Share

Chapter 2

"Bisakah kau menemaniku beberapa hari ini di tempatku?" ajaknya, aku menaikkan satu alis mataku.

"Tempatmu?" Aku sedikit tidak mengerti apa yang ia maksud dengan tempatnya.

"Ahh, maksudku ke kasino milikku yang berada di Las Vegas, kau libur dari sekolahmu, bukan?" jawabnya seketika membuat mataku melebar.

"Kau memiliki kasino di Las Vegas?" tanyaku dan ia mengangguk.

"Mengapa kau baru memberitahuku, huh? Aku ingin belajar tentang berjudi sejak lama." Aku sedikit mencengkram lengannya.

"Karena kau masih terlalu muda untuk mengerti dunia itu, Nuva-ku sayang. Dan sekarang kau sudah cukup besar untuk mengerti," jawab Levy sambal tertawa kecil.

"Kau benar mengajakku, bukan?" tanyaku bersemangat.

Aku selalu mendengar tentang kasino yang katanya hiburannya sangat bagus, karena itu aku sangat bersemangat sekali ketika Levy mengajakku.

"Tentu saja, bersiap-siaplah kita berangkat sekarang. Aku sudah meminta izin pada Papa dan Mama untuk mengizinkanmu ikut bersamaku," jawab Levy sambil mengusap kepalaku.

Aku memeluk Levy dengan kencang, meski begitu Levy tidak merasakan sakit sama sekali. Kulihat wajahnya sedikit memerah, mengapa akhir-akhir ini wajah mereka memerah? Apa itu sebuah wabah?

"Nuva, jika kau memelukku seperti itu aku bisa menerjangmu saat ini juga," bisik Levy di telingaku.

"Jika kau melakukannya aku akan ...," Aku menjeda kalimatku sambil menatap wajah Levy yang kian merona. "... mencubitmu hingga dagingmu terkelupas," lanjutku langsung saja mencubit pinggangnya dengan keras.

"Aw ... Nuva, kau benar-benar," gerutu Levy sambil mengelus pinggangnya.

"Aku akan bersiap-siap." Aku merasa senang sekali dan berlari memasuki kamarku.

"Kau tidak perlu membawa pakaian, kau bisa membelinya di sana," kata Levy yang langsung merebahkan tubuhnya di ranjang besar milikku.

"Baiklah, kau sudah menyiapkan barang-barangmu?" tanyaku sambil menutup pintu walk in closet.

"Sudah, kau tenang saja. Kita berangkat sekarang agar nanti malam kita sampai di sana," jawabnya, aku mengangguk lalu mengambil tas kecilku yang hanya berisikan ponsel dan dompet.

Kami berdua keluar kamar lalu berjalan ke pintu utama, di sana sudah ada Papa dan Mama yang sepertinya ingin berpergian juga.

"Nuvaca,"panggil Mama.

"Apa kalian berdua akan pergi?" tanyaku saat menghampiri mereka berdua.

"Papa ingin mengajak Mama bulan madu," jawab Mama sambil tertawa pelan.

"Sudah lama Papa tidak bepergian dengan Mama, jadi bisakah kau tidak mengganggu Papa dan Mama saat berbulan madu?" kata Papa sambil mengacak rambutku.

"Tentu tidak akan, aku akan pergi bersama Levy, kalian tahu itu, bukan?" jawabku sedikit kesal karena rambutku menjadi berantakan.

"Levy, jaga Nuvaca baik-baik," kata Mama pada Levy, Levy sedikit bergidik ngeri saat merasakan aura hitam di sekitar Mama.

"Jika Nuvaca terluka sedikit saja, aku akan membunuhmu," lanjut Mama masih dengan senyumannya.

"Te-tentu saja, Mama. Aku akan menjaganya dengan taruhan nyawaku," jawab Levy yang ketakutan, aku hanya tertawa kecil melihatnya.

"Kami akan bersenang-senang jadi Mama dan Papa tidak perlu khawatirkan diriku," kataku untuk menenangkan Mama.

"Baiklah, kalian pergilah," kata Papa, aku mengangguk lalu memasuki mobil hitam yang akan kami gunakan untuk pergi.

Sedikit aku melihat raut wajah serius Papa saat berbicara dengan Levy, aku tidak bisa mendengar percakapan mereka, tetapi saat melihat raut wajah Mama yang berseri ketika melihat ke arahku, aku tidak memikirkan hal lain.

Levy masuk dan duduk di sebelahku, kami berdua duduk di kursi penumpang. Sesaat aku melambaikan tangan pada Papa dan Mama dan mereka berdua membalasnya dengan senyuman. Mobil hitam yang aku naiki pun mulai melaju.

"Aku tidak melihat Lucas dan Alves, di mana si penyuka bunga dan si bodoh itu?" tanyaku pada Levy, Levy menoleh ke arahku lalu tertawa kecil.

"Kau memanggil mereka dengan sangat lucu, Nuva," jawabnya. "Mereka sedang ada tugas jadi tidak ikut dengan kita," lanjut Levy.

"Hmm ... begitu, berapa lama kita akan sampai?" tanyaku sambil membuka ponsel.

"Sekitar tiga jam atau lebih karena kita tidak menaiki jet pribadi, jika kau lelah bersandarlah di pelukanku," jawabnya sambil merentangkan kedua tangannya.

"Dalam mimpimu," jawabku datar dan Levy seperti biasa tertawa terbahak-bahak lalu merangkul dan mencium kepalaku.

Levy memang suka sekali seenaknya mencium, memeluk, bahkan terkadang suka sekali melakukan yang tidak-tidak. Mama berkata, bahwa itu wujud kasih sayangnya padaku maka, aku harus menerima kasih sayang yang diberikan olehnya. Sesungguhnya aku tidak cukup mengerti tentang itu.

"Levy," panggil Navier.

"Aku tahu, biarkan saja," jawab Levy sambil tertawa kecil.

"Ada apa?" tanyaku pada Navier.

Navier, lelaki berkulit pucat dengan senyuman ramah, tetapi tidak suka banyak bicara. Ia adalah salah satu anggota keluarga Juggernaut, Navier juga tangan kanan Levy yang paling terpercaya. Semua yang mengabdikan diri di keluarga Juggernaut sudah menjadi anggota keluarga Juggernaut.

"Tidak ada apa-apa, Nuvaca. Aku hanya mengingatkan Levy agar tidak terlalu dekat denganmu. Kau tahu kan dia lelaki mesum," jawab Navier tanpa menoleh, tapi aku tahu ia sedang tersenyum.

"Hahaha ... mereka semua sama saja," jawabku tertawa lalu melihat keluar jendela.

Levy menyandarkan kepalanya pada bahuku, aku tidak merasa keberatan karena ini sudah biasa sejak dulu. Satu jam telah berlalu hingga aku merasa mengantuk.

"Nuva, apa kau mengantuk?" tanya Levy, aku hanya mengangguk sambil memejamkan mataku.

"Makanlah permen ini, mungkin kau akan merasa segar." Levy menyodorkan permen berwarna putih dan aku langsung memakannya.

Rasanya aku semakin mengantuk dan ku sandarkan kepalaku ke bahu Levy. Aku sudah tidak tahan lagi, mataku terasa berat. Semoga saja setelah bangun nanti sudah sampai di Las Vegas. Dan saat kurasakan tangan Levy yang mengelus lembut rambutku, kegelapan mulai menyapaku.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status