Share

Pelatihan Pertama

"Kalian berdua sudah datang. Duduklah!" Pak kepala itu duduk berhadapan dengan mereka.

"Benarkah kamu Rula dan Tasya?" tanya Pak Kepala itu.

"Iya aku Rula dan dia Tasya" jawab Laluna singkat.

"Kenapa kalian berdua menggunakan topeng?"Tanya Pak Kepala itu.

"Karena kami banyak menyimpan luka, aku takut akan terasa menjijikkan ketika melihat luka yang ada di wajah kita berdua." jelas Laluna yang sudah mempersiapkan jawaban itu sejak dalam perjalanan tadi.

"Hemm, aku juga dengar dari Lati. Dia bilang kalian melukai diri kalian sendiri demi berganti profesi menjadi pencuri. Apakah itu benar?" tambah Pak Kepala itu yang mulai sedikit penasaran.

Laluna sangat mahir untuk bersikap tenang. Dia sama sekali tidak terlihat bingung ataupun gugup ketika menjawab pertanyaan.

"Kami sebenarnya tidak pandai melayani pria, bahkan kami berdua kadang sulit bersikap ramah. Karena banyak senior bilang ada pekerjaan lain di kastil, aku dan dia memutuskan untuk pindah. Sepertinya pekerjaan ini lebih cocok untuk kami berdua." jelas Laluna berusaha sangat polos untuk menjawab pertanyaan itu.

Tiba-tiba Pak Kepala tertawa.

"Hahahhahaha, kalian sangat lucu. Sejak kapan seorang wanita tidak bisa melayani pria, lambat laun kalian juga akan menikah dan menjadi istri. Pekerjaan itu tidak akan mungkin tidak bisa kalian lakukan. Kalian membuatku sangat geli." Pak Kepala belum juga berhenti tertawa.

"Mungkin itu bisa kami lakukan setelah kami berdua dewasa. Lihatlah kami masih belia dan sangat polos. Jujur aku lebih suka berkelahi dari pada menjadi wanita penghibur." sahut Laluna dalam hati sangat geram dengan pria itu.

Pak Kepala tiba-tiba berhenti tertawa.

"Berkelahi? Kamu lebih suka berkelahi? Apa dengan tubuhmu yang mulus itu bisa juga berkelahi?" Pak Kepala mulai tertawa lagi.

"Kalian ini membuatku sangat geli, lihat kalian berdua masih gadis kecil! kamu Rula masih berusia dua belas tahun dan kamu Tasya usiamu masih lima belas tahun aku tahu ini dari Lati. Masuk akal jika kalian memang belum siap untuk melayani pria tapi aku tidak yakin jika kalian berdua bisa berkelahi." Pak Kepala berusaha menghentikan tawanya.

'Dasar!! Hiss pria ini meremehkan aku." Gumam Laluna mempertahankan senyumannya.

"Aku tidak bisa berkelahi. Tolong ajarkan aku untuk itu!" dengan tiba-tiba Sania berterus terang.

"Ya, ya, ya. Aku suka dengan kejujuranmu itu. Aku pasti akan mengajarkanya padamu. Apa kamu tidak ingin jujur?" Tanya Pak Kepala masih meremehkan Laluna.

'Sania memang gadis yang sangat polos.' batin Laluna sambil menghela nafas.

"Aku sudah jujur aku suka berkelahi dan aku memang bisa." jawab Laluna terlihat sedikit kesal.

"Hei gadis kecil! sungguh, aku jadi penasaran. Baiklah kita langsung mulai pelajaran hari ini. Ikutlah denganku!" Pak kepala berjalan keluar dari ruangan itu dan mereka berdua mengikutinya.

Mereka melihat ke kanan kiri suasana gedung yang begitu sepi dan cukup tenang. Mereka sampai disebuah ruangan seperti tempat latihan untuk bela diri. Pak Kepala seperti memberikan isyarat untuk menyerang Laluna dari arah yang tidak terduga. Laluna sudah cukup peka dengan angin yang datang dan ingin menyapanya itu. Badannya menghindar dengan gerakan yang sangat cepat tanpa pukulan ataupun gerakan membalas, Pak kepala masih belum memperlihatkan pengakuannya. Sampai akhirnya penyerang itu melayangkan pukulan ke arah kepala Laluna. sontak laluna bergulir dan mengayuh kaki kirinya dari arah berlawanan untuk membalas pukulan lawan. Kali ini penyerang tersungkur jauh dengan darah di ujung bibirnya.

Tepuk tangan terdengar dari seluruh orang yang berada di ruangan itu.

"Wow, Ku kira ocehanmu hanya omong kosong. Kamu cukup hebat gadis kecil."puji Pak Kepala sambil memandang Laluna.

"Aku sudah bilang jika aku berterus terang dari awal aku lebih suka memukul orang dan berkelahi." jelas Laluna lagi.

"Baiklah, kali ini aku percaya padamu." kata Pak Kepala.

"Baiklah kalian semua boleh berkumpul, aku akan memperkenalkan anggota baru disini. Mereka masih pemula dan mereka tidak masuk dalam qualifikasi sebagai pelacur. Mereka adalah Rula dan Tasya." Pak Kepala membawa mereka berdua kedepan semua orang.

Mereka bertepuk tangan

"Aku cuma berharap tidak ada korban lagi setelah ini. Kebanyakan dari mereka yang datang dari Kastil pelacur itu pasti mati jika mereka menjalankan misi ini. Ya karena mereka hanya mencari jalan keluar untuk bebas bukan berkeinginan untuk mendalami peran ini. Mereka bukan kita yang lahir dengan kehidupan yang keras tanpa orang tua. Mereka tetap saja wanita-wanita yang lemah." jawab salah seorang wanita senior bernama Luga.

"Aku melihat aksi gadis kecil itu saat masuk pertama kali ke halaman gedung ini. Dia membanting Albi dengan begitu mahir. sepertinya kepekaannya terhadap serangan cukup mengesankan. Anehnya mereka berdua memakai topeng, apa itu bisa menyinhkirkan kesialan?" tanggapan Natali sambil menoleh ke arah Laluna.

"Benarkah? Aku jadi penasaran berapa lama mereka akan hidup dan apakah mereka bisa menyelesaikan pelatihanya selama empat tahun disini? karena menurut pengalaman yang sudah-sudah setelah tiga bulan mereka hanya tinggal nama. Ya, memang ada yang lolos pelatihan selama empat tahun tapi bulan berikutnya juga langsung meregang nyawa. Jika topeng itu bisa membuat mereka bertahan, aku juga pasti akan memakainya." ucap Luga sambil melakukan pemanasan.

"Ah sudahlah, hidup dan mati seseorang kita tidak akan tahu. Aku juga penasaran akan sampai kapan mereka bisa bertahan." ucap Natali mengakhiri obrolannya.

Pak Kepala menyerahkan mereka berdua kepada Rigo dan Sagi sebagai pelatih di kelas bela diri itu. Mereka bersiap untuk mendapatkan latihan dasar lagi sampai benar-benar mahir bela diri.

' Aku baru tahu menjadi seorang kriminal memiliki sekolah juga disini. Benar-benar budaya yang aneh.' pikir Laluna sambil melakukan pemanasan.

Laluna dan Sania sama-sama memiliki luka yang belum kering. Rasanya mereka benar-benar harus menikmati rasa sakit itu selama proses latihan ini. Beberapa jam telah berlalu keringat mereka mulai bercucuran, Sania benar-benar memaksakan diri tapi sekarang wajahnya terlihat sangat pucat. Tiba-tiba darah keluar dari balik lengan dan kakinya. Begitu juga dengan Laluna walaupun lukanya tidak terlalu parah tapi darah tetap mengucur dan tembus dari balik pakaiannya.

"Berhentilah sebentar! Banyak darah keluar dari balik bajumu. Sepertinya luka itu terbuka lagi." kata Laluna yang akhirnya memapah Sania untuk duduk.

"RuLa, kamu juga." kata Sania yang juga melihat darah dari balik pakaian Laluna

Setelah jaket yang di pakai Sania di buka, luka sayatan di lengan dan badannya robek lagi dan mereka semua termasuk pelatih melihat tubuh Sania yang hanya menggunakan singlet itu. 

"Aku tidak apa-apa. Mungkin terasa perih tapi jika aku berhenti, aku akan semakin lemah aku harus menjadi wanita yang lebih kuat lagi." Sania bangkit berdiri dengan wajah yang pucat itu.

Para pelatih akhirnya penasaran juga.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian berdua?" tanya Rigo salah seorang pelatih.

"Hanya dengan begini kita bisa di tolak untuk menjadi pelacur. Tapi Tasya kena pukulan saat didalam kamar yang dilakukan oleh pelanggan karena tubuhnya banyak luka sayatan. Maafkan kami, luka kami belum kering, aku akan mengganti perban bersama dengannya dan akan mulai lagi dalam waktu lima belas menit." jelas Laluna.

"Baiklah, aku tunggu lima belas menit lagi!" kata Rigo.

Mereka berdua meninggalkan ruangan berlatih dan menuju ke kamar mandi.

"Mereka berdua terlihat sangat mengerikan, tubuh mereka penuh dengan luka dan hampir semua bernanah tapi mereka tetap bersemangat untuk latihan. Sampai sekarang sebagai seorang pencuri aku belum pernah dapat penyiksaan parah seperti itu, aku semakin penasaran dengan kastil itu. Kenapa pak kepala melarang kita semua untuk kesana? padahal kami satu Agensi yang sama." Rigo berbicara dengan Sagi.

"Entahlah sudah dari jaman senior, kita semua tidak boleh ke kastil itu. Padahal sudah ada sekitar sepuluh wanita yang di kirim ke gedung ini untuk di jadikan pencuri dan kebanyakan dari mereka pasti mati. Pak Kepala selalu berkata Kastil itu tidak pantas untuk kalian karena kalian disini lebih terhormat dari pada mereka disana. Aku tidak ingin gedung ini di tutup hanya karena kastil itu. Entah apa artinya itu?" Sagi juga mulai heran.

"Semoga kali ini mereka tidak mati. Aku hanya berharap tidak ada korban lagi dari kastil itu. Kenapa aku merasakan ada banyak rahasia di kastil itu yang di sembunyikan? Ah sudahlah kita kembali berlatih sambil menunggu mereka kembali." Rigo membetulkan ikatan di tangannya dan mereka berdua kembali berlatih.

Lima belas menit kemudian setelah mengganti perban ditubuh mereka berdua dan meminum pereda rasa sakit. Mereka berlatih lagi, mereka berlatih sangat keras untuk menguasai setiap gerakan bela diri itu.

Mereka juga melakukan sparing partner melawan anggota lain untuk berlatih. Terlihat Laluna sangat menonjol dan sudah mengalahkan tiga lawan yang di pasangkan dalam latihan ini. Sania walaupun berkembang dengan biasa saja tapi dia juga mampu menguasai beberapa gerakan dengan cukup cepat. Pak kepala di sesi latihan terakhir di hari itu melihat mereka berdua berlatih dan cukup terkejut dengan kerja keras yang mereka lakukan.

'Kedua anak ini berbeda dengan gadis-gadis sebelumnya. Aku seperti melihat motif tersembunyi dari anak-anak itu, entah mengapa Firasatku mengatakan hal ini.'kata Pak Kepala masih memperhatikan mereka berdua berlatih.

Tiga puluh menit kemudian sesi terakhir selesai. Dan mereka mendapatkan waktu istirahat dan juga makan siang. Mereka  menikmati nasi kotak di teras depan gedung putih ini. 

"Aku lega latihan ini sudah selesai. Aku ingin berterimakasih padamu karena kamu mengajakku keluar dari kastil itu." Sania berkata sambil memandang halaman luas di depan gedung putih itu.

"Aku juga tidak tahu. Rasanya aku ingin mengajakmu untuk menjadi pencuri, tubuhmu juga terlihat tidak cocok untuk jadi wanita penghibur, kamu terlihat lebih kekar dari pada aku Sya." Laluna masih menikmati makanan di hadapannya.

"Apa-apaan kamu ini La, kamu ingin memujiku atau mengejekku? Tapi sepertinya kehidupan kita di sini akan lebih seru dari pada kehidupan di kastil itu. Disini jauh lebih damai padahal kita masuk disarang pencuri, apa mereka tidak akan saling mencuri barang milik anggota lain ya La?" Sania jadi penasaran.

"Entahlah, aku melihat di sini lingkungannya lebih baik. Hanya empat tahun kita berlatih disini Aku hanya berharap kita berdua tidak terbunuh, kamu harus berjanji padaku untuk tetap bertahan." kata Laluna mengacungkan jari kelingkingnya.

"Baiklah aku berjanji padamu. Kamu juga ya La." jawab Sania singkat sambil mengacungkan jari kelingkingnya juga.

Tiba-tiba dari belakang Albi datang dan melihat mereka berdua berjanji kelingking.

'Sejak kapan dia disini? Gawat apa dia mendengar pembicaraan kita?' pikir Laluna yang sangat terkejut setelah menoleh.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status