Share

8 - Siasat Davae

Biasanya, Davae akan sedikit malas menyambut hari baru karena mengingat sejumlah laporan yang di kantor harus dituntaskan sampai malam.

Namun, pagi ini sangat berbeda. Ia tidak terbebani dengan pikiran tentang pekerjaan. Hanya diisi oleh sosok Alena. Mulai dari senyuman manis hingga tubuh wanita itu yang seksi. Membuatnya ingin terus saja berimajinasi. Tetapi, berusaha untuk dikontrolnya.

Dan, daripada harus berkhayal menerus dan juga menciptakan fantasi semakin liar, Davae memilih menikmati pemandangan manis yang nyata tengah tersaji di hadapannya berkaitan dengan Alena. Wanita itu tengah memasak, memunggunginya.

Barang satu menit pun, tak mampu ia mengalihkan fokus dari Alena. Walaupun, hanya bagian belakang tubuh wanita itu dapat diabadikan. Namun, sudah dapat membangkitkan gairahnya.

Terutama, bokong dan pinggang ramping Alena yang ingin sekali ia peluk secara erat. Merebahkan kepala juga di salah satu bahu putih wanita itu.

Pastinya akan sangatlah menyenangkan. Bara hasrat kian bertambah, walau sebatas mengembangkan khayalannya sendiri. Menyenangkan berfantasi tentang seks.

“Ada apa, Sayang?” Davae langsung meluncurkan saja pertanyaan, saat Alena menoleh kepadanya.

“Kau ingin memastikan jika aku masih dengan setia memandangimu, bukan?” Davae lanjut berceloteh. Ingin mengeluarkan godaan supaya tidak semakin larut dalam fantasinya yang tak bisa dikontrol.

“Wow, kau memang benar memandangiku, ya? Aku pikir hanya dugaanku saja karena seperti ada yang sedang memerhatikan. Ternyata, aku tidak salah.”

Davae loloskan tawanya dengan kencang. Senang akan jawaban Alena yang terkesan menantang. Ia suka tipe wanita seperti Alena, bisa dengan mudah dan elegan menanggapi godaannya. Sayang, ia tengah dipunggungi oleh wanita itu. Padahal, ingin sekali melihat bagaimana ekspresi wajah Alena.

“Kau memang tidak salah, Miss Alena.” Davae pun melontarkan balasan seadanya.

Belum terpikirkan kalimat gurauan lanjutan. Bukan berarti dirinya akan mengakhiri segera momen menyenangkan ini.

“Kau suka tidak diperhatikan olehku, Miss Alena? Banyak wanita yang bilang jika aku sudah memberi perhatian kepada mereka, maka mereka merasa begitu bahagia.”

“Apakah kau sama seperti itu?”

Oh, Davae bangga dengan rangkaian kata-katanya yang tercipta dalam hitungan kurang dari lima detik saja dan langsung diluncurkan. Kemampuan dalam menggoda semakin terasah dari hari ke hari. Terjadi secara natural, tentu saja.

Alena pun tidak menyangka memiliki kemampuan yang demikian. Merasa tak cukup pandai melakukannya. Namun pada Alena, ingin dirinya tunjukkan. Tentu menyenangkan.

“Hahaha.”

Mendengar tawa renyah Alena, maka Davae segera bangun. Menjauhi cepat kursi tengah diduduki, lalu bergegas menghampiri Alena. Ia sungguh semakin penasaran akan raut wajah wanita itu.

Dan, dalam bayangannya, Alena tambah memesona manakala mengeluarkan gelakan dengan senyuman lebar. Debaran jantung yang mengencang tak bisa untuk dicegah. Terjadi begitu saja.

“Aku harus menjawab jujur atau bagaimana bagusnya, Mr. Davae? Kau lebih suka aku membalas dengan kata-kata bagaimana?”

Davae langsung memamerkan seringaian, saat Alena sudah memfokuskan pandangan ke arah dirinya. Tatapan wanita sungguh seperti magnet yang menariknya untuk membalas dengan lebih lekat memandang. Tak hanya mata Alena indah, namun juga wajah wanita itu begitu menawan. Cantik alami tanpa polesan make up berlebihan.

“Kau bebas mau menjawab yang bagaimana, Miss Alena. Sesuka hatimu saja.”

“Aku akan senang mendengar balasan apa saja darimu. Aku akan tetap terkesan.” Davae pun sengaja membalas dengan nada godaannya.

“Baiklah. Terima kasih, Mr. Davae.”

Davae mengeluarkan kekehan yang cukup kencang seraya digeleng-gelengkan kepala. Ia masih menyeringai. Fokus atensinya tak berubah.

Tetap terpusat pada sosok Alena. Semakin lama mereka menatap, maka akan menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya. Namun, dapat dikenali dengan baik.

Coba juga untuk dikendalikan. Gairahnya tidak boleh bertambah. Kondisi kurang mampu untuk mendukung. Belum saatnya juga.

“Kenapa kau tertawa, Bos?”

Kembali, Davae menggeleng. “Aku hanya merasa lucu karena jawabanmu tadi.”

“Aku kira kau akan memberikan kata-kata yang bagus dan menarik. Tapi, justru terima kasih saja. Tidak sesuai ekspektasiku.” Davae pun menambahkan. Mengatakan jujur.

“Benarkah? Memang ekspektasimu seperti apa, Bos? Aku yang akan senang. Lalu, aku memelukmu erat. Bahkan, menciummu?”

Tawa Davae pecah lagi. “Hahah. Tidak. Aku belum berekspektasi setinggi itu. Tapi kau harus tahu sebuah fakta, Miss Alena.”

“Fakta apa yang kau maksudkan, Bos?”

“Kau cantik, Miss Alena.” Davae pun menunjukkan secara langsung kekaguman lewat ucapan singkat yang dialunkan dengan suara lembut nan dalam.

“Hmm. Aku harus akui aku cantik dan juga seksi. Itu mengapa kau menyukaiku bukan?”

.........................


Komen (8)
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
ini cerita kok nggak mau buka bab mulai kemaren2,bikin sebel yg baca aja
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
males kok belum dbuka2 babnya
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
aah mulai kmren gak dbuka2 babnya bosan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status