Hiruk pikuk Jakarta di jam pagi dan sore selalu saja ramai dan padat. Entah kapan semua nya akan teratur pikir Bunga saat di dalam mobil bersama Adam menuju kantor. Adam menggenggam tangan Bunga yang lalu ditepis Bunga. "Kenapa?" tanya Adam lembut. "Kamu suami orang, aku tidak mau ada kontak fisik sama kamu sebelum status kamu berubah." Adam menaikkan sebelah alis nya. "Bunga kau tahu itu tidak mungkin." Mobil Adam memasuki area parkir dan tanpa menunggu Adam Bunga keluar dari dalam mobil tergesa-gesa. "Bunga tunggu," panggil Adam sementara Bunga sudah tidak tahan dengan bisik-bisik yang terjadi disekitarnya. Adam menarik tangannya dengan kuat membuat tubuh Bunga tertarik dan berbenturan dengan tubuh Adam. "APA LAGI?" teriak Bunga frustasi. "Kita bisa baik-baik saja bukan? Aku sudah mengatakan kepada Sofia kalau aku mencintai wanita lain dan aku tidak terbiasa dengan kehadirannya."
"Ohh..begitu!" Bunga menjauhkan tubuh Adam sekuat tenaga nya, mereka tidak perduli dengan orang kantor yang melihat pertengkaran itu. Karena memang semuanya tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kau mengatakan mencintai wanita lain, dan kau bilang apa tadi? Tidak terbiasa dengan kehadirannya." Bunga tertawa hambar seolah mengejek Adam. "Tidak terbiasa bukan berarti kau menolaknya."
"Lalu aku harus apa?" Adam pun sama frustasinya dengan Bunga. Demi tuhan dia mencintai Bunga, dan itu tidak akan berubah. Dia tidak ingin Bunga menghindarinya seperti di mobil tadi.
"Kau pikir saja sendiri." Bunga pergi meninggalkan Adam yang kesal. Semua nya menjadi begitu rumit sekarang.
****
Sofia menata bekal makan untuk Adam dengan hati yang berbunga. Pertama kali bagi nya menyiapkan makanan untuk pria yang special dihati nya. Yaitu suami nya sendiri. Lalu sedikit keraguan hadir dalam benak Sofia, apakah Adam akan menyukai masakannya? Karena kata mbok Yem kalau masakan Bunga sangat enak.
Bunga__nama wanita itu selalu membuatnya merasa bersalah dan tidak nyaman. Dia melihat foto-foto Bunga dirumah itu lalu dengan keyakinan dia meminta mbok Yem untuk menyimpannya. Bukan karena dia egois, dia hanya ingin melindungi pernikahannya dari gunjingan orang lain. Apa kata orangtua nya jika melihat foto wanita lain ada disetiap sudut rumah ini.
Dia membawa tempat bekal yang sudah dia siapkan tadi lalu berpamitan kepada mbok Yem untuk pergi ke kantor Adam. Dia meminta alamat kantor suami nya itu kepada Asih ibu mertuanya yang begitu bahagia mendengar antusias Sofia.
Dengan memakai baju muslim yang tertutup sempurna serta hijab yang sangat indah dia kenakan Sofia berjalan ke arah resepsionist kantor. Tapi sebelum dia sampai dia mendengar hal yang sangat tidak mengenakkan hati nya.
"Kasihan ya Bu Bunga. Padahal udah enam tahun sama-sama eh, taunya cuma jagain jodoh orang saja."
"Iya ya. Kurang apa coba Bu Bunga? Cantik, cerdas, sempurna banget."
"Tadi pagi gue lihat Pak Adam ngejar-ngejar Bu Bunga gitu."
"Iya mereka satu mobil. Memang saling cinta sih. Tapi gue penasaran siapa sih perempuan yang merebut Pak Adam."
Sofia berusaha menutup telinganya dari dua wanita yang menggunjingkan dirinya serta Bunga itu. Dia tersenyum ramah kepada resepsionist "Maaf saya ingin bertemu dengan Bapak Adam Bachtiar. Bisa beritahu dia kalau saya ingin bertemu?" tanya Sofia ramah.
"Sebentar ya Bu saya akan tanyakan. Dari Ibu siapa? Dan keperluannya?"
"Saya Sofia, saya istri dari Pak Adam Bachtiar." Resepsionist itu terkejut lalu meneliti penampilan Sofia. Begitu juga dua wanita tadi, mereka langsung buru-buru pergi karena mendengar apa yang Sofia katakan.
Dengan cepat Resepsionist itu menelpon sekertaris Adam yaitu Bunga untuk memberitahukan kedatangan Sofia. Karena tidak diangkat jadi resepsionist itu langsung menghubungi ruangan Adam sendiri.
"Ya,""Pak maaf, saya telpon ke Bu Bunga tapi tidak diangkat."
"Bunga sedang meeting dengan klien kita. Katakan ada apa?" tanya Adam sambil memeriksa beberapa laporan keuangan perusahaannya.
"Ini ada Ibu Sofia. Katanya istri Bapak." Adam menghentikan aktifitas nya dan terdiam sejenak.
"Pak."
"Oh iya. Antarkan dia keruangan saya." Adam langsung menutup telponnya dan memijat batang hidungnya. Kepala nya benar-benar pusing belakangan ini. Tak lama pintu ruangannya diketuk. "Ya masuk," ucapnya lalu terlihat lah wajah Sofia yang tersenyum kepadanya. "Ada apa kamu kesini?" tanya Adam to the point.
"Ini saya buatkan Mas makan siang. Sebentar lagi jam makan siang kan? Kita makan sama-sama disini ya Mas." Adam melirik Sofia sekilas lalu menutup mata nya. "Kenapa kamu melakukan ini?"
"Karena saya istri Mas. Jadi saya yang bertanggung jawab melayani suami saya." Adam tidak bisa menjawab lagi dia mengangguk. "Kamu siapkan saja disana, saya akan mengerjakan ini dulu." Sofia tersenyum bahagia, dia menuruti perkataan Adam menata makan siang mereka di meja tempat dimana biasa Adam menerima tamu nya.
Setelah menunggu dua puluh menit Adam dengan berat hati dan langkahnya duduk di sofa yang sedari tadi ditunggui Sofia. Dia melihat semua masakan yang dibawa Sofia. "Jangan terkejut Mas, saya tanya mbok Yem kalau Mas suka menu apa. Jadi saya masak ini." Adam hanya diam dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Sofia. Dengan telaten Sofia menyiapkan piring untuk Adam, mengisi nasi dengan lauk pauk nya. "Ini Mas, ayo dimakan." Sofia menuangkan air putih untuk Adam. Semua perbuatan Sofia tak lepas dari pengawasan Adam namun yang ada dipikiran pria itu adalah Bunga yang biasa memperlakukannya seperti ini.
"Pak. Ini saya sudah bertemu dengan klien dan mereka bilang__," Bunga tidak melanjutkan apa yang akan dia katakan karena melihat Adam tidak ada di kursi kerja nya lalu dia mencari sosok adam ke sofa dan benar saja Adam disana bersama wanita wasiat nya.
"Oh ternyata sedang makan siang. Baiklah silahkan lanjutkan Pak Adam." Bunga pergi tapi Adam buru-buru bangkit mengejarnya, Sofia kembali ditinggalkan Adam karena Bunga. Sebegitu cinta suami nya itu kepada wanita yang bernama Bunga itu. Sofia menghapus airmata nya.
Bunga buru-buru memencet tombol lift tapi Adam menariknya dengan cepat sebelum dia masuk. "Kamu jangan berpikir yang macam-macam dia datang tanpa aku meminta nya."
"Sudahlah Adam aku pusing." Bunga menjauhkan tubuh Adam yang malah memeluknya erat. "Maaf kan aku karena menyakiti mu." Airmata Bunga jatuh, dia lelah. Pernah terpikir untuk pergi dari hidup Adam tapi dia juga mencintai pria ini. Mencintai pria yang selama enam tahun sudah bersama nya lalu diminta melupakan begitu saja itu tidak mudah. Ini masalah hati, bukan hanya tentang tulisan kertas yang bisa dikoyak kertasnya jika noda tulisan tidak hilang. Ini tentang hati nya dan hati Adam. Siapa yang harus dia salahkan? Sofia kah? Bunga pun ragu untuk itu.
Tapi yang pasti adalah takdir yang mempermainkan mereka bertiga. "Maafkan aku Bunga," Adam memeluknya erat seolah tidak ingin Bunga pergi. "Aku mencintai mu, hanya kamu." Tepat saat Adam mengatakannya Sofia ada disana. Bunga terlihat menangis dan Adam begitu takut kehilangan Bunga.
Sebagai istri apa yang harus Sofia lakukan? Apa dia harus marah dan menyakar Bunga? Memaki nya karena merebut suami nya? Tidak! Sofia tidak bisa melakukan itu, karena dialah yang hadir diantara Bunga dan Adam. Dialah orang asing yang merusak impian serta kisah Bunga dan Adam.
"Ehem...," Sofia berdeham membuat Bunga dan Adam melepaskan pelukan mereka. Namun dengan berani Adam menautkan jemari mereka berdua. "Aku ingin berbicara dengan Bunga. Apa Mas memperbolehkan nya?"
Tbc 💞💞💞
Jangan timpuk aku please...silahkan kalian tebak aja ending nya. 🤣🤣😂
Adam menatap sosok istrinya itu tidak mengerti. Wajah Bunga sendiri seolah menantang Sofia. "Apa yang ingin kamu katakan, kamu katakan saja diruangan saya." Adam berjalan membawa Bunga bersamanya untuk masuk kedalam ruang kerja nya. "Mas maaf. Tapi saya ingin berbicara dari hati ke hati kepada Bunga.""Hati?" tanya Bunga seolah mengejek."Hati mana yang kamu maksud? Hati kamu yang tersakiti karena suami kamu bersama ku semalam?" Bunga menatap sengit Sofia yang dibalas dengan gelengan kepala Sofia serta senyum lembut."Hati kita bertiga Bunga. Hati saya sebagai istri tentu merasa sakit karena suami saya meninggalkan saya di malam pengantin kami." Bunga mendengus tak suka."Tapi yang saya ingin bicarakan adalah bukan tentang hati saya. Melainkan kita bertiga. Bisakah kita membicarakannya Bunga?" "Kamu silahkan bicarakan masalah itu dengan nya." Bunga menunjuk Adam lalu melepaskan genggam
Bunga melihat sekitar rumah yang biasa dia datangi itu, disana sudah tidak ada lagi foto-foto dirinya yang dulu menghiasi rumah. Dia tahu pasti foto nya membuat Sofia tidak nyaman. Bunga beralih ke dapur untuk mengambil air putih untuk Adam sedangkan Sofia hanya terus terdiam di depan pintu rumah itu.Sofia tersadar saat dilihatnya Bunga sudah memberikan segelas air putih untuk suami nya. Sofia melihat bagaimana pintarnya Bunga melayani Adam meski mereka belum menikah. "Sofia kenapa kamu masih disana ? apa Mama kamu tidak jadi datang ?" Sofia tersenyum dan berjalan mendekati Adam dia duduk di sebelah Adam tanpa memperdulikan Bunga, bukan maksud menegaskan siapa posisi nya hanya saja Sofia ingin duduk dekat dengan Adam. "Mama mungkin sebentar lagi akan sampai." Sofia memberi tahu."Bunga kenapa membawa koper kesini ?" tanya nya lembut takut kalau Bunga akan tersinggung. Tapi Bunga malah tertawa kecil menatap Adam. "Kau takut ya aku akan
Sofia baru turun ke dapur ingin menyiapkan sarapan untuk mereka semua setelah dirinya menunaikan shalat subuh bersama Adam dan Maryam. Sedangkan Bunga tidak ikut dikarenakan sedang berhalangan. Tapi sepertinya Bunga sudah terlebih dulu berada disana dan dengan cekatan menguasai dapur itu. Sofia tidak lepas melihat gerakan Bunga di dapur hingga dia tersentak akibat suara yang ditimbulkan Adam."Eh Mas," katanya tersenyum kikuk. Adam hanya mampu mengangguk sembari mengikuti arah pandang Sofia tadi. Rupanya disana ada Bunga yang seperti biasa sudah ke dapur pagi-pagi jika dia berada dirumah itu. "Kamu dipanggil sama Mama, katanya ada yang mau dibicarakan." Sofia lalu permisi pergi dari sana sementara Adam menghampiri Bunga."Morning, sudah siap ya shalat nya? Aku sudah buat sarapan, kamu tunggu di meja makan saja ya." Adam tiba-tiba mengambil lengan Bunga yang terkejut karena sentuhan tiba-tiba Adam. "Mama Maryam meminta aku membawa So
Treasur Bay menjadi tempat tujuan menginap Adam, Bunga dan Sofia. Bunga sudah meresvasi dua kamar dan karena Sofia ikut itu artinya Sofia satu kamar dengan suami nya. Itu bukanlah hal yang di khawatirkan Bunga, dia percaya kalau Adam hanya akan menyentuhnya. Lagi pula ini adalah kebetulan yang menguntungkan bagi Bunga karena Sofia akan melihat kalau Adam tidak akan berpaling dari nya. Lantas apa yang ingin Sofia pertahankan."Kenapa kamu tidak memesan tiga kamar Bunga?" Tanya Adam tak mengerti."Untuk Apa? Hem..biar ku tebak. Kau bingung akan tidur di kamar mana?" Bunga tertawa kecil dan berjalan terus menuju arah kamar mereka. Sofia hanya diam dia menarik napas saat Adam memberikannya kunci kamar. "Mas aku istri kamu, apa kamu meninggalkan ku dan sekamar dengan Bunga? Aku tidak marah kamu mencintainya dan dia mencintai kamu, tapi tolong ingat larangan Allah Mas."Bunga berhenti berjalan dia membalik tubuhnya dan mendekat
Hanya wajah mu yang terukir didalam hatiku, abadi dan tak kan pernah terganti..Hanya kau lah cinta dalam hidup ku...Meski pun langit tlah memisahkan cinta kita...Aku kan selalu untuk mu...Cinta mu akan selalu bersemi di hidup ku...Adam menatap teduh wajah Bunga yang bermain gitar malam itu di tepi pantai dengan bernyanyi lagu yang sangat di sukai Bunga. Ya, lagu yang Bunga nyanyikan adalah lagu favorit Bunga setelah lagu penomenal 'yo te amo' .Wajah Bunga semakin bersinar saat bulan menyinarinya.Adam tidak sadar saat disebelahnya ada Sofia yang juga menatap Bunga, mereka bertiga duduk di pasir putih pantai malam itu ditemani beberapa makanan yang dipesan Adam pada pihak hotel. "Suara kamu bagus," Sofia bertepuk tangan membuat Adam terkejut. "Maaf Mas tidak bermaksud mengejutkan." Adam hanya mengangguk dan kembali melihat Bunga yang tersenyum.
Bunga tenggelam dalam hempasan ombak yang mengenai batu karang. Dia tenggelam cukup lama oleh pemandangan itu hingga sebuah suara berat yang cukup dia kenal menariknya dari pemandangan indah di tepi pantai sana."Selamat Pagi Pak." Sapa Bunga seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua. Adam duduk dengan pandangan yang sangat menusuk bagi Bunga. "Kau sarapan dimana tadi? Apa kau menghindariku?""Aku sarapan di kamar, tenang saja. Aku menyiapkan semua persentasi kita kepada pihak Derson. Kau tahu bukan mereka itu perusahaan yang besar. Jadi aku ingin kita mulai meeting ini dengan sempurna." Adam ingin menjawab namun suara dari belakang mereka menghentikannya. "Selamat Pagi Pak Adam dan Bu Bunga." Adam serta Bunga berdiri menyambut seorang Pria muda seumuran dengan mereka. Jabat tangan dimulai lalu mereka duduk bersama. "Ah ya, maafkan kalau atasan saya terlambat. Dia baru tiba hari ini dari London, maafkan karena kesibukan nya.""Ti
Seminggu Kemudian...Bunga sedang memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani Adam, sudah satu minggu namun kedua kekasih yang terpisah oleh sebuah pernikahan itu menjadi serba salah.Adam ingin mendekat kepada Bunga namun wanita itu terus menghindar. Menyiksa diri Adam perlahan dengan semua rasa rindu saat berada di dekat Bunga. Sementara Bunga, wanita yang terlihat tegar itu berusaha mati-matian menekan hatinya agar tidak luluh dengan tatapan Adam yang memohon.Seperti saat ini, Adam menarik tangannya dan perlahan pria itu sudah merengkuh tubuh nya yang terasa lelah. Beban yang dirasakan Bunga menguar begitu saja terbawa angin entah kemana saat Adam memeluknya erat. "Aku sayang kamu Bunga, jangan hindari aku seperti ini." Adam berkata pelan dengan suara beratnya. Bunga hanya memejamkan matanya berusaha terus menekan hati nya. Entah sampai kapan dia pun tak tahu."Maafkan aku Adam,"
Kacamata hitam membuat penampilan Adam semakin sempurna. Sofia yang berjalan disebelahnya hanya bisa mengamati penampilan suami nya itu dalam diam. Dia bahagia karena hari ini dia dan Adam akan pergi ke Pulau Dewata. Mereka hanya berdua pergi bersama, tanpa adanya Bunga yang ikut bersama mereka.Tapi sepertinya sama saja, lihat sekarang Adam sedang duduk di bangku tunggu sambil terus mencoba menghubungi Bunga. Adam terlihat sangat gelisah karena Bunga tidak kunjung mengangkat telponnya."Mas, mungkin Bunga masih tidur." Adam melirik Sofia sekilas lalu memasukan ponsel nya kedalam saku. "Apa yang akan kita lakukan di Bali sana Sofia? Aku sama sekali tidak punya niat mengkhianati Bunga." Lagi Sofia harus menelan pil pahit akibat kisah belum usai antara suami dan kekasihnya. "Aku tidak minta Mas untuk mengkhianati Bunga. Kita bisa saling mengenal satu sama lain nanti di Bali. Setidaknya ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita. Jika memang Mas tidak berniat menceraikan ku."