Share

Lima

" Udah suka sama gue belom kak?" Nessa tiba-tiba muncul didepan Dika yang sedang memakan baksonya. Jijiknya lagi bakso yang sudah masuk kemulut Dika itu keluar lagi dari mulutnya dan masuk kembali ka mangkuk.

" Jorok anjir!" Jerit Rudi lebih mirip emak-emak ketakutan pas ngeliat kecoa.

" Kampret! Ini anak kunti nongol darimana sih." Omel Dika ke Nessa namun cewek didepannya itu justru senyum-senyum gak jelas. Senyum penuh kekaguman, tapi gak didepan orangnya langsung juga kali.

" Gue bakal terus nanyain elo. Jadi udah mulai suka belom sama gue?" Nessa mengulangi pertanyaannya lagi.

" Ntar aja kapan-kapan." Dika malah menjawab asal dan akhirnya gak menghabiskan baksonya. Tadi itu bakso terakhir tapi rasanya kok jorok banget ya buat dimakan lagi. Padahal itu kan dari mulutnya juga. Ah sudahlah!

" Kapan-kapannya itu kapan?" Cecar Nessa dengan mata berbinar.

Dika mengusap wajahnya, ia baru sadar kalo junior yang sempat ia jaili waktu MOS ini ternyata benar-benar bawel dan gak pantang menyerah sepertinya. Tau gitu dulu gak dia jailin deh. Eh tapi Dika sebenernya juga agak seneng sih digodain Nessa. Kapan lagi kan digodain cewek? Biasanya kan ia yang selalu godain cewek." Gak tau ah. Lo gak masuk kelas apa."

" Kan istirahat."

Bener juga.

" Yaudah nih buat lo."Nessa menyodorkan sekaleng nescafe karena ia sering liat Dika membeli itu di kantin jika istirahat telah selesai. Alesannya sih buat ngilangin ngantuk pas pelajaran nanti. Lalu cewek itu pergi dengan langkah lebar dan kadang sambil melompat segala. Dika jadi inget tokoh kartun jaman dulu. Dora the explore. Apa kabar ya Dora? Udah gede apa belom?

" Dia beneran suka sama lo ya? Gue kira iseng doang godain elo." Ucap Rudi hampir gak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepopulernya Dika ini belum pernah ada cewek yang berani langsung ngasih sesuatu ke Dika. Palingan juga ngasihnya ngumpet-ngumpet atau menitipkan padanya yang lebih sering Dika tolak. Tapi kali ini. Bahkan Sahabatnya itu senyam senyum ngeliat kaleng minuman di tangannya." Mulai suka hm?" Lanjutnya karena Dika malah mengabaikan ucapannya tadi.

Dika menggeleng cepat." Ya kali suka sama cewek ajaib gitu. Gatau deh ah!" Ia malah beranjak dari kursi dan pergi dari sana.

" Gapapa kali Dik ! Normal kok." Sahut Rudi sambil menyamakan langkahnya dengan Dika.

Baru aja Nessa mau berbelok menuju tangga ke kelasnya, tubuhnya tiba-tiba ditarik oleh sesuatu ke bawah tangga yang memang ada ruang kosong disana  Biasanya sih buat naro sapu atau kain pel gitu.

Ternyata ini kerjaan Helena dkk.

Geng yang Nessa denger-denger sangat suka sama Dika. Terutama Helena, si ketua geng yang sudah kelas dua belas itu.

" Pake pelet apa lo sampe bisa deket sama Dika?" Tanya Helena yang lebih terdengar seperti tuduhan dibanding pertanyaan.

Kok kayak di novel novel ya. Bentar lagi gue pasti mau di bully.

" Pelet ikan?" Nessa malah ngeles, bikin Helena makin geram.

" Sikat aja Len!" Sahut salah satu cewek berkacamata yang berdiri disamping kiri Helena sementara cewek berambut pendek di samping kanan Helena hanya mengangguk menyetujui usulan temennya. Nessa gak tau siapa nama mereka karena yang cuma ia kenal ya si Helena ini. Karena Helena lumayan sering bikin onar buat cewek-cewek yang mencoba untuk mendekati Dika. Inilah penyebab gak ada satupun cewek yang berani mendekati Dika, bagi Helena hanya dia yang boleh deketin Dika. Tentu aja pengecualian buat Nessa, karena ia gak peduli sama Helena ini.

Dikira baju apa sikat-sikat.

" Gue tuh mantannya. Jangan pernah deketin Dika."

Nessa melotot gak percaya. Satu lagi fakta baru yang ia ketahui. Helena mantannya Dika? " Masa sih? Kok gak meyakinkan?" Ia merutuki mulutnya yang seringkali asal ngomong tanpa bisa ditahan. Kecuali diancam Cavan seperti waktu MOS.

" Sialan! "

" Lo liat Nessa gak?" Suara didekat tangga itu membuat Helena dkk diam. Mereka gak mau sampe ketangkep basah lagi ngebully anak kelas sepuluh lagi karena Dika.

" Pergi sono lo." Usir Helena sambil mendorong Nessa keluar dari ruang bawah tangga itu.

Nessa berdecih." Payah." Ucapnya.

" Lah Nes lo ngapain dari bawah tangga?" Tanya Cevin yang ternyata sedang mencarinya. Cavan yang berdiri disampingnya hanya menatap Nessa dengan tatapan mengintimidasinya.

" Tadi liat ada sesuatu masuk kesitu, gue kepo mau liat itu apaan eh taunya curut doang."Ucap Nessa dengan suara cukup keras agar terdengar oleh Helena dkk.

" Ceroboh lo. Kalo musang gimana?"

Nessa hanya mengedikkan bahunya." Yaudah yuk ke kelas." Ia merangkul kedua pundak sahabatnya yang jelas jauh lebih tinggi darinya itu sehingga membuat keduanya terpaksa menunduk demi menyejajarkan tingginya.

Cavan sempet melirik kearah bawah tangga itu tapi kemudian Nessa kembali menariknya.

Nessa jadi kepikiran kata-kata Helena. Masa iya dia mantan pacarnya Dika? Mereka pernah pacaran? Kapan? Ia harus bertanya langsung ke orang yang bersangkutan. Akhirnya begitu bel pulang sekolah berbunyi, Nessa memasukkan semua bukunya ke tas dan bergegas pergi." Lo pada duluan aja. Gue ada urusan."

" Apaan?" Tanya Cevin menyelidik.

" Biasa. Perjuangan untuk dicintai kak Dika." Jawab Nessa tanpa malu jika kata-katanya itu didengar oleh semua teman di kelasnya. Toh mereka juga udah tau jadi ngapain malu lagi.

Cavan berdecak-decak. Sepertinya urat malu Nessa sudah sangat tipis atau bahkan sudah putus?

Berbeda dengan Cevin yang malah ketawa ngakak." Gokil! Sukses dah! Tapi jangan lupa ntar sore bantuin tugas kita!"

Nessa mengangkat jempolnya sebelum keluar dari kelas. Ia melangkahkan kakinya dengan pasti kearah halaman belakang sekolah yang berisi tanaman tanaman observasi dan beberapa pohon ceri. Ia tau banget kemana Dika akan pergi setelah bel pulang sekolah. Sebenernya ini juga hasil dari ngintilin Dika waktu pulang sekolah.

Bener aja kan tuh cowok lagi diatas pohon ceri sambil metikin beberapa buah ceri yang udah matang dan memakannya langsung.

" Kak Dika!"

Dika mendengar suara yang akhir-akhir ini sering didengarnya itu dan melongok ke bawah, Nessa tersenyum manis kearahnya sambil melambaikan tangannya." Apaan? Mau?" Ia menyodorkan satu buah ceri yang udah berwarna merah itu.

Nessa menggeleng." Helena mantan lo emangnya?"

Uhuk!

Lagi-lagi Dika hampir tersedak dengan pertanyaan-pertanyaan yang Nessa ajukan. Pasti Helena udah berulah lagi." Lo diapain?" Ia malah balik bertanya.

" Gak diapa-apain. Belom sih kayaknya. Tapi emangnya bener?" Jawab Nessa sangat santai padahal jelas-jelas ia terancam jika suatu saat Helena akan mengerjainya.

" Iya sih tapi itu terpaksa karena gue kesel dia deketin gue terus. Yaudah jadian eh taunya dia selingkuh. Jadi ya udah putus."

Nessa menggaruk kepalanya yang sama sekali gak gatal. Padahal ia cuma nanya apakah Helena itu mantannya Dika apa bukan tapi Dika malah menjelaskan kisah cintanya dengan Helena itu." Kayak gue dong ngejar-ngejar lo. Berarti ada kemungkinan kita jadian?" Ia merasa kisah itu hampir sama dengannya dimana ia juga mengejar-ngejar Dika kan.

Salah ngomong gue.

" Terus abis itu lo nyelingkuhin gue juga?"

Nessa malah nyengir bikin kening Dika mengerut." Gak lah. Gue mah setia kak. Ehtapi gamau deh kalo cuma terpaksa . Gue kan maunya lo terima gue dengan senang hati, karena lo suka juga sama gue. Jadi...."

" Belom." Jawab Dika yang udah tau apa yang bakal Nessa tanyakan padanya. Ia sampe hapal dengan pertanyaan itu.

Nessa menghela napas kecewa namun kembali tersenyum. Cewek ini keliatan seperti..... Mudah menyembunyikan perasaannya tapi mudah juga mengungkapkannya. Aneh?

" Yaudah deh gue balik dulu. Ati-ati kak nanti yang punyanya pulang." Ucap Nessa sambil berlari menjauh dari sana.

Dika memperhatikan di sekitarnya dan sadar bahwa ia memang sendirian di tempat ini. Tapi masa iya dia takut sama begituan? " Sialan tuh cewek." Ucapnya yang merasa baru aja dikerjain sama anak kelas sepuluh. Cewek pula.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status