Malam di Rumah Keluarga Prawira yang bergaya ernik-modern begitu sunyi kendati di luar Rumah terdapat banyak Satpam dan Bodyguard yang berjaga.
Di dalam kamarnya yang gelap, Johan terbaring telentang dengan mata nya yang menatap nyalang langit-langit kamarnya.
PLAAKK !!
Tamparan Ayahnya tadi padanya membayang dalam ingatannya.
"Kenapa nilai mu bisa turun ?!" Dari pada bertanya, kata-kata Ayahnya tadi sebelum tidur terdengar seperti bentakan.
Saat itu Johan berada di ruang kerja Ayahnya. Dan di situ hanya ada mereka berdua. Ayahnya tadi yang memanggilnya. Dan Johan tahu, pasti Ayahnya akan memanggil ke ruang kerjanya, di saat Ibu tiri dan Adik tirinya Lira sudah masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Seperti yang sudah Johan duga, pagi harinya Ayahnya telah heboh melihat sangkar burung Jalak Bali nya yang telah kosong."Kalau kau tidak lupa mengunci nya, kenapa pintu kandang bisa terbuka dan burug itu hilang ?!" Wajah Aji merah padam dengan mata melotot memarahi Pelayan Laki-laki yang bertugas mengurus burung-burung kesayangannya."Ta, tapi saya benar-benar sudah menutup nya Tuan..." Lelaki berperawakan kecil itu berkata takut-takut."Alasan !" bentak Aji makin emosi."Maaf kan saya Tuan..." Pelayan itu langsung menunduk memohon. Ia sangat takut jika seandainya Tuan nya itu meminta ganti rugi atas hilang nya Burung seharga jutaan rupiah itu.Johan yang sedang duduk di meja makan bersama Lira dan Ibu tirinya itu makan dengan santai, seolah apa yang kini ia den
"...Ka...Kak..." Wajah laki-laki berambut cepak itu memerah, nafasnya sudah satu-satu. Berkali-kali ia menepuk-nepuk matras agar Johan menyudahi cekikan pada lehernya.Sedetik kemudian mata Johan membulat dan melepaskan Juniornya itu yang langsung berguling dan terbatuk-batuk."Maaf, tadi aku melamun." Johan bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Juniornya tersebut bangkit."Nggak apa-apa Kak..." Lelaki berambut cepak itu berkata. Walaupun jelas sekali jika tadi ia sangat kesakitan dan hampir kehabisan nafas.Kedua orang itu mundur dengan jarak cukup, dan membungkuk secara bersamaan sebagai tanda berakhirnya pertandingan mereka, yang kemudian di gantikan oleh pasangan tanding lain."Mana Rendy...?" tanya Johan sambil meminum air mineral dan menyeka kerin
"Liraaa...!" Terdengar suara seseorang memanggil namanya.Gadis yang siang itu mengelung rambut panjang bergelombangnya karena cuaca yang panas itu menoleh ke sumber suara, di lihatnya Anya sudah berlari-lari mendekatinya."Masalah..." Lira berucap dalam hati."Gimana...?" tanya Anya setelah dekat. "Sudah bilang belum sama Kak Johan...?" Wajahnya terlihat sangat antusias.Lira tak langsung menjawab, ia berjalan ke pinggir lapangan dengan Anya yang mengekor di belakang, kemudian duduk di sebuah bangku panjang terbuat dari besi yang berada di bawah Pohon Mangga yang banyak tumbuh di lingkungan Kampus."....Kakak bilang kau cantik." Lira berkata setelah tadi ia sempat menimbang-nimbang akan membantu Anya untuk dekat dengan Kakaknya atau tidak. 
"A, apa...??" Lira menatap Kakaknya tak yakin. "Kenapa harus aku...?" keningnya makin berkerut, membuat Johan lagi-lagi terkekeh.Mood nya selalu membaik walaupun hanya melihat Adik Tirinya itu."Kau kan Adikku, pasti tahu mana yang terbaik." Johan menjentikkan jari tangannya.Mata Lira membulat, ia ingin menolak, tapi bingung mengatakannya, apa lagi Anya sudah menghambur ke arahnya."Boleh kan Lir..??" ia merangkul Lira dari depan, sehingga membelakangi Johan. "Aku akan mendekatkan mu dengan Kak Andreas..." ia berbisik di telingan Lira."Aku harus pergi." Johan tersenyum kepada mereka, dan terkekeh ketika melihat wajah Lira yang membatu, sebelum ia membenarkan letak cangklongan tas ranselnnya dan berjalan pergi."Dadaah K
Mobil New Camry 2.5 G/T warna black yang di naiki Lira baru saja keluar dari gerbang Universitas ketika dari kaca mobil nya, Lira melihat Andreas yang sudah duduk di kap mobil sport Ferrari488 Pista warna rosso scuderia.Dadanya langsung berdebar dan tanpa sadar ia tersenyum dari balik kaca mobil nya yang terlihat gelap dari luar, ia masih memandang tak berkedip ke arah Lelaki itu sampai mobil nya melewati nya dan ia langsung tersadar."Pak !" Lira langsung menepuk bahu Sopirnya."Ada Apa Nona...??" Sopir tua nya terkejut dan langsung menginjak rem, yang untung nya jalanan di depan Kampus itu sepi dan Mobil tersebut berjalan pelan di pinggir."Putar balik ke Kampus !" ia memerintahkan. "Cepat ya !" ia berkata lagi sambil menoleh ke arah belakang, ia takut Seniornya tersebut kebur
"Itu bukannya Lira, adiknya Kak Johan...?" Rendy berkata setelah dekat.Andreas tak begitu menanggapi, ia masih sibuk membuka pembungkus permen pemberian Lira tadi, dan segera mengulumnya sambil memegangi tangkai plastiknya."Anda tidak berbuat macam-macan lagi kan..?" Rendy menatap khawatir pada Lelaki bermata sipit yang masih santai memainkan permen dalam mulutnya, membuat pipi nya mengelembung sebelah."Macam-macam apa..?" keningnya berkerut menatap Lelaki yang berdiri di sampingnya.Kening Rendy ikut berkerut dalam menatap orang yang selalu ia panggil Tuan Muda itu."Ayo ikut aku !" Andreas turun dari kap mobil sport nya."Biar saya yang menyetir." Rendy sudah menodongkan tangannya meminta kunci. 
Anya melompat kegirangan saat Johan datang bersama Lira dan mengatakan bahwa mulai hari ini mereka berpacaran."Pacarkuu...!" ia memeluk Johan dan mengalungkan kedua lengannya pada leher Johan.Lira meringis melihat tingkahnya.Tapi memang ada untungnya Johan sekarang berpacaran dengan Anya, karena kini Kakaknya yang suka menguntit dan tidak memboleh kannya ini dan itu sekarang lebih sering bersama Anya. Ralat, Anya yang sering datang menemui Johan, dan mau tidak mau Lelaki itu harus menuruti kemauan manjanya. ***Lira masih duduk di salah satu kursi panjang dari besi yang tersebar di beberapa titik Lingkungan Kampusnya. Ia yang siang ini baru saja selesai dengan kelasnya termenung sambil melihat ke layar ponsel yang sudah dari 10 menit lalu ia pegangi.Di lihatnya layar
Sudah 1 minggu lebih Anya berpacaran dengan Johan. Di Kampus gadis berambut pendek dan selalu tersenyum lebar-senyum tak tahu malu, kalau menurut Lira, itu selalu menempel ke mana pun Kakak nya pergi.Tapi bagi Lira, itu tidak lah masalah. Karena justru dengan Anya yang selalu ikut ke mana pun Johan pergi, sedikit banyak Lira bisa terbebas dari Kakaknya yang selalu over protictive padanya. Seperti minggu ini contohnya,"Haaii Sayaang !" Anya yang memakai atasan kurang bahan warna pink, di padu rok dari bahan jeans di atas lutut sudah tersenyum lebar di depan pintu rumah. Johan yang awalnya ingin membaca di taman depan terkejut tak percaya dengan kehadiran Anya di rumah nya."...Dari mana...??" kalimat Johan terputus karena Anya yang telah menghambur ke arahnya, memeluk kemudian mencium pipi kanannya. Membuat ekpresi wajah Johan seketika berubah tak suka."Lira yang memberi tahu ku." ia tersenyum leba