“Tampaknya benar waktu mengubah seseorang, eh? Kamu menjadi lebih dewasa... dan lebih cantik tentu saja,” puji Andres dingin, melirik Risa yang berkeringat gelisah, senyumnya hilang di wajah tampannya. “Aku sudah tidak mengganggu hidupmu lagi. Jadi, sebaiknya kita jangan saling mengganggu. Masalah di masa lalu itu, aku tidak akan minta maaf. Kamu sendiri yang memulai semuanya! Kamu sangat jahat!” ucap Risa tegas, berusaha menguatkan hatinya, menjaga harga dirinya sebaik mungkin. Sudut-sudut matanya memanas. Shouhei yang melihat Risa sudah tidak tahan menghadapi Andres, langsung cepat mengambil alih, menghentikan percakapan itu. “Permisi, Tuan Andres. Saya rasa, sudah cukup sampai di sini percakapan kita. Kami masih memiliki urusan penting untuk dilakukan. Anda percaya atau tidak mengenai pernikahan kami berdua, bulan depan Anda bisa melihat kebenarannya di berbagai media berita yang ada. Saya adalah pria yang sangat mencintai Risa, menghargai masa lalunya, dan tidak akan bisa mentol
Risa serba salah, tidak paham. Matanya mengerjap bodoh. Dia ini benar-benar aneh! Risa sangat bingung menghadapinya. “Ta-tapi, kita, kan, tidak akan menikah, Pak! Bukankah saya hanya sebagai sekretaris pribadi yang bertugas sebagai pendamping Anda untuk malam ini?” “Kapan aku pernah bilang begitu?” ucapnya tenang, sebelah keningnya naik. Tangan kanannya menyeka sebuah krim di sudut bibir sang wanita, lalu menjilatinya dengan gerakan seksi. Risa mematung kaget, tubuh gemetar dingin. Apa-apaan bosnya ini? Apa maksud perkataannya tadi? Di atas kepala Risa seolah-olah ada sebuah tanda tanya besar kelap-kelip seperti dalam sebuah acara kuis di TV, mata sangat linglung. Baru saja ingin meminta penjelasan, Shouhei memotongnya, “sudahlah. Ini terlalu berat untuk kamu pikirkan. Sekarang, habiskan hidangan penutupmu, dan setelah itu kita lanjutkan ke acara selanjutnya.” Hah? Masih ada acara selanjutnya? Risa mengedipkan matanya lugu, polos bak anak kecil tanpa dosa. Sebagai sekretari
Pagi-pagi sekali, Risa menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke Bali. Wanita itu sibuk menggosok gigi sambil menekan koper peraknya yang mulai menyembul keluar. Dia tidak tahu bagaimana pekerjaan sekretaris pribadi secara langsung. Kalau melihatnya dari TV atau novel yang diamatinya, sepertinya memang pekerjaan sebagai sekretaris pribadi seseorang bisa dibilang semacam superhero untuk bosnya. “Aduh, kenapa Adnan belum juga membalas pesanku?” keluhnya ketika sudah selesai menyikat gigi, mengelap wajahnya dengan handuk kecil. Mata menatap cemas kepada centang pesan yang belum juga berubah warna. Semalam, begitu Risa sudah sampai di depan rumahnya (alias rumah bohongannya), dia langsung tepar di kamar salah satu pelayan keluarganya di sana. Subuh hari baru bangun, dan menyadari isi ponselnya sudah penuh dengan serangan pesan dari sang bos pemaksanya itu. Risa sama sekali tidak menyangka kalau Shouhei akan menyuruhnya membawa beberapa setel pakaian untuk acara 3 hari mereka. A
Sepanjang penerbangan, Risa hanya bisa diam menyesuaikan diri. Mereka bahkan duduk di kelas bisnis dengan layanan prima. Hmmm... bosnya ini sepertinya benar-benar orang kaya, ya? Mata Risa mengamati Shouhei yang tengah bercakap-cakap kental dengan seorang pramugari lokal. “Oh, benarkah? Sungguh luar biasa kalau begitu. Saya harap Anda bisa menikmati suasana di Indonesia selama bertugas di sini,” kata sang pramugari sangat ramah. “Terima kasih. Ini juga bukan kali pertama saya ke Indonesia. Semasa SMA dulu, saya pernah tinggal di sini.” “Benarkah? Sangat mengejutkan! Sama sekali tidak terduga!” Keduanya bercakap-cakap cukup lama, membuat kuping Risa sedikit memanas. Dari percakapan mereka itu, sepertinya dia telah mengenal Shouhei karena keseringan melihatnya naik pesawat pada maskapai di mana dia dulu sempat bekerja. Wanita itu bercakap-cakap begitu senang, entah kenapa membuat Risa tidak nyaman melihatnya detik ke detik. Kenapa dia merasa marah? Aneh sekali. Segera saja pera
Risa menoleh patah-patah menatapnya, pucat keringat dingin. Apa maksudnya ini? Ingin mempermalukannya? Membalasnya dengan cara yang elegan seperti cara dia menghadapi Andres? Suara tawa samar-samar kembali terdengar di sekitar kursi mereka. ‘Tahan, Risa! Tahan! Dia memang menyebalkan, tapi dia telah menyelamatkan mukamu di depan playboy sialan itu! Ini bukan apa-apa! Dia juga telah menolongmu beberapa kali, kan? Anggap saja sedang membayar hutang!’ batinnya menenangkan diri. Dengan wajah cerah sumringah, Risa membalasnya dengan ekspresi gembira dibuat-buat, “terima kasih banyak atas perhatiannya, Pak Shiraishi! Saya sangat senang dengan kentang goreng ini! Anda memang bos yang sangat luar biasa!” Wajah Shouhei terlihat puas. Di mata Risa, itu seperti senyum kepuasan yang sangat jahat, karena berpikir telah membalasnya hingga membuatnya malu tak tertahankan di depan banyak orang. Tapi, lain halnya di sisi Shouhei, sebenarnya dia telah mengetahui semua makanan kesukaan Risa sejak
#WARNING RATE 18 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. Satu jam kemudian, Risa Abdullah merasa sedikit bodoh dan terlalu percaya diri ketika diberikan pertanyaan aneh dari James. Dia pikir, pertanyaan itu ada udang di balik batu. Rupanya, mereka ke sini karena memang terkait pekerjaan penting. Di salah satu meja makan besar yang cocok untuk digunakan rapat di kamar mahal itu, telah hadir beberapa orang yang akan terlibat dengan proyek mereka. Kenapa pekerjaan seperti ini bosnya harus ikut turun tangan sendiri? Bukankah cukup mengirim tim biasa saja? “Saya adalah fotografer khusus untuk proyek kali ini. Perkenalkan, nama saya adalah Clara Prisicillia.” Seorang wanita berambut pendek dan pirang gelap penuh gaya sedang memperkenalkan diri di hadapan mereka. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang dan jeans biru gelap, berdiri sambil berkacak pinggang. Sedangkan di tangan satunya terlihat sebuah kamera yang dipegang dengan pembawaan santai. “Mereka semua adala
#WARNING RATE 18 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. Di salah satu restoran hotel, Risa Abdullah bengong seperti orang bodoh di kursinya. Tatapan mata hampanya mengarah pada sosok tampan tidak tahu malu yang duduk di seberang meja. Apa yang baru saja dia lakukan bersama bosnya di saat dia telah memiliki calon suami?! ‘Risa Abdullah! Kamu gila!’ batinnya dengan perasaan ingin berguling-guling stres di lantai, tapi wajahnya masih saja bengong, kedua pundaknya melemas. Beberapa saat lalu, dia dan bos tampan anehnya baru saja bergumul ciuman sangat panas melebihi di ruang kerja pria itu kemarin. Parahnya, ada hickey di bagian bawah leher Risa saat ini. Tentu saja pemberian dari bos galaknya itu! Seberapa panas mereka bergulat bibir di atas meja tadi? Risa kehilangan kata-kata memikirkannya. Benar-benar sangat panas! Dia seperti orang kesurupan yang tenggelam dalam pesona liciknya. Larut akan kehangatan dan kelembutannya, sampai-sampai Risa kehilangan akal sehat
Hah? Risa kembali terbengong untuk kesekian kalinya hari ini. Dia ingin acara resepsi pernikahan seperti apa? Kenapa bertanya begitu? Shouhei menatapnya dalam, mata itu begitu mendominasi dan lembut di saat yang sama. Walaupun Risa kembali terbengong, tapi itu hanya sesaat. Akhirnya, tiba-tiba mengerti dengan cepat. Sebelumnya, James telah memberikan pertanyaan yang serupa. Semuanya pasti hanya demi keperluan pekerjaan. Jadi, dia pun menjawab dengan jujur. “Eng... sebenarnya, saya tidak begitu terlalu memikirkan tentang acara resepsi pernikahan saya harus seperti apa. Yang paling utama, tentu saja acara itu sendiri. Telah resmi dan sah satu sama lain adalah yang paling penting. Jadi, seperti apa resepsi pernikahan itu, bagi saya tidak terlalu memikirkannya sama sekali.” Risa berdiri di sisi Shouhei, menatap ke arah yang sama ke pemandangan laut yang berombak kecil. Angin sore hari menerpa tubuh keduanya. Beberapa jam lagi, pemandangan di sini pasti sangatlah indah jika matahari