Rena terduduk di kursi setelah mendapat tamparan dari Rizal. Air matanya terus mengalir karena menahan rasa sakit.
Rizal adalah sosok laki laki yang 4 tahun ini menjadi suaminya. Lelaki kurus tinggi berkulit coklat, sorotan mata tajam, dan kini menjadi bengis.
Setahun belakangan Rizal sering menyakiti Rena. Dia sering berjudi dan pulang subuh. Ia bahkan tidak segan menyiksa rena kalau keinginannya tidak terpenuhi. Termasuk meminta uang untuk berjudi.
Hari ini Rizal pulang dalam keadaan kacau. Entah masalah apa lagi yang diperbuatnya, setiap hari menyisakan kenangan buruk buat Rena.
Dulu, Rizal adalah sosok yang penyayang dan humoris. Selalu menciptakan kenangan manis bagi Rena.
Dulu, Rizal juga sering memanjakan Rena. Entah apa yang terjadi, suatu ketika Rizal berubah jadi pribadi yang menakutkan. Pagi ini dia pulang marah-marah tidak jelas
"Rena aku perlu uang," katanya dengan kasar sehingga membuat Rena terperanjat dan kaget.
"Aku gak ada uang lagi zal," balas Rena.
Biasanya, kalau tidak bisa memberi uang, Rizal pasti main tangan. Selama ini Rena bertahan karena takut diancam Rizal.
"Kamu harus cari sampai dapat. Aku tunggu dua jam lagi harus ada," tegas Rizal dengan gurat wajahnya yang marah.
Entah apalagi yang akan diusahakan Rena untuk memenuhi keinginan suaminya itu. Satu-satunya jalan adalah berutang lagi ke tetangga untuk kesekian kalinya.
Selama ini Rena hanya bekerja sebagai tukang cuci piring di warung nasi. Itu pun belum cukup untuk kehidupannya. Rena orang yang kuat. Ia tidak pernah mengeluh. Menurut dia, percuma mengeluh karena dirinya tidak akan mendapat jalan keluar.
Rena keluar rumah dengan keadaan berantakan usai menangis di tampar Rizal. Pipinya yang masih bengkak tak dihiraukan lagi. Ia tak bisa berdiam diri di rumah karena Rizal pasti akan membuat keributan, melempar barang, memecahkan piring, hingga berkata kasar.
Selama ini Rena sudah merasa malu akibat sikap Rizal. Rena kerap jadi bahan gunjingan tetangga.
Tok...
Tok...
Tok ...
Seorang pria tambun membuka pintu yang merupakan suami dari Ani, tetangga Rena.
"Eh..Rena, silahkan masuk, Ren," ujar pria yang karib disapa Anto.
"Mas Anto saya mau cari Ani. Ani ada mas?" katanya.
Dari gelagatnya, Anto sepertinya sudah tahu Rena pasti bertengkar lagi dengan suaminya. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang masih bengkak.
"Ani lagi ke pasar Ren. Kamu ada perlu apa sama dia," ujar Anto.
Sebenarnya Rena agak canggung dan malu mengungkapkan keperluannya untuk meminjam uang. Tetapi rasa takut terhadap Rizal membuat malu harus disingkirkan. Rena dalam kondisi butuh uang sebelum "monster" di rumahnya mengamuk.
"Saya perlu uang mas. Bisakah mas pinjamkan sayang uang."
Dengan wajah sedihnya. Dia berharap habis ini tidak akan menyusahkan tetangganya lagi.
"Berapa yang kau perlukan Ren," balas Anto.
Rena menjawab "Aku butuh Rp 200 ribu mas untuk keperluan rumah," katanya mencari alasan.
Entah berapa kali Rena mencari alasan setiap meminjam uang.
Anto pun dengan sigap memberikan uang 200 ribu kepada Rena.
"Terima kasih mas. Minggu depan saya bayar ke mas ya," katanya.
Di dalam hatinya, Rena berpikir entah dengan apa dia akan membayarnya yang penting uangnya ada. Mungkin dia harus bekerja lebih rajin lagi.
"Iya Ren, kamu santai aja," ujar Anto dengan nada kasihan.
Rena pun pamit pulang.
Anto sudah paham dengan keadaan Rena saat ini. Dia sedikit kasihan dengan Rena. Dulu rena adalah wanita pujaannya.
Rena adalah perempuan cantik, bertubuh tinggi langsing, berkulit yang putih dengan mata sipitnya yang menarik perhatian. Dia adalah wanita tercantik di desanya. Ibaratnya Rena adalah bunga desa.
Tak sedikit orang yang jatuh hati kepadanya. Termasuk Anto yang memendam cinta terpendam kepada Rena. Sayangnya Anto tak cukup berani mendekati karena Rena adalah anak Pak Lurah yang selalu diawasi oleh lima saudara laki lakinya.
Rena adalah imej anak yang baik, selalu di rumah, jarang keluar, apalagi tidak pernah berpacaran.
Dia dijodohkan dengan Rizal, keponakan dari ayahnya. Sejak menikah Rena tinggal di sebelah rumah Anto. Awal pernikahan kehidupan Rena lumayan bagus. Rizal bekerja sebagai pegawai kecamatan dan mempunyai usaha peternakan ayam, tapi belakangan Rizal berubah drastis.
Sebagai suami Rizal tidak pernah bekerja lagi. Usaha peternakan ayamnya tidak lagi beroperasi akibat berbagai masalah.
Sesampai di rumah, Rena melihat suaminya terbaring di sofa hitam depan televisi. Dengan baju acak-acakan, rambut hitamnya lepek.
"Entah berapa hari dia tidak mandi," ujar Rena dalam hati.
Membayangkannya saja membuat Rena jijik. Padahal dulu Rizal adalah pria yang rapi dan bersih. Kini, Rena muak dengan tingkah suaminya itu.
Dia malas untuk membangunkan Rizal namun Rena berjalan ke sofa dan meletakkan uang tadi di atas meja samping sofa. Hatinya tidak enak dan malas berlama-lama di rumah itu.
Rena segera bersiap untuk pergi ke warung nasi tempat dia bekerja. Diambilnya tas dan dia menutup pintu disertai dengan tetesan air mata. Rena berharap suaminya cepat berubah seperti dulu. Semoga saja menjadi kenyataan. ***
Rena menatap pancaran keemasan sang surya memberikan semburat kehangatan, terasa oleh kulit putihnya. Pagi ini cukup cerah. Meskipun sedikit angin yang bertiup sejuk, membelai lembut wajah nan tirus lebam itu.Ada sedikit rasa nyaman yang terpancar dari hangatnya mentari pagi ini. Dia berupaya menekan kesedihannya dan mencoba lebih tegar lagi.Rena melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sederhana yang ia tempati selama 4 tahun ini. Banyak kenangan yang tersimpan disini.Pujian cinta yang diberikan Rizal mampu melambungkan hatinya ke nirwana. Itu dulu. Tutur kata romantis Rizal membuat dia dipuja bak dewi rembulan yang memancarkan sinar keindahan malam.Tapi, semua itu sudah berlalu. Sekarang, rumah ini penjara tersendiri bagi Rena. Entah itu siksaan dari Rizal atau mungkin takdir yang mempermainkan hidupnya. Setiap hari di rumah ini bagai menjalankan berbagai episode kesengsaraan.Biarlah dia menjalani ini dengan hati yang tertatih- tatih. Ibarat
Saat Rizal tiba di warung nasi dia segera masuk. Dengan membawa sebungkus bubur ayam.Rizal tampak menghembuskan nafas berat dengan raut muka tak senang. Dia menatap sosok wanita yang duduk di kursi meja makan. Wajah Rena pucat pasi. Keringat membanjiri dahinya. Tangannya yang terkulai lemas menandakan kodisi tubuhnya yang lemah."Rena," teriak Rizal berjalan mendekat.Dia segera meraih tangan kecil istrinya yang sudah terasa dingin. "Kau belum makan, bukan?" Tanya Rizal.Rena yang sudah lemah tidak menjawab Rizal. Ia sudah malas melihat tampang suaminya. Semua yang terjadi pada dirinya kini karena ulah suaminya itu. Dan, sekarang Rizal berpura-pura peduli pada dirinya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.Rena lebih memilih memalingkan mukanya dan melihat ke meja makan di hadapannya, dari pada melihat muka suaminya itu.Rizal menghapus keringat Rena. Keringat dingin tampak mengalir di sudut dahi dan di bawah hidungnya.
Sebaik-baiknya seseorang, pasti memiliki batasan. Se-sabar-sabarnya seseorang, pasti ada ujungnya. Kalimat itu selalu ada di kepala Rena. Selama ini dia tenggelam dalam bayang-bayang asmara yang telah padam.Kini, Rena mencoba untuk menerima keadaan. Menjalani hari tanpa keluh kesah. Tapi, sekuat apapun benteng yang ia buat untuk membatasi dirinya, tetap saja ia rapuh sebagai seorang wanita. Mungkin, semua itu diawali sikap suaminya yang berubah drastis. "Rizal kecewa kepadaku," ujar Rena dalam hati. Perlakuan Rizal akhir-akhir ini membuatnya berpikir dua kali untuk terus melanjutkan kehidupan rumah tangganya. Suatu ketika Rena pernah mengatakan bahwa dirinya hanya bisa menjadi teman hidup saja buat Rizal. Hatinya milik orang lain. "Apakah ini yang membuat Rizal bersikap seperti ini. Agar dia tidak terlalu merasakan sakitnya." Banyak pertanyaan muncul di dalam pikiran Rena.Sebagai seorang istri dan seorang wanita, Rena t
Dua hari telah berlalu sejak Rena dan Rizal saling membuka hati.Ia sudah tidak diizinkan lagi bekerja oleh suaminya. Karena Rizal tidak mau membuat istrinya kesulitan. Dia hanya butuh Rena menjaga dirinya baik-baik di rumah.Hari ini Rena menghubungi bu Mega.Mengatakan bahwa dia berhenti bekerja karena alasan suaminya.Rena ingat kemarin Rizal meminta dengan tulus untuk berhenti bekerja. "Biar aku yang bekerja, kamu dirumah aja. Aku mau kamu tetap sehat dan menjaga diri baik-baik dirumah," kata Rizal.Rena menuruti perintah suaminya.Dia harus bisa menjaga kesehatannya dan merawat diri. Selama ini dia selalu cuek dengan penampilannya akibat sibuk bekerja. Dulu Rena selalu menjaga penampilannya. Tubuhnya yang ramping, kulitnya putih bersih, mata sipitnya yang menjadi daya tarik bagi banyak pria. Dulu, Rena begitu mempesona. Sekarang ia jauh dari kata cantik dan tak terawat. *
Hari ini Rizal berangkat ke Jakarta bersama Soni.Rena sudah menyiapkan keperluan suaminya untuk berangkat. Makanan dan minuman disiapkan untuk Rizal dan Soni.Rencananya, Soni dan Rizal berangkat jam 2 ke bandara."Masakanmu enak Ren. Ya gak Zal," kata Soni ke Rizal sambil menyantap lauk kesukaannya."Iya, kamu makan aja. Jangan sungkan," balas Rizal yang melahap makanan dengan nikmatnya. Itu mungkin makanan terakhir buatan Rena yang dimakan karena keduanya tidak akan bertemu dalam beberapa waktu ke depan. Usai makan Rena segera membereskan meja makan. Semuanya habis tak bersisa. Tentu saja Rena senang sekali karena masakannya terbukti enak dan dilahap habis oleh suaminya dan Soni. Rizal dan Soni telah memesan taksi online lewat aplikasi smartphone. Rizal juga sudah siap dengan barang dan tasnya. Ia kemudian menghampiri Rena yang sedang mencuci piring di wastafel."Sayang kamu baik-baik di ru
Rena membuka matanya yang kecoklatan. Ranjangnya kemudian berderak seperti dinaiki seseorang. Matanya melirik ke samping lalu melihat sosok pria yang ia rindukan hadir di sebelahnya."Kenapa Ren," ujar suaminya Rizal.Rizal kemudian mengejapkan mata lalu menatap Rena. Ia menopang kepala di satu tangan sembari berbaring menghadap ke Rena."Rizaaal..." ujar Rena memeluk sang suami dengan derai air mata. Wanita itu sesegukan dengan isakan pelan. Rizal terkesima."Kenapa Ren? Jangan nangis," jawab Rizal sambil mengusap lembut punggung sang istri. Lalu mengecup sang istri di dahi."Aku kangen kamu Zal, aku gak nyangka kamu udah pulang," ujar Rena yang masih sesegukan."Aku tahu kamu masih tidur, makanya aku tidak membangunkanmu," ujar Rizal mengelus rambut Rena. Sebagai suami Rizal tak tega menganggu tidur istrinya karena masih terlalu pagi. Rizal mengambil penerbangan pukul 4 pagi, kare
Pagi ini Rena tinggal sendirian dirumah sementara Rizal pergi bekerja. Rena sedang rebahan di sofa kecil di ruang tamu. Sambil mengingat kenangannya waktu bersekolah dulu. Ingatan Rena kembali pada masa lalu. Suatu ketika ia pernah bertemu dengan Rizal. Mereka dulu seangkatan di sekolah yang sama. Saat itu ia belum mengerti apa itu cinta. Hanya tahu pacaran dan cinta monyet.Siang hari di samping gerbang sekolah menengah pertama terlihat ramai. Saat waktu istirahat. Banyak murid berlalu lalang seperti biasa. Kemudian terdengar bunyi bel menandakan waktu istirahat usai. Semua murid bergegas menuju kelas masing-masing. Tak jauh dari situ ada seorang cewek cantik berjalan pelan menuju kantin. Dia tak berminat masuk kelas seperti kebanyakan temannya. Rena Ardila. Cewek cantik bertubuh tinggi langsing, hidungnya mancung, mata sipitnya begitu menarik sehingga jadi daya tarik tersendiri. Banyak siswa yang mengejarnya, menggoda atau hanya cari
Satu jam Rena menghabiskan waktu memasak makanan untuk Rizal. Dari tadi ia sibuk di dapur berkeringat. Rena ingin membuat Rizal senang terhadap masakan yang dibuatnya. Sambil memutar lagu di smartphone, Rena menyelesaikan semua bahan-bahan mentah hingga semua tersedia di piring. Usai memasak Rena membereskan dapur yang berantakan. Semua makanan sudah tertata rapi di meja makan. Setelah itu Rena langsung mandi."Hmm... lumayan capek juga," ujarnya sambil meregangkan otot.Usai mandi Rena menuju kamar langsung ke arah lemari dan memilih baju. Dress berwarna putih selutut jadi pilihannya.Setelah itu Rena bersiap-siap menunggu Rizal diruang tamu. Penampilannya terlihat cantik dengan dress putih yang cocok dengan kulit putihnya. Matanya yang sipit dipertajam dengan eyeliner hitam. Bibir tipisnya dipoles dengan lipstik merah ceri, merekah seperti bunga mawar merah. Rena bak dewi rembu