Share

Siksaan Pertama

Laluna sengaja membiarkan dirinya disiksa, dengan cara seperti itu maka tubuhnya akan penuh luka dan tidak akan laku untuk di jual kepada pria hidung belang, siasatnya ini juga menjadi awal untuk mengumpulkan bukti tentang perdagangan manusia di Kastil ini. Selama di tempat ini mereka memang tidak di perbolehkan menggunakan barang elektronik seperti telepon genggam atau handphone bahkan surat-menyurat juga di batasi. Dengan cara ini juga dia bisa meminta kepada mereka untuk bisa berbicara dengan Pak Ramonta.

Wanita itu berjalan dengan sangat geram menghampiri Laluna, pengawal itu membuat Laluna berlutut. Wanita ini menjambak rambut Laluna hingga merah kulit kepalanya.

"Tolol!! Kamu ingin kabur ha? Dasar Gadis bodoh, kamu ingin membuatku menyiksamu seperti orang-orang di ruang bawah tanah?" umpatan wanita itu membuat Laluna tertawa.

"Hahahahha..." Laluna tertawa di depan wanita yang akan dijual itu.

Semua pengawal yang melihat hal itu memukuli dan menampar wajah Laluna sampai mengeluarkan darah segar dari ujung bibir dan ujung matanya.

Semua wanita yang melihatnya meneteskan air mata, mereka berteriak.

"Aww, cukup jangan siksa dia lagi!!" Sania berteriak karena tidak tahan.

"Diam!!" Wanita itu berteriak dengan mata melotot kearah Sania.

Sania terdiam dengan gemetar.

Laluna masih tertawa, dia tidak melawan sama sekali padahal tangannya sudah kembali di ikat lagi.

"Hahahhaha, yang Tolol itu kamu!! Silahkan siksa aku sesuka hatimu. Bunuh aku juga boleh, buat banyak goresan di tubuhku sebanyak yang kamu mau! Itu bukan kerugian besar buatku! Tapi sebelum itu hubungkan aku dengan pak Ramonta di Indonesia ada yang ingin aku bicarakan denganya!" Laluna menatap wanita itu dengan bengis.

"Kamu hanya gadis kecil, berani sekali melawanku? Kamu ini siapa ha? Orang kaya? Investor?Minta di hubungkan dengan Konglomerat seperti Pak Ramonta. Kamu pikir aku akan menuruti perkataanmu?" 
Wanita itu mengernyitkan dahi dengan tatapan mengejek.

Tiba-tiba handphonenya berdering.

"Kring,Kring,Kring" 

"Wah, wah, wah. Kamu bisa seberuntung ini. Pak Ramonta menelponku." 

Wanita itu mengangkat telponnya.

"Halo, apa kabar pak Ramonta?"

"Ada yang harus kuberitahukan kepadamu." 

"Iya, aku mendengarkan."

"Kamu harus berhati-hati dengan gadis yang terikat itu, dia sangat ahli bela diri dan sangat cerdas. Jangan mudah percaya padanya! berikan handphone itu kepadanya aku ingin bicara!" 

"Baiklah."

Wanita itu me-loadspeaker handphonenya ketelinga Laluna.

Laluna sangat geram dan kesal

"Dasar Bajingan!! Kamu membiusku lagi sebelum aku berangkat. Apa kamu ingin aku membunuh semua orang disini agar uangmu tidak mengalir lagi ha?"

"Pelankan suaramu gadis manis, aku akan tetap menepati janjiku untuk memberikan uang kepada keluargamu dengan catatan kamu tidak boleh kabur dari Nepal. Jika kamu mencoba kabur dari negara itu. Maka orang tuamu dan adikmu akan aku bunuh! Jika kamu menurut dengan mereka kamu juga akan mendapatkan banyak uang disana."


"Jadi kamu juga mengancamku! Baiklah kita sepakat jika kamu tidak menepati janji aku juga akan membunuh para pekerja ini. Dan aku pastikan dana yang tiap bulan mengalir akan berhenti. Bagaimana?"

"Dasar gadis kurang ajar!!kamu bisa mengancamku juga. Baiklah kita sepakat."

"Aku ada satu permintaan lagi biarkan mereka tiap bulan mengirim surat ke keluarganya agar orang tua mereka tidak khawatir."

"Kamu tidak perlu repot karena aku sudah menyiapkan surat palsu agar mereka tenang dirumah."

"Dasar licik."

"Berikan pada wanita itu lagi!!" perintah pak Ramonta

"Bagaimana masih ada yang bisa ku bantu Pak Ramonta?"

"Jika gadis itu berbuat ulah laporkan padaku!" 

"Baiklah pak." 

Telpon itu berakhir

Wanita itu dengan tiba-tiba mencengkeram rahang Laluna dan menggertak.

"Dengarkan aku baik-baik, hari ini aku ingin memberimu pelajaran karena kamu sudah menendangku hingga pingsan. Kamu minta aku untuk menyiksamu kan tadi, aku akan mengabulkan." wanita itu mencengkeram mulut Laluna makin keras Lalu menyeret Laluna dengan menjambak rambutnya.

"Aaawww, kamu akan membawaku kemana?" Laluna terus berteriak sampai akhirnya dia sampai di ruang rias.

Wanita itu melemparnya ke tengah wanita-wanita penghibur atau lebih dikenal pelacur.
Mereka seperti sudah tidak ada rasa malu bahkan mungkin bangga dengan pekerjaan ini. Melihat ada Gadis yang di lempar, salah satu dari mereka langsung bertanya kepada wanita itu.

"Harus ku apakan gadis kecil ini?" tanya salah seorang pelacur.

"Ajarkan dia sesuatu yang membuatnya Jera. Kalian paham kan maksudku?" wanita itu memberi isyarat lalu pergi meninggalkan tempat itu

'Mengapa perasaanku tidak enak?' batin Laluna.

 Ada sekitar lima orang wanita penghibur mendekat kesekeliling Laluna dengan tatapan sangat tajam. Laluna mencoba untuk mundur tapi tidak bisa.

Mereka melucuti seluruh pakaian Laluna kemudian kedua tangannya di ikat di sudut yang berbeda. Sehingga posisinya berdiri terlentang tanpa busana. Para pelacur itu mengambil dua buah lidi panjang kemudian menyerang setiap bagian tubuh Laluna hingga memerah dan terluka. 

Serangan pertama

Laluna merasakan perih

Serangan kedua 

Laluna mereteskan air mata 

Sampai serangan puluhan kali 

Kaki dan tangannya mulai lemas.

Mereka tertawa dan menghentikan sabetan itu. Salah satu wanita itu berbisik di telinga Laluna.

"Gadis manis tubuhmu sangat mulus. Pasti kamu masih suci, tercium aroma perawan di tubuhmu." Wanita itu membelai sekujur tubuh Laluna.

Laluna tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi, rasa sakit itu membuatnya sangat menderita. Terasa mati rasa ketika di belai wanita itu.

"Jika kamu tidak bisa memuaskan pelanggan, kamu akan mendapatkan hukuman seperti ini. oh ya perkenalkan aku seniormu disini. Namaku Rina, siapa namamu?" wanita itu membelai rambut Laluna.

Laluna sangat lemas dan kesakitan bagaimanapun dia tetap seorang wanita.

"Na-namaku Laluna, a-apa aku boleh bertanya padamu?" tanya Laluna dengan suara parau menahan rasa perih di tubuhnya.

"Bertanyalah." Jawab Rina.

"Apakah wanita yang penuh luka masih di minati oleh pelanggan?" tanya Laluna.

"Mungkin harganya akan turun dan mungkin juga kamu tidak akan berguna lagi." Jawab Rina sambil memotong kuku panjangnya.

"Lalu wanita itu nasibnya akan bagaimana?" tanya Laluna masih menahan rasa sakit.

"Sebenarnya disini ada satu pekerjaan lagi yaitu menjadi seorang pencuri. Tapi wanita disini kebanyakan tidak sanggup dengan pekerjaan ini. Karena mereka harus punya keahlian mencopet, berlari dan juga bersembunyi bahkan membunuh. Jika mereka sanggup mungkin bisa mengambil pekerjaan itu karena mereka juga akan di gaji lumayan besar, mereka juga akan lolos dari kecurigaan polisi karena polisi mudah di suap Oleh wanita penghibur. Pasti kamu paham kan maksudku. Tapi kalau wanita ini sudah tidak berguna lagi dia akan di jadikan budak di ruang bawah tanah dan perlahan-lahan mereka akan mati dengan sendirinya karena tidak ada orang yang memberi mereka makan. Agensi ini memang kejam tapi kehidupan pelacur disini sangat mewah jika mereka menurut, kita tidak selalu di kurung di kastil ini. Mereka akan keluar dan di pesan oleh banyak pejabat dan konglomerat. Tapi tetap di jaga ketat oleh pengawal. Mereka keluar hanya untuk melayani pelanggan. Namun, jika mereka tidak menurut selain di kurung di kastil ini, mereka bisa disiksa dan akhirnya ke ruang bawah tanah dan di biarkan mati." Rina kembali duduk memoles wajahnya lagi karena dia akan siap untuk menerima pelanggan.

"Apa kamu tidak memiliki keluarga? Jika mereka mati bagaimana dengan keluarga mereka yang mungkin bukan dari Nepal." sepertinya Laluna ingin bertanya lebih jauh.

"Kematian akan di manipulasi sebagai kecelakaan bisa jadi setelah mereka mati akan di bakar hingga menghitam lalu di kembalikan ke keluarganya seakan dia meninggal karena kebakaran. Sepertinya aku tidak perlu menjawab hal pribadiku disini. aku tidak akan berbuat jahat padamu. Aku yakin kamu pasti befikir untuk menjadi pencuri. Jika melihat tubuhmu yang semulus dan sebagus ini madam Lati wanita yang menjambakmu kesini tadi tidak akan meloloskanmu. Kamu tidak berfikir kan untuk melukai tubuhmu sendiri, sekarang aku akan mendandanimu dan malam ini kamu akan bersiap menjadi seorang pelacur." Penjelasan panjang diberikan oleh Rina.

'Dia tahu aku sedang berfikir hal yang sama dengannya. Mungkin mulai sekarang aku harus menghapus diriku yang feminim dan benar-benar mengeluarkan sisi tomboy yang selalu aku sembunyikan demi ibuku. Malam ini aku tidak akan membiarkan siapapun menikmati tubuhku. Walaupun aku harus memainkan peran ini sebaik mungkin.' gumam Laluna.

Laluna mengikuti semua perkataan Rina, bahkan dia di dandani sangat cantik saat itu dengan gaun hitam yang sangat terbuka. Didalam ruang rias yang sangat penuh dengan alat make up serta gaun-gaun indah.
Lukanya masih basah tapi sudah harus di pekerjakan, sebelum memakai gaun itu, Rina menyiramkan obat bubuk ke seluruh tubuh Laluna yang terluka. Ini benar-benar terasa seperti cambukan hukuman mati saat di penjara, sakit ditubuhnya itu harus di tahan bahkan mungkin Laluna akan menambahnya lagi. 

Hari itu terasa begitu cepat, Laluna masih menggigit bibirnya sendiri untuk menutupi ketakutan dan kegelisahanya. Banyak sekali rencana di dalam otaknya untuk keluar dari prostitusi ini. Dalam hatinya terus-menerus mengucapkan doa dan maaf untuk orang tuanya. Dia terpaksa melakukan ini agar semua orang selamat termasuk teman-temannya disini. Mungkin hari ini mereka juga dipersiapkan untuk melayani para pria hidung belang itu, semua itu memukul keras hatinya yang sedikit tersayat membayangkan mereka tidak berdaya. 

Malam itu Laluna mencari benda tajam yang ada di kotak-kotak make up. Dia berharap ada pisau lipat atau kater yang bisa di dibawanya. Setelah dua kotak terbuka dia menemukan kater lumayan besar, selagi orang-orang berada di luar dia mengambil sebuah bandana rambut dan mengikatkannya di paha kanannya kemudian diselipkan kater itu disana. Dia merapikan lagi dress mininya itu agar bandana dan kater itu sempurna untuk disembunyikan.

Laluna melihat semua wanita-wanita yang berangkat bersamanya itu mulai masuk ke beberapa ruangan rias termasuk ruangan yang dipakai Laluna. Sania terlihat sangat murung dan memilih duduk di sebelah Laluna.

"Kamu tahu kita tidak akan pernah bisa pergi dari sini!" kata Sania sedikit pasrah kemudian memoles wajahnya perlahan dengan bedak dan make up.

"Aku tahu kita tidak ada harapan untuk sekarang. Tapi bisakah kamu tidak menyerah? Ada pekerjaan lain disini sebagai seorang pencuri tapi tubuh kita tidak boleh mulus. Aku rasa jika kamu mau, kita bisa melakukannya hari ini." pendapat Laluna memberikan ide untuk Sania.

Sania menangkap maksud dari Laluna.
"Bagaimana dengan yang lain?" Sania tiba-tiba merasakan sedih melihat wanita-wanita itu yang sudah terlihat pasrah.

"Kita harus keluar dari sini untuk menyelamatkan mereka. Jujur kita tidak ada pilihan lain, jika mereka lebih memilih menjadi pencuri, maka kemungkinan rencana kita gagal. Ada misi tersembunyi dibalik ini semua. Karena mungkin kita bisa merasakan kebebasan diluar kastil ini dan kita bisa berbuat sesuatu." Laluna mencoba menjelaskan dengan lirih.

Laluna perlahan menunjukkan kater yang ada di paha kanannya.

"Lakukanlah hal itu didepan pelanggan." Laluna mencoba membuat Sania mengerti.

Beberapa menit kemudian Rina memanggil Laluna karena tamu sudah berdatangan. Laluna memegang pundak Sania lalu meninggalkan dia untuk menemui Rina.

Sania berfikir keras sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukannya. Dia melakukan hal yang sama persis dengan Laluna. Kemudian para senior menghampiri mereka yang sudah berdandan dan siap menerima pelanggan.

Pengalaman pahit dimulai...






Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status