Alena hanya dapat tidur dengan nyenyak tidak lebih dari empat jam saja. Ia terbangun pukul enam pagi. Walau kurang beristirahat dari waktu yang dirinya telah tentukan, tak dirasakan pengaruh pada energi. Alena tetap bugar. Ditambah dengan mengonsumsi vitamin. Maka, tenaganya tidak akan habis cepat. Bisa bertahan dengan baik hingga malam nanti.
Alasannya tak dapat tidur lelap karena masih dalam proses penyesuaian akan tempat baru. Ya, ia sudah pindah ke apartemen luas nan mewah milik Davae Hernandez sejak semalam sesuai kesepakatan yang telah mereka berdua setujui secara bersama-sama.
Alena memang memiliki kebiasaan buruk yang tak bisa beradaptasi secara cepat dengan lingkungan dan akan berpengaruh pada pola tidurnya. Walau, rasa nyaman sangat kental menggambarkan situasi di apartemen sang atasan. Tak ada gangguan.
Alena tentu sudah bertekad akan mampu sesegera mungkin menunjukkan pengendalian. Turut diberi rangsangan positif ke dalam pikiran sehingga dapat menciptakan ketenangan yang lebih untuk dirinya. Ia tak bisa terus membiarkan. Bagaimana pun juga harus dapat secepatnya dilakukan penyesuaian. Ia akan tinggal selama beberapa bulan di apartemen Davae. Ya, sampai kontrak kerja nanti berakhir.
"Ckck." Alena berdecak seraya menjauhkan ponsel pintarnya berwarna merah dari telinga kanan.
Kaki-kaki jenjangnya yang putih pun lantas dengan cepat dilangkahkan ke arah pintu ruangan tidur Davae Hernandez, ingin memastikan bahwa ia tidak salah menangkap alunan musik. Ia yakin berasal dari ponsel sang atasan guna menandakan adanya panggilan masuk. Dan, memang dirinya menelepon pria itu. Sudah dilakukan sebanyak empat kali sejak setengah jam yang lalu. Namun, tak diangkat.
"Apa yang dia sedang lakukan sehingga tidak dapat mendengar? Atau dia memiliki penyakit tuli?" Alena menggumam dengan nada heran yang bercampur sedikit kekesalan. Namun, belum sampai marah.
"Oke, mungkin saja dia tidur begitu lelap dan tidak bisa mendengar deringan handphone." Alena lanjut bermonolog, melontarkan jawaban yang muncul di dalam kepala atas pertanyaan diluncurkannya tadi.
"Tapi, tidak mungkin aku membiarkan dia terus tidur sampai siang. Kita harus berangkat ke kantor. Jadi, aku akan memastikan dia segera bangun." Alena berujar dengan tegas seraya memikirkan cara yang hendak digunakan untuk menghadapi sang atasan.
Kedua bagian bibir sudah dirapatkan. Ide-ide yang telah muncul tidak segera diutarakan lewat kalimat. Dipikirkan ulang. Menimbang-nimbang cara paling efektif yang bisa diambil dengan hasil sesuai akan ekspektasi. Berupaya diputuskan secepatnya.
"Baiklah, aku akan mengetuk pintu ini sekeras yang aku bisa. Aku juga akan memanggil dengan suara keras agar dia bisa mendengar. Bagaimana ak--"
Alena tidak melanjutkan ucapan karena terkejut pintu kamar tidur Davae Hernandez yang ternyata tak terkunci. Ia pun memutuskan untuk segera masuk. Diabaikan kesan tidak sopan. Yang terpenting kini adalah membuat sang atasan secepatnya bangun dari tidur karena harus berangkat ke kantor.
"Dia tampan sekali." Alena bergumam spontan saat menyaksikan sosok Davae Hernandez berbaring di atas kasur dengan lelap. Ia pun tersenyum.
"Dia juga seksi. Aku yakin dia hebat di ranjang dan memuaskan wanita. Partner yang sempurna. Aku jamin kami akan sama-sama cocok bercinta." Alena pun kembali menggumam, intonasi tetap kecil. Senyuman melebar.
Dengan langkah kedua kakinya yang pelan berjalan menuju ke ranjang karena tak ingin menimbulkan suara dan nantinya akan mengganggu. Pusat pandangan masih terus dirinya arahkan pada sang atasan. Senyuman di wajah pun tak bisa untuk dipudarkan akibat fantasi dalam kepala mulai tercipta.
Pikiran liar yang tidak mampu untuk dihentikan, walau telah berupaya untuk diabaikan. Nyatanya, ia terbayang dengan tubuh gagah sang atasan tanpa mengenakan atasan sehingga memerlihatkan otot-otot perut yang indah. Memanjakan mata.
Dulu, para mantan kekasihnya juga punya. Namun, apa yang ada di tubuh Davae adalah salah satu terbaik. Dalam artian dapat untuk membuatnya mudah terangsang. Hasrat pun tak sulit dibangkitkan. Padahal, sudah lama dirinya absen tidur dengan pria.
"Aku sudah tidak sabar ingin bercinta denganmu." Alena berujar begitu pelan.
"Bangun, Mr. Davae!” seru Alena dengan sengajanya dalam intonasi begitu kencang.“Astaga, kau ternyata menyebalkan dan pemalas juga.” Alena mengungkapkan sindiran. Ia kesal.Nyaris seperti berteriak. Insting meminta ia melakukan hal yang demikian agar Davae Hernandez segera bisa mengakhiri tidur lelap. Mengingat waktu bangun sudah ditentukan.Alena juga mengguncang-guncang tubuh klien tampannya itu dengan cukup keras. Tak akan ada pemberlakuan toleransi atas kemalasan yang ditunjukkan.Alena hanya berusaha menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Jika tak sesuai, maka ia memiliki hak menegur. Tercantum jelas di kontrak.“Ckck. Kau tidak mendengarkanku?” gumam Alena kesal karena tak mendapat respons.Davae masih tetap tertidur, bahkan sekalipun tidak bergerak. Sungguh, pria itu menciptakan kesan negatif pada dirinya dan ampuh mengurangi kekaguman ia miliki.Berkaitan dengan sifat. Jika secara fisik, tak aka
"Makanlah cepat, walau rasanya tidak enak. Tapi, bisa mengganjal lapar. Sekarang kau yang memilih. Mau makan atau tidak,” ujar Alena santai. Namun, tetap ada penekanan dalam kalimat-kalimatnya.“Aku akan makan semua ini. Rasanya tidak buruk. Masih bisa diterima oleh lidahku. Hmm harus aku akui kau cukup pandai memasak. Ada bakat.”Alena menyiapkan sarapan yang sederhana. Menu tidak cukup sulit untuk ia buat. Roti panggang serta omelet. Ditambah dengan segelas susu hangat. Dirasanya akan mampu mengisi perut Davae hingga jam makan siang nanti tiba.Tadi, sekitar 30 menit yang lalu, Alena pun sempat dilanda oleh perasaan kesal. Sebab, tugasnya bertambah yakni membuatkan makanan untuk Davae Hernandez. Kewajiban yang tidak pernah tertulis di dalam kontrak.Alena terus berperang dengan ego dan juga rasa iba. Pada akhirnya, ia tak ragu memilih kata hati. Alena berpikir tidak ada salahnya melakukan kebaikan. Membantu pria itu.“Bisa
Biasanya, Davae akan sedikit malas menyambut hari baru karena mengingat sejumlah laporan yang di kantor harus dituntaskan sampai malam.Namun, pagi ini sangat berbeda. Ia tidak terbebani dengan pikiran tentang pekerjaan. Hanya diisi oleh sosok Alena. Mulai dari senyuman manis hingga tubuh wanita itu yang seksi. Membuatnya ingin terus saja berimajinasi. Tetapi, berusaha untuk dikontrolnya.Dan, daripada harus berkhayal menerus dan juga menciptakan fantasi semakin liar, Davae memilih menikmati pemandangan manis yang nyata tengah tersaji di hadapannya berkaitan dengan Alena. Wanita itu tengah memasak, memunggunginya.Barang satu menit pun, tak mampu ia mengalihkan fokus dari Alena. Walaupun, hanya bagian belakang tubuh wanita itu dapat diabadikan. Namun, sudah dapat membangkitkan gairahnya.Terutama, bokong dan pinggang ramping Alena yang ingin sekali ia peluk secara erat. Merebahkan kepala juga di salah satu bahu putih wanita itu.Pastinya akan sangatlah
Berangkat dari apartemen mewah sang atasan saat waktu menunjukkan jam sembilan pagi bersama dengan mengendarai mobilsportmahal dari Davae Hernandez menuju ke kantor pria itu.Mereka berdua hanya membutuhkan 30 menit untuk menempuh jarak. Tidak ada hambatan berarti terjadi, misalkan saja kemacetan yang panjang. New York cukup bisa diajaknya bersahabat pagi ini. Alena tentu berharap hingga nanti malam, kendaraan tidak padat di jalan.“Bagaimana menurutmu, Miss Alena?”Alena segera mengalihkan pandangan dari julangan gedung besar dan berarsitektur modern, berlantai hampir dua puluhan yang baru saja dimasuki oleh kendaraan mewah kemudikan sang atasan. Ia pun menebak bahwa mereka akan menuju ke basement guna memarkirkan mobilsportDavae.Sebagai tanggapan atas pertanyaan diajukan oleh pria itu yang sudah mampu dimengerti maksudnya, kepala dianggukan dengan mantap. “Penilaianku?”“Aku semakin yakin kau
Sungguh, sisa waktu selama empat jam lagi bagi Davae sangatlah lama. Ia telah melakukan beragam aktivitas. Ya, termasuk menyibukkan dirinya memeriksa beberapa laporan dan dokumen berkaitan dengan proyek-proyekmallakan dibangun. Namun, tak secara penuh konsentrasi bisa diperoleh seperti hari-hari sebelumnya.Tetap saja, masih ada perhatian yang diberi kepada Alena. Hasratnya semakin membara setiap memandangi lama wajah cantik dan tubuh seksi wanita itu. Terlebih, di bagian dada yang tambah menggoda. Bahkan, tanpa mampu dicegah pikiran kotor nan sensual muncul di dalamnya. Tercipta akibat gairah besar yang tidak kunjung bisa ia salurkan secepatnya. Membuat siksaan kian besar. Belum terpikirkan cara untuk mengatasi."Mr. Davae…,"Bahkan, alunan suara lembut milik Alena tergiang di telinga karena seluruh pikiran yang dikuasai oleh wanita itu. Davae pun masih terus ingin mengontrol dirinya agar tidak terus terbayang akan sosok Alena dan hal-h
Alena langsung menutup mulut dengan tangan kanan, sedangkan satunya lagi masih memegang leher Davae Hernandez. Ia bukanlah benar-benar terkejut akan apa sudah dilontarkan. Hanya ingin menunjukkan akting kecil, tetap dalam rangka menggoda sang atasan."Kau ingin apa tadi, Miss Alena?'Alena menggeleng cepat. Mulutnya masih ditutup rapat. Bukan tak memiliki jawaban. Tetapi, sedang dipikirkan ulang. Tidak ingin sampai menjadi umpan yang bagus untuk Davae dan menjebak balik dirinya. Harus ia susun kalimat-kalimat balasannya dengan detail. Tentu mengandung godaan juga."Aku tidak paham kau bicara apa tadi, Miss Alena. Apakah kau bisa menjelaskan?"Alena mengangkat kedua ujung bibirnya. Ia lalu menggeleng. "Kenapa kau meminta aku untuk menjelaskan? Kau sudah tahu persis apa yang aku maksudkan. Jangan bohong.""Hahaha. Aku tidak berbohong. Iya, memang aku sudah paham. Tapi, bisa saja persepsimu dan aku berbeda. Jadi, perlu penjelasan."Alena terkek
Alena baru bisa menuntaskan seluruh pekerjaannya pukul satu lebih dini hari. Tentu, sudah dilakukannya pemeriksaan berulang untuk memastikan semua telah benar dikerjakannya. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan Davae. Bagaimana pun tugas diberi kepadanya harus memberi hasil maksimal.Walaupun rasa kantuk terus bertambah, Alena tidak segera tidur. Ia terlebih dahulu memilih mandi agar badannya segar. Selain, hendak memanjakan diri selama setengah jam dengan berendam air hangat. Pikiran dapat kembali rileks, pusing berkurang. Ia yakin akan bisa tidur nyenyak dan lelap."Hai, Sayang. Kau lama sekali di dalam. Apa saja yang kau lakukan? Aku boleh tahu?""Ternyata kau mandi cukup lama. Aromamu harum, Sayang. Apa bagian rencanamu untuk merayuku? Hmm, kau sudah sangat berhasil, Miss Alena. Cepat ke sini!"Alena spontan melangkah mundur, bahkan hendak menutup pintu kamar mandi yang baru dibukanya karena terkejut oleh
Walau hanya tidur selama empat jam saja, Alena bangun dengan tubuh segar. Tidak mengantuk. Ia bahkan terjaga lebih awal. Suasana hatinya juga bagus. Cukup baik dalam memulai harinya.Karena memiliki banyak waktu sebelum berangkat ke kantor bersama Davae, diputuskan memasak sarapan untuk pria itu. Makanan yang sederhana. Resep diperoleh dari situs chef terkenal New York.Tentang hasil akhirspagettibuatannya, yakin jika akan layak untuk disantap sang atasan. Walaupun masih tidak bisa mengalahkan makanan-makanan mewah yang disajikan restoran mahal langganan pria itu. Tetapi, tak akan membuat sakit perut.Setelah selesai, segera dibawanya ke ruang kerja Davae. Sengaja dilakukan, ingin memberi sedikit kejutan. Berharap pria itu akan senang dengan apa yang dilakukannya. Yakin respons Davae positif."Mr. Davae...," panggil Alena dengan nada lembut, walau suara keluar pelan saja.Dan, saat sang atasan menolehkan kepala ke arahnya, senyuman sema