Share

5 - Keterpesonaan Alena

Alena hanya dapat tidur dengan nyenyak tidak lebih dari empat jam saja. Ia terbangun pukul enam pagi. Walau kurang beristirahat dari waktu yang dirinya telah tentukan, tak dirasakan pengaruh pada energi. Alena tetap bugar. Ditambah dengan mengonsumsi vitamin. Maka, tenaganya tidak akan habis cepat. Bisa bertahan dengan baik hingga malam nanti.

Alasannya tak dapat tidur lelap karena masih dalam proses penyesuaian akan tempat baru. Ya, ia sudah pindah ke apartemen luas nan mewah milik Davae Hernandez sejak semalam sesuai kesepakatan yang telah mereka berdua setujui secara bersama-sama.

Alena memang memiliki kebiasaan buruk yang tak bisa beradaptasi secara cepat dengan lingkungan dan akan berpengaruh pada pola tidurnya. Walau, rasa nyaman sangat kental menggambarkan situasi di apartemen sang atasan. Tak ada gangguan.

Alena tentu sudah bertekad akan mampu sesegera mungkin menunjukkan pengendalian. Turut diberi rangsangan positif ke dalam pikiran sehingga dapat menciptakan ketenangan yang lebih untuk dirinya. Ia tak bisa terus membiarkan. Bagaimana pun juga harus dapat secepatnya dilakukan penyesuaian. Ia akan tinggal selama beberapa bulan di apartemen Davae. Ya, sampai kontrak kerja nanti berakhir.

"Ckck." Alena berdecak seraya menjauhkan ponsel pintarnya berwarna merah dari telinga kanan.

Kaki-kaki jenjangnya yang putih pun lantas dengan cepat dilangkahkan ke arah pintu ruangan tidur Davae Hernandez, ingin memastikan bahwa ia tidak salah menangkap alunan musik. Ia yakin berasal dari ponsel sang atasan guna menandakan adanya panggilan masuk. Dan, memang dirinya menelepon pria itu. Sudah dilakukan sebanyak empat kali sejak setengah jam yang lalu. Namun, tak diangkat.

"Apa yang dia sedang lakukan sehingga tidak dapat mendengar? Atau dia memiliki penyakit tuli?" Alena menggumam dengan nada heran yang bercampur sedikit kekesalan. Namun, belum sampai marah.

"Oke, mungkin saja dia tidur begitu lelap dan tidak bisa mendengar deringan handphone." Alena lanjut bermonolog, melontarkan jawaban yang muncul di dalam kepala atas pertanyaan diluncurkannya tadi.

"Tapi, tidak mungkin aku membiarkan dia terus tidur sampai siang. Kita harus berangkat ke kantor. Jadi, aku akan memastikan dia segera bangun." Alena berujar dengan tegas seraya memikirkan cara yang hendak digunakan untuk menghadapi sang atasan.

Kedua bagian bibir sudah dirapatkan. Ide-ide yang telah muncul tidak segera diutarakan lewat kalimat. Dipikirkan ulang. Menimbang-nimbang cara paling efektif yang bisa diambil dengan hasil sesuai akan ekspektasi. Berupaya diputuskan secepatnya.

"Baiklah, aku akan mengetuk pintu ini sekeras yang aku bisa. Aku juga akan memanggil dengan suara keras agar dia bisa mendengar. Bagaimana ak--"

Alena tidak melanjutkan ucapan karena terkejut pintu kamar tidur Davae Hernandez yang ternyata tak terkunci. Ia pun memutuskan untuk segera masuk. Diabaikan kesan tidak sopan. Yang terpenting kini adalah membuat sang atasan secepatnya bangun dari tidur karena harus berangkat ke kantor.

"Dia tampan sekali." Alena bergumam spontan saat menyaksikan sosok Davae Hernandez berbaring di atas kasur dengan lelap. Ia pun tersenyum.

"Dia juga seksi. Aku yakin dia hebat di ranjang dan memuaskan wanita. Partner yang sempurna. Aku jamin kami akan sama-sama cocok bercinta." Alena pun kembali menggumam, intonasi tetap kecil. Senyuman melebar.

Dengan langkah kedua kakinya yang pelan berjalan menuju ke ranjang karena tak ingin menimbulkan suara dan nantinya akan mengganggu. Pusat pandangan masih terus dirinya arahkan pada sang atasan. Senyuman di wajah pun tak bisa untuk dipudarkan akibat fantasi dalam kepala mulai tercipta.

Pikiran liar yang tidak mampu untuk dihentikan, walau telah berupaya untuk diabaikan. Nyatanya, ia terbayang dengan tubuh gagah sang atasan tanpa mengenakan atasan sehingga memerlihatkan otot-otot perut yang indah. Memanjakan mata.

Dulu, para mantan kekasihnya juga punya. Namun, apa yang ada di tubuh Davae adalah salah satu terbaik. Dalam artian dapat untuk membuatnya mudah terangsang. Hasrat pun tak sulit dibangkitkan. Padahal, sudah lama dirinya absen tidur dengan pria.

"Aku sudah tidak sabar ingin bercinta denganmu." Alena berujar begitu pelan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status