Share

Pemanasan Berujung Nikmat

Tarikan tangan Hendra seketika mengagetkan Devi dan membuatnya berbalik yang kala itu mereka baru saja memasuki unit apartemen Devi. Belum sempat Devi menaruh handbag yang masih melingkar di lengannya, tangan kiri Hendra sudah dengan sigap menarik pinggangnya sehingga kini mereka sudah berdiri dengan posisi saling berhadapan. Hendra sengaja melebarkan kedua kakinya sehingga Devi bisa masuk dengan sempurna ke dekapannya. Kedua tangan Hendra sudah melingkar di pinggang ramping Devi. Suara pintu apartemen yang terdengar tertutup dengan cukup keras ketika Hendra mendorong dengan kakinya seakan menjadi pertanda akan dimulainya permainan panas mereka. Wajah mereka kini kembali saling berhadapan. Wangi parfum mahal nan menggairahkan milik Devi dan aroma wine yang tadi tercium di mobil, kembali menggugah hasrat terpendamnya. Tatapan matanya seolah meminta melanjutkan permainan panas tadi yang sempat terhenti di mobil. Devi pun membalas permintaan itu dengan rangkulan dari kedua tangannya sesaat setelah ia menjatuhkan begitu saja handbag yang sedari tadi masih melingkar di lengannya ke lantai apartemennya. Kini kedua tangannya sudah melingkar di leher kokoh milik Hendra.

Tanpa pikir panjang, Devi kemudian melumat bibir Hendra untuk berinisiatif duluan memulai permainan. Ia terlihat masih terbawa hasrat yang sempat tertahan di mobil tadi. Ciumannya menjadi semakin liar dari sebelumnya. Dan Hendra pun mencoba mengimbangi serta menikmati permainan lidah Devi di dalam mulutnya. Hawa panas yang keluar dari mulut Devi mengiringi nafasnya yang mulai tidak beraturan lagi. Hendra tak menyangka, gadis yang baru dikenalnya sambil menonton live music di café tadi begitu bernafsu. 'Apa selama ini ia tidak punya kekasih? Apa tidak pernah ada yang menjamaahnya sampai ia nampak kehausan seperti ini?' beberapa pertanyaan kotor sempat melintas di pikiran Hendra walau ia lebih memilih mengesampingkannya pikirannya itu dulu. Kini ia lebih memilih untuk menikmati tubuh Devi yang dalam sekejap begitu mudah jatuh ke pelukannya. Ia pun semakin tertarik dengan permainan panas di bibirnya yang makin lama permainan itu terasa lebih menggairahkan dari sebelumnya.

Kedua tangan Hendra yang sedari tadi masih melingkar di pinggang, mulai turun untuk meremas pantat padat milik Devi. Ia mencoba memenuhi hasrat terpendamnya sedari tadi yang menginginkan hal itu ketika berjalan di belakang Devi sebelum memasuki unit apartemen. Sedikit tamparan dari telapak tangannya mengiringi niatannya yang kesampaian meremas dan merasakan kepadatan pantat Devi itu. Remasannya pun membuat gaun merah super ketat yang sedari tadi menutupi keindahan pantat Devi menjadi terangkat. Sampai akhirnya ia merasakan seutas tali berada diantara pantat Devi.

Gstring hah?” Tanya Hendra disela-sela permainan kuluman bibir mereka. Devi tak menjawab pertanyaan itu. 'hhhmmm..." Ia hanya bisa mendesah lembut sambil kini memejamkan matanya. Rona merah di seputaran pipinya mulai terlihat lagi. Sorot matanya sayu. Hendra terus menaikkan gaun merah itu perlahan hingga gaun itu kini berada di pinggang Devi. Hal itu membuat Hendra leluasa meremas dan memainkan pantat padat nan mulus milik Devi. “Kamu benar-benar menggairahkan Dev..!” seru Hendra sambil makin mengeratkan remasannya pada pantat Devi yang membuat area selangkangan Devi menempel erat pada batang kejantanan Hendra yang terasa sudah mulai mengeras di balik celana yang masih menutupinya. Nafas Devi mulai mendengus. Selangkangannya yang menempel di kejantanan Hendra mulai digesekkannya perlahan mengikuti alur permainan foreplay Hendra. Kedua tangan Devi yang sedari tadi menggelayut manja di leher Hendra, mulai turun untuk meraba selangkangan Hendra.

Merasakan inisiatif  itu, Hendra pun tak mau kalah dibuatnya. Kedua tangannya mulai naik ke arah punggung. Kali ini kedua tangannya langsung menelusup di balik gaun merah untuk mencari pengait bra yang menutupi keindahan payudara Devi. Bibir Hendra terus melanjutkan permainannya. Ia melepas kuluman permainan bibir mereka dan mulai menciumi telinga Devi. Hisapan lembut dari bibir Hendra pada daun telinga, yang disertai dengan permainan lidahnya yang tak lupa menggelitiknya membuat tubuh Devi menggelinjang dan mendongakkan kepalanya ke atas memandangi langit-langit unit apartemennya. Dengan sigap, Hendra semakin mengeratkan kedua tangannya di punggung Devi seakan menyuruh untuk menikmati setiap bentuk permainan bibirnya.

“Hhhaahhh…” desahan yang sama keluar lagi tanpa Devi sadari ketika mulut Hendra lagi-lagi menciumi leher jenjangnya seperti di dalam mobil tadi. Sesekali Hendra memberi gigitan lembut di leher itu, yang membuat Devi melenguh tak karuan. Mulut Hendra terus menjelajah menuruni leher dan dada Devi. Hingga kini ia sudah mencapai payudara yang tampak begitu padat, sesaat setelah tangannya berhasil melepas pengait bra Devi dengan sekali hentak. Bra itu dibukanya dan dilempar begitu saja ke lantai apartemen Devi. Jemari Hendra mulai sibuk memainkan puting coklat muda Devi yang sudah nampak menegang. Di sisi payudara yang lain, jilatan melingkar lidahnya pada sekeliling puting sebelum memberikan kuluman bibirnya membuat Devi merasakan kegelian yang tak terhingga pada ujung dadanya itu. “aaarrrggghhh…teruskan Ndra..hhhmmm” desah Devi lembut sambil mendekap kepala Hendra yang sedang melancarkan serangan pada kedua payudaranya secara bergantian kiri dan kanan. Bibir Hendra seakan kelaparan melihat puting yang menggairahkan. Jilatan memutar dari lidahnya yang diiringi gigitan lembut dari giginya membuat Devi serasa melayang dibuatnya.

“Geliii Ndra…hhaahhhh..” rintihan Devi itu membuat Hendra semakin bergerak agresif di seputaran payudara Devi. Sementara tangan Hendra yang satunya mulai melancarkan kembali serangannya pada selangkangan Devi yang masih tertutup. Kini lengkap sudah titik saraf Devi dipermainkan Hendra. Bibirnya masih mengulum puting, sementara tangannya memilin puting pada payudara sisi lainnya dengan gerakan memutar yang lembut. Sedangkan tangan Hendra yang lainnya memainkan klitoris dari dalam gstring yang masih dikenakan Devi. Begitu terus silih berganti. Hendra terlihat sangat pandai dan lihai memainkan titik-titik sensitif di tubuh wanita yang baru dikenalnya itu. Devi pun terlihat sangat menikmati permainan yang diberikan Hendra.

Lagi-lagi, kepalanya mendongak ke atas. Kedua matanya masih terlihat sayu. Nafasnya mendesah liar tak karuan. Kedua tangannya hanya bisa mendekap kepala Hendra dengan erat dan menempelkan ke payudaranya, seakan tak ingin foreplay itu segera diakhiri. Tak berapa lama, tubuh indahnya menegang.“Ooouuuhhh…Ndra…hhhmmmppph...hhhaaahhh.…” Devi melenguh panjang sambil menggigit bibir bagian bawahnya dengan kuat. Nafasnya seakan tertahan menahan getaran pada tubuhnya. Matanya kini terpejam rapat. Hendra yang merasakan getaran pada tubuh Devi, seakan terpacu untuk menaikkan ritme gesekan jarinya pada klitoris Devi sehingga lenguhan Devi kian tak terkontrol. Menit berikutnya, Devi tak kuasa lagi menahan puncak kenikmatan yang terjadi pada tubuhnya. Ia terlihat menyemburkan cairan hangat dari selangkangannya. Gstring yang sedari tadi masih menutupi area kewanitaannya pun tak mampu membendung cairan yang keluar begitu banyak hingga berjatuhan ke lantai. Hendra dibuat takjub menyaksikan tubuh Devi yang masih bergetar hebat dengan ceceran air kenikmatan yang keluar dari selangkangan dan mengaliri kedua kakinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status