Share

2.MAHASISWA BARU

"Tidak,ungkapkan.Tidak,ungkapkan...?" Gumam seorang Laki-laki berusia kisaran 23 tahun, dengan kaos berkerah warna abu tua yang sedang duduk di bangku taman depan sebuah Rumah mewah dengan halamannya yang luas.

Kepalanya tertunduk mengamati kedua tangannya yang sibuk mencabuti kaki-kaki dari seekor Laba-laba yang kebetulan ia temukan.

"...Tidak, Ungkapkan..." ia mencabut kaki terakhir dari Laba-laba malang tersebut, kemudian membuang Laba-laba tak berkaki itu begitu saja.

Ia menghela nafas panjang penuh keputusasaan yang di buat-buat sambil mendongkakkan kepalanya pada kursi. Di pandanginya langit pagi yang berwarna biru cerah dengan awan yang berarak dengan posisi kepala yang terbalik.

"...Harus di ungkapkan, tapi bagaimana mengungkapkan...??" Ia kembali berguman sendiri.

"Kak Johan, Kakak sedang apa...?"

Suara seorang wanita terdengar, membuat Laki-laki itu mengangkat kepalanya dan duduk dengan benar.

"Kau tanya aku sedang apa Lir...??" Tanyanya sambil tersenyum pada seorang wanita usia kisaran usia 19 tahunan dengan rambut bergelombang yang di kuncir ekor kuda.

Wajahnya langsung tampak menyesal. "Maafkan aku Kak, tadi ada buku yang harus di bawa dan aku lupa menaruhnya semalam di mana..." Ucapnya dengan kenjng berkerut dan bibir mengerucut.

"Dasar ceroboh...!" Johan bangkit berdiri sambil menyentil kening Lira pelan, sebelum ia berjalan ke arah Mobil Cevrolet Camaro RS warna metalic.

"Iihh...sakit tahu...!" Ucapnya kesal sambil mengusap-usap keningnya.

Meski begitu ia tetap berjalan dan masuk ke mobil mewah yang telah Johan nyalakan mesinnya tersebut.

Tak lama Mobil warna metalic tersebut telah keluar dari pintu gerbang besar dari Rumah mewah dengan pilar-pilarnya yang kokoh menjulang, dan memiliki beberapa Paviliun serta taman indah beserta kolam renang di belakangnya.

Dulu ketika Lira peetama kali tinggal di Rumah ini, berkali-kali ia tak percaya dan merasa sedang bermimpi. Apalagi sikap dari Kakak-Kakak Tirinya yang dulu kira seperti di film-film yang jahat terhadap anak dari Ibu Sambungnya.

Tapi nyatanya tidak begitu, mereka hidup rukun berempat dengan dirinya. Tak seperti dugaan Lira yang dulu sempat mengira akan akrab dengan Kakak Tiri perempuannya Jasmine, nyatanya dalam tahun-tahun yang di lalui Lira, ia justru akrab dengan Kakak Tiri terakhirnya, Johan.

"Mungkin karena jarak usia ku dengan Kak Johan yang lebig dekat dari semua, makannya aku lebih akrab dengannya..." Pikir Lira dalam hati kala itu.

Johan memang selalu bersama dan menjaganya dari orang-orang yang berniat tak baik dengannya, dan itu sudah berlangsung dari mereka mulai bersekolah di tempat yang sama.

Dan sama seperti tahun-tahun sebumnya, kali ini pun Lira berkuliah di tempat yang sama dengan Kakak nya tersebut.

"Aku tidak menyangka kau bisa masuk Jayabaya dengan nilai mu yang pas-pas an tersebut." Johan tertawa sambil melihat ke arah Lira yang duduk di sampingnya sesaat, sebelum ia kembali berkonsentrasi menyetir.

"Huh, meremehkan sekali !" Lira menjulurkan lidah nya ke arah Kakaknya tersebut. "Aku kalau berusaha juga pinter kok kayak Kakak." Ucapnya.

Johan terkekeh mendengar kata-kata Adik perempuannya.

"Apa kalau kau nggak berusaha, itu artinya kau bodoh Lir..??" Tanyanya sambil tertawa.

Wajah Lira langsung merah padam, ia sadar jika ia salah bicara. "Pokoknya aku ini juga pinter !" Ucapnya berusaha menutupi rasa malunya.

Johan kembali tertawa mendengar apa yang di katakan Adik perempuannya itu dengan wajah cemberut nya.

"Aku memamg sial punya Kakak seperti mu Kak." Lira mengerutu sambil menyandarkan punggungny pada jog dan melipat kedua tangannya di dada dengan sebal.

Mobil itu terus melaju lurus melewati jalan raya yang padat, sebelum kemudiN berbelok ke sebuah Bangunan besae dengan pintu gerbangnya yang tinggi dari besi. Begitu mobil itu masuk telah di sambut tulisan besar UNIVERSITAS JAYABAYA sebelum mobil itu berbelok lagi ke lahan parkir khusus mobil.

Hari ini adalah hari pertama Lira menjadi Mahasiswa Baru, dan di wajibkan menjalani OSPEK. Tidak seperti OSPEK-OSPEK lain yang identik dengan perploncoan, di Universitas Jayanaya OSPEK hanya pengenalan pada lingkungan Kampus dan Kegiatan apa saja yang  ada di dalamnya, khususnya Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan.

Biasanya Mahasiwa baru di kelompokkan ke dalam 3-5 Mahasiswa baru yang akan di bimbing selama 3 hari oleh Senior untuk mejalani OSPEK tersebut.

"Kak, aku cemas banget..." Lira meraih lengan Kakaknya saat mereka telah turun dari Mobil dan berjalan ke Lapangan utama yang berada di tengah Kampus yang bentuknya melingkar itu.

Di sana lah nanti Lira akan bergabung dengan Mahasiswa baru lainnya.

"Aku lebih cemas padamu Lir..." Johan terdiam sambil mengamati Adiknya yang hari ini memakai kemeja putih dan rok pendek warna hitam dengan papan nama dirinya yang terbuat dari kardus bekas, yang terkalung pada lehernya.

"Kakak cemas apa...??" Kening Lira berkerut sambil mengoyang lengan Johan yang di pegangnya. Lira pikir Kakaknya itu sedang berpura-pura dan hanya ingin mengerjai nya seperti biasa.

"Karena kau cantik..." Johan memandangnya dengan sorot mata tak biasa, sayang Gadis polos itu tak begitu memperhatikannya.

"Aku kan sejak dulu memang cantik !" Lira berkata bangga.

Johan tersenyum lebar mendengarnya, namun matanya yang berwarna hitam tetap menyorot tajam ke arah Adiknya tersebut.

Memasuki area lapangan luas yang sudah di penuhi dengan Mahasiswa dengan seragam putih-hitam seperti yang ia kenakan, Lira segera melepas pegangan tangannya pada lengan Johan.

Beberapa Mahasiswa Senior yang memakai Jas Almamater warna abu tua secara serempak melihat ke arah Johan yang berjalan dengan Lira di sebelahnya, dan itu membuat Gadis berkuncir tersebut menjadi tak enak.

"Reen...!" Panggil Johan saat melihat seorang  Laki-laki berambut rapi dengan Jas Almamaternya di antara gerombolan Mahasiswa baru.

Laki-laki itu menengoj ke arah Johan, dan segera berlari ke arahnya yang berada di pinggir lapangan.

"Kak Johan ke sini...?? Bukannya ada rapat BEM di Gedung sebelah...?" Tanya laki-laki itu setelah dekat.

"Iyaa, aku cuma mengantar Adikku." Jawabnya sambil menunjuk Lira.

"Oh, Adik Kak Johan yaa..??" Laki-laki dengan wajah yang ramah itu tersenyum.

"Halo Kak..." Sapa Lira ramah.

"Lir, dia Rendy. Junior ku di Judo, sekaligus Ketua OSPEK tahun ini." Johan mengenalkan Lelaki itu pada nya. "Kalau ada apa-apa, kau tanya lah padanya..."

Laki-laki bernama Rendy itu kembali tersenyum, membuat wajah Johan terlihat dingin sesaat.

"Saya mintak tolong yaa Kak, nanti..." ucap Lira kepada Rendy.

Melihatnya Johan langsung memegangi kedua pundak Adiknya supaya melihat ke arahnya, kemudian memeluknya sesaat.

Walaupun hanya sesaat, tentu saja Lira terkejut, karena di situ sedang banyak orang. Dan orang-orang itu sejak mereka datang sudah memperhatikannya.

Lebih tak enak lagi, saat Lira melihat ekpresi terkejut dari Rendy yang berada di sebelah mereka.

"Lir, ingat." Johan berkata pelan tepat di depan wajahnya yang hanya berjarak sejengkal dengan kedua tangannya yang masih berada di kedua bahunya.

Lira memandang Kakaknya dengan wajah memerah dan gelisah karena di perhatikan orang-orang. Namun ia berusaha mengabaikan dan berkonsentrasi pada ucapan Kakanya.

"Jangan dekat-dekat dengan siapa pun, apa lagi seorang laki-laki tanpa sepengetahuan ku." Johan berkata pelan, hampir seperti bisikan. Namun matanya tajam menatap Adik Tiri nya tersebut. "Dengan siapa pun kau berteman, harus atas ijinku." Johan kembali berbisik, kali ini tepat di telingan Adik perempuannya, yang membuat tengkuk leher Lira langsung meremang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status