Share

14

Happy Reading and Enjoy~

Ketika Allard keluar sembari membawa tubuh Luna di dalam gendongannya, ia menatap seorang pemuda yang berdiri dengan kedua mata terbelalak. Ada dendam di sana. Apa pemuda itu mendengar pemburuannya?

Kedua mata pemuda itu menyipit tajam, rahangnya mengeras dengan tangan mengepal. Tubuhnya sendiri di halau bodyguard Allard. Tadi Allard melihat pemuda itu memberontak, memanggil nama Luna berkali-kali.

Bocah ingusan.

Mengabaikan pemuda tak di kenal itu, Allard berjalan santai menuju limusinnya. Masuk ke dalam dengan perlahan, sembari membawa tubuh Luna bersamanya.

"Luna! Bangun, ini aku Derald. Aku sudah membuat perjanjian dengan Daddy, kita akan menikah. Luna! Sadarlah, dan pergi dari lelaki itu."

Teriakkan pemuda itu mengganggu Allard, ia menolehkan kepala dan melayangkan tatapan dingin ke arah pemuda yang masih mencoba melawan.

Perjanjian? Menikah? Apa-apaan semua itu. Rahang Allard mengeras, pemuda tidak tau diri itu harus di beri pelajaran. Memangnya siapa dirinya ingin menikahi Luna. Ia menggerakkan tangannya, memberi isyarat pada salah satu bodyguardnya agar mendekat.

"Bawa pria itu."

Allard akan memberitahu pada pria itu siapa dirinya yang sebenarnya. Bagaimana bisa Luna lebih memilih pemuda tengik seperti itu untuk menjadi suaminya, kecuali Luna benar-benar gila.

"Apa yang kalian lakukan! Lepaskan!"

Sempat di dengarnya pemuda itu berteriak ketika tubuhnya diangkat. Allard tersenyum miring, ia akan melakukan gertakan kecil pada bocah ingusan itu. Ia menunduk menatap Luna yang masih memejamkan kedua matanya.

Tampaknya tidak semudah itu membuat Luna berpikir dan menata jiwanya. Sebab ketika ia terbangun nanti, akan ada kejutan lain yang menunggu.

Limusin itu berjalan meninggalkan pekarangan rumah Luna. Rumah Luna sendiri berada cukup jauh dari keramaian, setelah jatuh miskin mereka menjual rumah besar di kota. Membeli rumah sederhana yang jauh dari keramaian, dan itu bagus.

Karena membuat Allard tidak perlu repot-repot membawa Joan ke ruangannya untuk di bunuh.

Ibu jarinya terulur, membelai pipi Luna dengan lembut. Lagi-lagi rasa posessif yang hadir dan rasa ketertarikan yang sangat kuat, melonjak ke permukaan. Membuat Allard semakin menunduk untuk mencium bibir manis berwarna peach itu.

Allard terikat, ia tidak bisa berpaling dan semakin ketagihan. Oh, ayolah, tidak mungkin ia menyalurkan nafsunya pada tubuh yang tergeletak tak berdaya ini. Bagaimanapun juga, Allard lebih menyukai ketika mata Luna terbuka, menatap wajahnya dengan penolakan yang kental. Allard menyukai sensasi itu.

Nanti setelah Luna sadar, Allard berjanji akan memakai gadis itu sepuas-puasnya. Ia tidak akan menahan nafsunya lagi, menyalurkan hasrat itu poin pertama dalam hidupnya. Gadis malang yang terikat dengannya, tetapi tidak benar-benar dikatakan kebetulan bagi pertemua mereka.

Meski Luna yang menemuinya dan memintanya untuk menikahi gadis itu, tetapi pertemuan ini juga di sebut sebagai takdir. Takdir yang membawa gadisnya ke dalam pangkuannya lagi.

Gadis yang selama ini keberadaanya hampir saja di lupakan, bahkan oleh semua orang. Gadis yang hidup nyaman dengan identitas baru tanpa tau identitas aslinya. Setelah semua ini selesai, Allard juga berniat menutupi hal yang sebenarnya.

Ia sudah tertarik, tidak bisa menghentikan rasa dan juga hasratnya. Soal keterikatan mereka di masa lalu, biarlah menjadi masa lalu. Toh, saat ini dan sekarang juga, semuanya bergerak dengan cara yang berbeda. Allard dengan identitas baru, dan Luna dengan identitas baru.

Masa lalunya akan tertutup rapat.

***

Seperti tidak memberikan waktu untuk dirinya tenang, kali ini Luna terbangun dengan keadaan ruangan yang gelap. Tetapi meskipun begitu, ada lampu hidup yang terlihat redup. Luna memegang kepalanya yang terasa sakit, rasa mual yang sangat naik ke permukaan.

Bau anyir darah memenuhi indra penciumannya, Luna tidak menyukai bau ini, membuatnya pusing. Wajah daddy dan juga mommy terlintas di benaknya, membuat tubuh Luna menegang. Pembunuhan itu tidak terlalu menyeramkan, tanpa penyiksaan yang menyakiti. Tapi mampu membawa dirinya masuk ke dalam kubangan kesengseraan, terlebih itu adalah orang tuanya.

Rasa benci dan dendam merasuk hingga membuatnya sesak, bagaimana ia bisa menghabiskan waktu ke depannya dengan orang yang telah membunuh kedua orang tuanya? Tidak, tidak ada kalimat akan menghabiskan waktu untuk ke depannya. Sebab, tidak ada masa depan di dalam1 hidupnya, Luna akan membunuh Allard. Sekarang, saat ini juga!

Mengabaikan rasa pusing yang menghantam kepalanya, Luna bangun untuk untuk memeriksa ruangan yang saat ini di tempatinya. Tidak seperti yang lalu, ketika ia terbangun berada di kamar yang luas. Kali ini, Luna berada di ruangan persegi tidak terlalu luas. Hanya ada ranjang berukuran king size dan beberapa lemari yang tentunya tampak mewah.

Pintunya sendiri terbuat dari besi putih, ini tampak seperti penjara bagi para bangsawan. Pintu besi itu terdapat bolongan di atasnya, membuat Luna bisa melihat keadaan di luar dengan berjinjit. Yang menjadi masalah, pintu besi itu terkunci. Membuat Luna mau tidak mau berjinjit untuk melihat keadaan di luar ruangan.

"Akhh!!!"

Suara teriakkan yang kuat serasa tidak asing. Luna melompat-lompat kecil guna melihat lebih jelas apa yang terjadi di luar ruangan. Itu suara orang yang di kenalnya, perasaan Luna mulai tak menentu. Dadanya berdegub dengan rasa takut yang menyelimuti. Jangan katakan setelah orang tuanya, Allard juga mengincar orang-orang terdekatnya.

Air matanya sudah menggenang, menelan ludah dengan susah payah Luna mulai berteriak. "Ada orang di luar?"

"Baji*ngan!!"

Teriakkan itu terdengar kembali, itu seperti suara ... Derald?

Ke-kenapa Derald bisa berada di tempat ini? Bukankah ini tempatnya Allard, Luna masih mengingat dirinya jatuh pingsan di pangkuan Allard. Dan bukan hal yang mustahil jika pria itu membawa Luna ke tempatnya. Mencoba menenangkan dirinya sendiri, Luna berasumsi dengan kalimat 'tidak mungkin Derald berada di sini' terlebih, Derald pasti sedang mengerjakan beberapa ujian untuk masuk ke universitas.

"Dimana Luna bang*sat! Akhh!"

Kedua mata Luna melebar, kali ini sudah pasti benar. Itu adalah Derald, Deraldnya. Tap-tapi kenapa?

"Ada orang di luar? Tolong keluarkan aku dari sini!"

Luna berteriak, mengambil resiko memukul-mukul pintu besi yang menghalanginya. Membuat tangannya yang kecil itu hanya mendapat rasa sakit, sementara pintu itu tidak terbuka. Yang membuatnya putus asa adalah, tidak ada orang yang mendengarnya. Suara dari luar seolah menggema, tetapi suara yang berasal dari dalam ruangan hanya memantul di ruangan itu sendiri.

De-derald tidak boleh mati. Membayangkan akan kehilangan Derald membuat Luna tanpa ragu akan menghabisi dirinya sendiri, ia akan memilih bunuh diri sebelum membalaskan dendamnya. Persetan dengan Allard, lelaki itu akan sulit di kalahkan. Jalan terbaik yang bisa di ambil adalah bunuh diri, lalu membalaskan dendammya di langit sana.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LUNA!!! AKHHH!!"

Bersambung...


Halo semuanya, jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kamu agar bisa sama-sama suka dengan cerita ini ya. Jangan lupa juga follow Instagram Author; Mesir_Kuno8181

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status