Share

5.TEMAN

"Dia sudah besar, kenapa kau memperlakukannya seperti anak kecil...?" Andreas berkata santai sambil mendongkak kan wajahnya menatap Johan yang berdiri di dekatnya.

Johan memandang Lelaki berwajah oriental dengan mata sipit dan kulit putihnya yang tengah duduk dengan kaki kananya yang terangkat di paha kiri dan sedang mengulum permen itu.

"Tuan muda juga mau ikut campur urusan orang...??" Bibir Johan tersenyum kaku dengan nada bicaranya yang berkesan meremehkan.

Andreas membuang muka sesaat dan terkekeh. Ia tahu Johan memanggilnya Tuan muda hanya untuk mengejek nya.

"Jangan seperti itu Kak, Kak Andreas sudah berbaik hati menemani menunggu temanku..." Lira merasa tak enak. Ia berdiri di tengah Johan dan Andreas yang masih duduk santai di tempatnnya.

"Kenapa nggak bilang kalau sudah selesai..??" Tanya Johan. "Aku bisa menemani mu." Lanjutnya.

"Sister complex." Andreas terkekeh sambil mengelembungkan permennya di pipi sebelah kanan.

Sebenarnya Lira ingin tertawa, karena wajah seniornya itu terlihat sangat lucu. Namun ia menahannya, karena tahu kakaknya sedang marah.

"Aku pikir Kakak masih rapat dan ada kelas." Lira memandangnya, meminta pengertiannya.

Kening Johan berkerut, ia memang masih ada kelas siang ini. Tapi melihat adiknya bersama seorang laki-laki, apa lagi lelaki itu terkenal tidak baik di lingkungan Kampus membuat ia mengabaikan kelasnya yang akan di mulai sebentar lagi.

"Aku sudah nggak ada kelas." Ia berucap sambil memandang adiknya lekat-lekat. " Ayo kita harus pulang." Johan mengandeng tangan adiknya dan berniat memaksanya pulang ketika dari kejuhan Anya datang berlari-lari dengan membawa 2 gelas chatime.

"Maaf Lira, antri nya lama sekali." Ucapnya begitu sampai di dekat mereka. Di berikannya 1 gelas pada Lira, sedangkan yang lain langsung ia minum sendiri.

Cuaca siang yang panas memang segar, jika meminum yang dingin-dingin seperti chatime.

"Terimakasih sudah membelikanku." Lira berkata sambil meminum hazelnut chocolate milk tea nya dengan tanganya yang bebas, sedangkan tangannya yang lain masih di pegangi oleh Johan.

Lira pun meminum nya sampai hampir habis, jujur saja ia sudah kehausan dari tadi, hanya karena ingin mengobrol lebih lama dengan Andreas saja tadi ia tetap duduk di situ di siang yang terik.

Anya mengibaskan tangannya tanda tak masalah. Ia sendiri langsung meminum habis vanilla milk tea nya sebelum melempar gelas plastik kosong ny ke dalam tempat sampah tidak jauh dari situ.

Johan hanya diam berdiri di sisi Adiknya dengan mata menelisik dari atas sampai bawah wanita berambut pendek yang baru kali ini ia lihat.

Sedangkan Andreas yang duduk tidak jauh dari mereka, terlihat tak peduli. Karena memang tadi ia hanya kebetulan duduk di tempat di mana Lira sedang menunggu Anya, kemudian mereka iseng mengobrol sebentar.

"...Eeenngg...kita jadi jalan-jalan ke Mall...??" Anya terlihat kikuk karena mereka hanya diam. Ia melirik tangan Johan yang masih memegangi pergelangan tangan Lira.

Lira mengigit bibir bawahnya dan mendongkak kan wajahnya ke arah Kakak laki-lakinya yang masih terdiam melihat ke arah teman baru nya itu.

Merasa di perhatikan, pandangan Anya akhirnya teralih ke arah Johan. Dan seketika wajahnya bersemu merah.

"...Ka, kalau nggak salah...Kakak President BEM Kampus ini kan...??" Tanyanya memandang Johan seperti tak percaya.

"...Iya." Johan menjawab singkat setelah tadi sempat terdiam.

"Waaah...saya sudah ngefans banget sama Kakak...!" Ucap Anya girang.

Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, ia langsung memegang tangan Johan yang masih mengandeng tangan Lira, dan menyalaminya erat-erat.

Johan tersenyum sekilas sebelum ia menarik lepas tangannya dan memasukan nya ke dalam saku celana.

"Maaf kak, " Anya berucap, ia menunduk malu. Ia tahu sikapnya kurang sopan. "Tapi saya betul-betul ngefans sejak melihat Kakak berpidato pada hari buruh tahun lalu." Kembali ia memandang wajah Johan dengan mata berbinar.

Lira tak begitu memperhatikan Kakak dan teman barunnya, dan meskipun ia berdiri di samping Kakaknya. Tapi matanya berkali-kali melirik ke arah Andreas yang sibuk membalas pesan di ponselnya dengan kening berkerut.

"Apa dia menunggu pacarnya..?? Lira bertanya dalam hati.

"Terimakasih. Tapi itu sudah lama sekali, aku bahkan nggak ingat apa yang aku orasikan." Johan kembali tersenyum. Menambah rona di wajah Anya saat menatapnya.

"Kalau mau Kakak bisa minta tolong saya untuk mengetik ulang apa yang Kakak orasikan, saya sudah hapal soalanya." Wanita berambut pendek itu tertawa sumringah.

Johan hanya tersenyum tanpa membalas perkataannya.

"Lira, kau nggak bilang kalau Kakakmu President BEM." Anya menarik lengan Lira yang membuat gadis itu berjingkak kaget. Karena ia tengah fokus memperhatikan Andreas yang akhirnya bangkit berdiri dan tanpa pamit langsung berjalan pergi ke arah parkiran yang di situ telah menunggu Rendy yang membawa mobil BMW i8 warna le mans blue.

"Ah...ternyat menunggu Kak Rendy..." Lira tersenyum lega.

"Lira !" Panggil Anya lagi yang membuat Lira kembali terkejut.

Johan melihat ke arah mana pandangan adiknya itu terarah. Dan segera saja wajahnya mengelap saat melihat Andreas dari kejauhan yang sudah naik ke dalam mobil nya dan segera berjalan ke arah keluar lingkungan Kampus.

"Ah, iya...??" Lira tergagap. Ia melihat Anya dengan pandangan bertanya.

"Kau nggak bilang kalau Kakakmu President BEM." ulang Anya dengan wajah cemberut pura-pura marah

"President apa...??" Lira tak yakin dengan apa yang di dengar.

"BEM !" Ucap Anya lugas.

Lira terdiam, kemudian mendongkak kan wajahnya melihat Kakaknya yang juga tengah melihatnya.

"Apa...??" Johan pura-pura tak mengerti.

"Kenapa Kakak nggak cerita kalau Kakak President BEM...??" Kening Lira berkerut pura-pura kesal.

"Memang kau tanya..??" Ucap Johan sambil bersedekap.

Wajah Lira langsung kesal, membuat lelaki dengan rambut lurus dan wajah nya yang terukir sempurna itu terkekeh.

Selain mematahkan kaki serangga, yang bisa membuat senyum terukir di wajah Johan, hanya saat bersama adiknya.

"Duuh...kalian seperti sepasang kekasih saja." Goda Anya saat melihat interakis Johan dan Lira. "Kalau orang yang nggak tahu, pasti di kira kalian sepasang kekasih." Lanjutnya.

Mendengarnya Lira langsung cemberut, sedangkan Johan, wajahnya langsung mengukir senyum, yang membuat gadis berambut pendek itu makin terkesima.

Sayang senyum Johan itu bukan untuk Anya, tapi hanya untuk kata-katanya yang telah membuat hati nya melambung karena perasaan bahagia, hanya dengan mengatakan ia dan Lira seperti sepasang kekasih.

"Kak, ijinkan aku pergi dengannya yaa..??" Lira memegangi tangan Johan dengan ekspresi memohon.

"Kakak ikut saja !" Anya berkata cepat, membuat perhatian Johan teralih dari Lira ke arah nya.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Johan mau menemani adik dan teman barunya itu untuk jalan-jalan ke Mall. Dengan menaiki mobil Chevrolet camaro RS warna metallic nya ia membelah jalan raya yang padat akan kendaraan pada jam makan siang seperti ini.

Dengan posisi Johan menyetir, Lira duduk di sampingnya dan Anya yang duduk di bangku belakang mereka mengobrol dalam perjalan menuju mall.

"Apa Kak Johan sudah punya pacar...??" Tanya Anya tanpa basa-basi, membuat Lira yang duduk di depan menoleh ke arahnya.

"Berani sekali dia langsung bertanya seperti itu...??" Lira berkata dalam hati. Ia iri dengan keberanian Anya yang berani langsung bertanya. "Coba aku juga seberani itu bertanya kepada Kak Andreas..." Lira bersandar pada jog mobil sambil memandangi langit biru cerah yang seperti bergerak mengajarnya.

"...Belum." Johan akhirnya menjawab setelah tadi ia hanya diam. Tapi pandangannya mata bukan ke Anya, tapi ia melirik ke arah samping, ke adik nya yang terlihat muram.

"Kalau begitu, aku boleh jadi pacar Kakak ??" Anya mencondongkan badanya ke depan dan melihat ke arah laki-laki yang tengah menyetir itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rika Nurhasanah
seru penasaran kisah johan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status