Risa dan Shouhei akhirnya tiba di kantor setelah jam makan siang, dan sang bos segera berpisah dengannya untuk menghadiri rapat yang tertunda. Risa Abdullah hanya bisa melihatnya dari jauh dengan senyum dipaksakan ketika Shouhei tersenyum kecil menuju arah ruang rapat sementara dirinya sudah duduk manis di meja kerjanya. Dari jauh beberapa anggota tim sekretaris buru-buru mendekatinya dengan wajah penasaran. “Kalian dari mana saja, sih? Katanya, sang bos galak kita itu jarang sekali menunda rapat penting seperti itu. Apakah ada masalah di luar sana?” tanya salah seorang wanita kepada Risa, sudah bersandar di tepi meja sambil jongkok untuk mendengarkan kisah Risa dan bosnya. Maksudnya ‘masalah’ ranjang bosnya yang ganas dan tak kenal ampun itu? Risa memekik kesal dalam hati. Tapi, tidak bisa menyalahkannya sepenuhnya, karena dia merasa semuanya bukanlah kesalahan Shouhei. Itu gara-gara dia yang memulai api panas di antara mereka berdua di mobil sebelumnya hingga berakhir lebih pan
Risa Abdullah tidak menyangka kalau mereka akan kembali ke taman hiburan. “U-untuk apa kita ke sini lagi?” tanya Risa dengan wajah bodohnya, menoleh bergantian antara outdoor taman hiburan di depannya dengan pria dingin bermantel hitam di sebelahnya. Shouhei Shiraishi hanya tersenyum lebar. “Setelah pukul tujuh lewat malam ini, bukankah akan ada pawai karnaval?” “I-iya, sih. Aku juga tahu. Tapi, buat apa kita ke sini?” Sang bos dingin merangkul kedua bahu sang wanita lalu menggiringnya berjalan menembusi kerumunan orang-orang yang mulai sangat antusias menunggu acara spektakuler malam ini. “Acara itu adalah salah satu poin yang ada di dalam proposal yang kita ajukan.” “Be-benarkah? Kenapa aku tidak tahu?” balas Risa dengan wajah lugu, mata mengerjap polos. Menatap wajah tampan di dekatnya seolah terhipnotis. “Tentu saja kamu tidak tahu karena aku mengubah sedikit isinya sebelum Pak tua CEO itu menyetujuinya.” “Oh, begitu rupanya.” Beberapa saat kemudian, mereka telah berada d
Deretan pawai Karnaval akhirnya menghiasi mata para pengunjung taman hiburan. Sorak-sorak kegembiraan mewarnai malam yang indah, dan seperti sebelum gladi bersih beberapa saat lalu, atraksi penari api yang menakjubkan tetap diselenggarakan dalam pawai tersebut. Namun, kali ini lebih ketat dan terkendali pengamanannya. Sepanjang jalan pawai tersebut diberi garis batas, dan terdapat beberapa penjaga keamanan yang berjaga setiap dua meter. Tidak lupa juga balon-balon yang ada di sana menjadi perhatian utama mereka, ditiadakan selama proses pawai berlangsung. “Balon kecil yang berisi helium, meski bukan hidrogen, sebenarnya sangat berbahaya jika sampai lepas di udara. Apalagi jika dalam jumlah besar. Dalam sejarah dunia, terdapat beberapa tragedi terkait balon helium, atau juga dengan balon yang bisa dinaiki.” Shouhei Shiraishi menjelaskan sambil menatap deretan pawai di depan mereka. Risa Abdullah menoleh dengan tatapan penuh minat, melupakan sejenak soal pertengkaran kecil mereka yang
“Sho-Shouhei... apa yang kamu lakukan?” gagap Risa bingung. Dia ingin marah, tapi melihat kesungguhan di wajah pria galak dan dingin itu, membuatnya langsung kehilangan kata-kata. “Aku tahu ini terbilang sangat terlambat. Tapi, aku mohon terimalah.” Risa Abdullah bingung. Mau terima bagaimana? Dia ini sudah menjadi tunangan dari pria lain! “Ma-maaf... tapi aku sudah bertunangan dengan pria lain, Shouhei... candaanmu ini tidak lucu sama sekali,” ungkap Risa dengan wajah muram, kepala menunduk menatap cincin indah di dalam kotak. “Aku tidak peduli. Kamu adalah wanitaku, Risa. Aku duluan yang melamarmu berkali-kali dan menjanjikanmu pernikahan yang indah. Bukan pria lain.” Risa mengerutkan kening, menatapnya kesal. “Shouhei! Kita berdua tidak mungkin bisa bersama secara sah di masa depan, bukan? Kalau hanya ingin membuatku patah hati lebih dalam, sungguh kamu keterlaluan luar biasa! Kamu pikir aku akan tersentuh dengan segala hal romantis ini? Apa kamu sama sekali tidak punya hati
Keesokan paginya, Risa Abdullah merasa semuanya bagaikan mimpi. Dia menatap langit-langit kamar seperti orang bodoh. Bagaimana bisa sekarang dia memiliki dua tunangan? Risa Abdullah merasa dirinya seperti wanita berengsek tidak tahu malu. Kedua pria yang menjadi tunangannya adalah pria yang sama-sama memiliki kemampuan hebat dan sangat terkenal di antara para bawahannya. Wajah juga sangat bersaing satu sama lain. Meski begitu, Risa Abdullah lebih memilih Shouhei Shiraishi sebagai pria yang menempati tahta hatinya. Suara ketukan pintu terdengar diikuti oleh suara pelayan wanita. “Nona? Anda belum bangun, ya?” Mata Risa melirik ke arah pintu tebal, wajah cemberut hebat. Belum bangun bagaimana? Dia malahan terbangun satu jam sebelum adzan berkumandang, dan malah termenung di kasurnya cukup lama seperti pasien sakit jiwa. “Aku sudah bangun. Ada apa?” balas Risa malas, suara sedikit keras. “Nona, ada tamu untuk Anda!” Tamu? Risa Abdullah termenung kaget. Siapa tamu di hari Mingg
Walaupun Andres tidak tahu siapa penolongnya malam itu saat tenggelam, dia masih lebih memilih dan berharap Risa Abdullah adalah wanita yang akan bersamanya. Dia menunggu dengan sabar untuk melihat wanita itu kembali kepadanya, dan membuatnya menyadari kalau hanya dialah yang akan selalu mengejarnya meski ada banyak wanita di sekitarnya. Tak disangka, semua prediksinya meleset semua! Tunangan? Menjalin hubungan dengan dua pria berbeda? Tatapan benci dan jijik darinya? Semua itu membuat otak pria ini sangat kacau dan ingin meledak hebat tak karuan. Ini seperti dia terjebak dalam sebuah mimpi buruk, dan tidak bisa bangun sama sekali! Ke mana Risa yang dikenalnya dulu? “Risa, jika aku bisa membuktikan malam itu aku tidak bersalah, apakah kamu mau kembali kepadaku? Kita mulai lagi dari awal, Sayang. Aku berjanji akan memperlakukanmu lebih baik daripada sebelumnya. Aku tidak akan membuatmu seperti bebek yang kehilangan induknya lagi. Aku yang akan menjadi bebek untukmu. Bagaimana?
Risa Abdullah syok luar biasa sampai merasa jantungnya sudah mau lari dari tempatnya. Di depannya, kini sudah berdiri Adnan Budiraharja, menatapnya dingin dengan sikap yang sangat tenang. Namun, Risa bisa melihat ada permusuhan yang kuat di kedua bola mata sang tunangan, ditujukan tepat untuk pria dingin dan arogan yang berdiri di sebelahnya. Bagaimana ini? Kenapa Adnan tiba-tiba muncul? Suasana canggung dengan cepat menangkap atmosfer ruangan itu. Adnan yang melihat wanitanya sedang sibuk di tempat mereka berdua pernah menghabiskan waktu manis bersama, kini merasa gambaran romantis itu dirusak dengan kehadiran pria lain yang sepertinya sedang mencoba menggantikan posisinya. Sialnya, orang itu tidak lain adalah bos Risa yang sudah lama dicurigainya dengan penuh kebencian di hatinya. Pria ini masih dendam dengan ingatan kejadian panas di mobil dulu. Dia mencium Risa dengan cara yang sangat tidak bermoral dan begitu bernafsu. Berengsek! Kedua tangan Adnan mengepal di kedua sisi t
Hari Minggu itu berjalan dengan sangat lambat, seperti sedang menyiksa Risa dalam sebuah drama panggung berskenario buruk. Baik Shouhei dan Adnan, keduanya benar-benar sama sekali tidak mau mengalah dalam berdekatan dengan satu-satunya wanita muda di mansion itu. Selama proses pembuatan sisa kue yang dimaksudkan oleh Risa, bukan hanya Shouhei yang ikut campur dalam pembuatannya, melainkan juga Adnan yang tidak kalah bersemangat turun ke dapur. Kedua pria itu memang terlihat santai dan saling melempar senyum hormat, tapi Risa bisa merasakan hawa dingin yang sedingin kutub utara hadir di sekitarnya, meski udara di dapur ini cukup terasa panas dengan suasana membuat kue mereka. Risa Abdullah tahu kalau mereka berdua diam-diam saling melempar tatapan dingin satu sama lain, dan dia hanya berpura-pura tidak menyadarinya saja. Apa yang harus dilakukannya memang? Mustahil dia berpihak pada salah satu pria itu. Jika dia berbuat kesalahan dan berat sebelah, tentu saja salah satu dari merek