. A-aku tidak tau mengapa bisa begini, dia Allard Washington, lelaki yang bisa menyelamatkanku dari perjodohan. Mommy yang menyuruhku untuk menemuinya. Maaf."



Bersambung....


Komen (1)
goodnovel comment avatar
Theresia Debbie
miris deh...msh perawan diperkosa kayak gitu blm dipukuli gitu. aduhhh psikopat ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status