Sofia baru turun ke dapur ingin menyiapkan sarapan untuk mereka semua setelah dirinya menunaikan shalat subuh bersama Adam dan Maryam. Sedangkan Bunga tidak ikut dikarenakan sedang berhalangan. Tapi sepertinya Bunga sudah terlebih dulu berada disana dan dengan cekatan menguasai dapur itu. Sofia tidak lepas melihat gerakan Bunga di dapur hingga dia tersentak akibat suara yang ditimbulkan Adam.
"Eh Mas," katanya tersenyum kikuk. Adam hanya mampu mengangguk sembari mengikuti arah pandang Sofia tadi. Rupanya disana ada Bunga yang seperti biasa sudah ke dapur pagi-pagi jika dia berada dirumah itu. "Kamu dipanggil sama Mama, katanya ada yang mau dibicarakan." Sofia lalu permisi pergi dari sana sementara Adam menghampiri Bunga.
"Morning, sudah siap ya shalat nya? Aku sudah buat sarapan, kamu tunggu di meja makan saja ya." Adam tiba-tiba mengambil lengan Bunga yang terkejut karena sentuhan tiba-tiba Adam. "Mama Maryam meminta aku membawa Sofia untuk berlibur setelah kita kembali dari Bintan." Bunga ingin marah namun dia menahan emosinya karena sadar dirumah ini masih ada tante Maryam. "Kamu pikirkan saja sendiri." Akhirnya hanya itu yang bisa dikatakan Bunga lalu dia pergi meninggalkan dapur. Adam hanya mampu menarik napas nya kasar, dia juga tidak ingin pergi namun alasan apa yang mampu dia katakan. Sofia tiba-tiba datang bersama Mama nya yang sudah rapi.
"Loh Ma, mama sudah mau balik ke Bandung?" Maryam mengangguk lalu Adam mencium tangan ibu mertua nya itu. "Bunga mana?" Tanya Maryam yang melihat ke sekitar rumah. "Oh tadi pergi ke kamar Ma, biar saya panggilkan."
"Tidak usah Mas. Biar aku saja yang panggil Bunga." Sofia permisi ingin memanggil Bunga. Ketukan pertama di pintu kamar langsung dibuka Bunga yang sudah terlihat rapid dan segar. "Bunga Mama cari kamu. Mau pamit balik ke Bandung." Bunga mengangguk dan langsung keluar dari kamarnya. Dia berjalan penuh percaya diri mendekat kearah Adam dan Maryam. "Tante, kenapa buru-buru sekali mau balik ke Bandung." Sapa Bunga ramah.
Maryam memeluk tubuh Bunga dan didalam hatinya dia berdoa semoga saja pikirannya tentang Bunga tidak benar. Ya, Maryam menerka kalau Adam masih mencintai Bunga begitu juga sebaliknya. Namun melihat betapa baik dan ramahnya Bunga Maryam menjadi merasa bersalah."Tante ada apa?" Bunga heran karena Maryam memeluknya erat sekali. "Tidak ada apa-apa. Tante hanya mendoakan semoga kamu selalu bahagia." Bunga tersenyum kikuk, andai Maryam tahu kalau kebahagiaan yang masih sangat diinginkan Bunga adalah membina rumah tangga bersama Adam dan tentu saja tidak ada Sofia didalamnya.
"Terimakasih tante, kapan-kapan Bunga ke Bandung bolehkan Bunga mampir." Interaksi Bunga dan Maryam tidak terlihat janggal dimata siapapun yang melihat mereka, karena memang itulah diri Bunga.
Bunga mengantarkan Maryam sampai ke mobil nya yang sudah menunggu. "Hati-hati ya Tante." Mereka semua melambaikan tangan saat mobil yang membawa Maryam pergi. Bunga berjalan masuk begitu saja kedalam rumah tanpa mau melihat Adam maupun Sofia. Dia mengambil sepotong roti yang sudah dia siapkan untuk sarapan tadi lalu kembali masuk kedalam kamar diikuti Adam dari belakang namun tangan Adam di tahan Sofia. "Aku yang akan panggilkan Bunga jika Mas mau berbicara dengannya." Adam tidak menghiraukan dia menepis tangan Sofia ingin menyusul Bunga. Namun Bunga sudah lebih dulu keluar kamar dengan membawa koper serta jaket ditangannya. "Kalian kenapa menatap ku seperti itu," tanya Bunga heran karena Adam dan Sofia melihat dirinya aneh.
"Kamu mau kemana dengan membawa koper itu?" Adam mengambil koper yang dipegang Bunga membuat wanita itu tertawa. "Aku hanya menyiapkannya didekat pintu. Bukankah sebentar lagi kita akan ke Bandara?" Bunga tertawa lalu mencium pipi Adam gemas, dia melupakan kehadiran Sofia didepan mereka. "Hahahaha....kamu lucu sayang." Bunga gemas dengan sikap protektif Adam. "Kamu takut kehilanganku hem..., dan juga takut aku marah." Bunga masih bergelayut manja dilengan Adam memberikan nyeri di hati Sofia.
Dia memilih pergi dari sana, berdoa dalam hati semoga Adam bisa melihatnya sebagai seorang istri. Kenapa harus Papa__nya menjodohkan dia dengan Adam.
Langkah Sofia menaiki tangga terhenti saat Adam memanggil namanya. "Sofia,""Ya Mas," jawab Sofia sedikit gugup karena mendengar Adam memanggilnya. "Cepatlah bersiap. Kita akan pergi setengah jam lagi." Sofia mengangguk dan bergegas menuju kamarnya meninggalkan Bunga dan Adam yang masih terus bercengkrama.
"Kau tidak marah aku pergi dengan Sofia nanti?" Bunga menggelengkan kepala nya. "Aku sudah pikirkan tadi, dan aku rasa tidak ada masalah. Jika kau mencintaiku kau pasti memegang janji mu. Dan kau tidak akan bisa tenang menghabiskan waktu dengan wanita wasiat mu itu." Bunga mengecup bibir Adam yang dilihat Sofia. Dia menjatuhkan tas tangannya saat melihat itu."Astagfirullah Mas. Apa yang kalian lakukan?" Sofia terlihat bergetar. Adam menggaruk tengkuk nya merasa malu dan bersalah.
"Bodoh ! Ya berciuman lah. Apa kau mengharapkan kami melakukan lebih?" Bunga menatap sinis Sofia yang mengganggu nya serta Adam. "Kenapa kamu melakukannya?"
"Karena aku mencintai nya, dan dia kekasihku. Pu_as?" Bunga mendekati Sofia dan siap menyembur Sofia pengganggu hidupnya. "Tapi Bunga itu tidak boleh kalian belum terikat akan hubungan yang sah. Tau kah kamu kalau itu dosa." Bunga mendengus lalu berbalik arah. Dia duduk di sofa sebelah Adam. "Mas," panggil Sofia, dan Adam terlihat menunduk lalu meminta maaf. "Maaf kan aku Sofia. Aku tahu aku menyakiti kamu."
"Mas, ini bukan hanya tentang menyakiti aku. Tapi kamu berbuat dosa Mas." Bunga yang malas mendengar omelan itu berdiri lalu mengambil jaket serta koper nya tadi.
"Bunga kamu mau kemana?""Aku pergi ke Bandara saja lebih dulu. Kalian lanjutkan saja pertengkarannya. Bye sayang," Bunga mengecup pipi Adam.
"Kau puas!!" ujar Adam kepada Sofia seolah dia marah karena Bunga pergi.Adam melewati tubuh Sofia yang masih mematung di batas anak tangga. Sofia bertanya-tanya, sudah sampai mana batas Adam dan Bunga berpacaran. Apakah mereka pernah melakukan dosa lainnya? Atau semalam Adam tidak kembali karena mereka tidur bersama. Sofia memilih ber' istighfar, lutut nya lemas melihat apa yang suami nya lakukan.
Dia harus bertanya pada Adam apa yang sudah mereka lakukan sebenarnya. Hati Sofia tidak tenang saat ini.
Bersambung...
Treasur Bay menjadi tempat tujuan menginap Adam, Bunga dan Sofia. Bunga sudah meresvasi dua kamar dan karena Sofia ikut itu artinya Sofia satu kamar dengan suami nya. Itu bukanlah hal yang di khawatirkan Bunga, dia percaya kalau Adam hanya akan menyentuhnya. Lagi pula ini adalah kebetulan yang menguntungkan bagi Bunga karena Sofia akan melihat kalau Adam tidak akan berpaling dari nya. Lantas apa yang ingin Sofia pertahankan."Kenapa kamu tidak memesan tiga kamar Bunga?" Tanya Adam tak mengerti."Untuk Apa? Hem..biar ku tebak. Kau bingung akan tidur di kamar mana?" Bunga tertawa kecil dan berjalan terus menuju arah kamar mereka. Sofia hanya diam dia menarik napas saat Adam memberikannya kunci kamar. "Mas aku istri kamu, apa kamu meninggalkan ku dan sekamar dengan Bunga? Aku tidak marah kamu mencintainya dan dia mencintai kamu, tapi tolong ingat larangan Allah Mas."Bunga berhenti berjalan dia membalik tubuhnya dan mendekat
Hanya wajah mu yang terukir didalam hatiku, abadi dan tak kan pernah terganti..Hanya kau lah cinta dalam hidup ku...Meski pun langit tlah memisahkan cinta kita...Aku kan selalu untuk mu...Cinta mu akan selalu bersemi di hidup ku...Adam menatap teduh wajah Bunga yang bermain gitar malam itu di tepi pantai dengan bernyanyi lagu yang sangat di sukai Bunga. Ya, lagu yang Bunga nyanyikan adalah lagu favorit Bunga setelah lagu penomenal 'yo te amo' .Wajah Bunga semakin bersinar saat bulan menyinarinya.Adam tidak sadar saat disebelahnya ada Sofia yang juga menatap Bunga, mereka bertiga duduk di pasir putih pantai malam itu ditemani beberapa makanan yang dipesan Adam pada pihak hotel. "Suara kamu bagus," Sofia bertepuk tangan membuat Adam terkejut. "Maaf Mas tidak bermaksud mengejutkan." Adam hanya mengangguk dan kembali melihat Bunga yang tersenyum.
Bunga tenggelam dalam hempasan ombak yang mengenai batu karang. Dia tenggelam cukup lama oleh pemandangan itu hingga sebuah suara berat yang cukup dia kenal menariknya dari pemandangan indah di tepi pantai sana."Selamat Pagi Pak." Sapa Bunga seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua. Adam duduk dengan pandangan yang sangat menusuk bagi Bunga. "Kau sarapan dimana tadi? Apa kau menghindariku?""Aku sarapan di kamar, tenang saja. Aku menyiapkan semua persentasi kita kepada pihak Derson. Kau tahu bukan mereka itu perusahaan yang besar. Jadi aku ingin kita mulai meeting ini dengan sempurna." Adam ingin menjawab namun suara dari belakang mereka menghentikannya. "Selamat Pagi Pak Adam dan Bu Bunga." Adam serta Bunga berdiri menyambut seorang Pria muda seumuran dengan mereka. Jabat tangan dimulai lalu mereka duduk bersama. "Ah ya, maafkan kalau atasan saya terlambat. Dia baru tiba hari ini dari London, maafkan karena kesibukan nya.""Ti
Seminggu Kemudian...Bunga sedang memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani Adam, sudah satu minggu namun kedua kekasih yang terpisah oleh sebuah pernikahan itu menjadi serba salah.Adam ingin mendekat kepada Bunga namun wanita itu terus menghindar. Menyiksa diri Adam perlahan dengan semua rasa rindu saat berada di dekat Bunga. Sementara Bunga, wanita yang terlihat tegar itu berusaha mati-matian menekan hatinya agar tidak luluh dengan tatapan Adam yang memohon.Seperti saat ini, Adam menarik tangannya dan perlahan pria itu sudah merengkuh tubuh nya yang terasa lelah. Beban yang dirasakan Bunga menguar begitu saja terbawa angin entah kemana saat Adam memeluknya erat. "Aku sayang kamu Bunga, jangan hindari aku seperti ini." Adam berkata pelan dengan suara beratnya. Bunga hanya memejamkan matanya berusaha terus menekan hati nya. Entah sampai kapan dia pun tak tahu."Maafkan aku Adam,"
Kacamata hitam membuat penampilan Adam semakin sempurna. Sofia yang berjalan disebelahnya hanya bisa mengamati penampilan suami nya itu dalam diam. Dia bahagia karena hari ini dia dan Adam akan pergi ke Pulau Dewata. Mereka hanya berdua pergi bersama, tanpa adanya Bunga yang ikut bersama mereka.Tapi sepertinya sama saja, lihat sekarang Adam sedang duduk di bangku tunggu sambil terus mencoba menghubungi Bunga. Adam terlihat sangat gelisah karena Bunga tidak kunjung mengangkat telponnya."Mas, mungkin Bunga masih tidur." Adam melirik Sofia sekilas lalu memasukan ponsel nya kedalam saku. "Apa yang akan kita lakukan di Bali sana Sofia? Aku sama sekali tidak punya niat mengkhianati Bunga." Lagi Sofia harus menelan pil pahit akibat kisah belum usai antara suami dan kekasihnya. "Aku tidak minta Mas untuk mengkhianati Bunga. Kita bisa saling mengenal satu sama lain nanti di Bali. Setidaknya ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita. Jika memang Mas tidak berniat menceraikan ku."
Meski takdir tidak memihak padanya, Bunga sudah berusaha sebaik mungkin agar kisah nya dan Adam tetap berlanjut. Namun setelah apa yang dikatakan sahabatnya dia dengar, Bunga ragu untuk melanjutkan usaha itu. Dia memang berpikir untuk pergi.Maka pagi ini Bunga ingin mengunjungi Panti Asuhan tempat dimana dia dibesarkan dulu. Dia ingin berpamitan secara langsung dengan Ibu Kepala Panti, dan juga adik-adik nya disana.Sebelum ke Panti Bunga menyempatkan diri membeli beberapa makanan serta mainan, dan yang terakhir Bunga akan membeli beberapa buku bacaan untuk adik-adiknya.Dia memarkirkan mobil tidak jauh dari toko buku di dekat taman kota yang biasa dia kunjungi.Berjalan dengan wajah yang tenang Bunga membuka pintu kaca toko itu. Setelah memilih beberapa buku dia membayar nya di kasir lalu kembali menuju mobil, sebelum Bunga sampai pada mobilnya dia mendengar teriakan seorang Ibu memanggil nama anaknya, dia yang dekat dengan anak itu langsung saja berlari
Jangan membicarakan hati iniKalau kau masih bermain disana tanpa hentiJangan menilai Cinta Kalau kau masih tetap tidak bisa melupakannyaBunga membuka mata merasakan keributan di sekelilingnya. Saat itu netra nya menangkap sosok Pria yang tidak dia kenali berbicara dengan Asih."Oh hai Bunga, kamu sudah sadar?" tanya Pria itu tidak canggung membantu Bunga untuk duduk bersandar."Kau siapa?" tanya Bunga tidak menutup rasa tidak suka nya karena Pria yang baru dia lihat itu sudah berani menyentuh tangannya. "Maaf sebelumnya," ujar Pria itu tersenyum lembut. "Aku Adrian, aku yang tidak sengaja menabrak kamu." Bunga mengangguk, dia sudah mendengar dari Asih kejadian sebenarnya. "Rajin-rajinlah membawa mobil mu ke bengkel." Adrian tersenyum begitu juga Asih."Bunga, Adrian ini sepupunya Sofia. Dia baru saja tiba di Jakarta." Bunga mengangguk mengerti. "Jadi kamu sepupu Sofia?" Adrian menjawab dengan senyumannya."Bunga, Mama pamit pulang sebentar
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati nya berada.Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.Sofia menarik napas nya lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu."Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmata nya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu