Nadhara masih terbayang-banyang bibir Althaf bahkan ketika dia sudah memaksa matanya untuk terlelap. Dia malah tidak berhenti gugup dan menjilat bibirnya agar tetap basah.
Nadhara ingin sekali memukul kepalanya dan berpikir waras tetapi bayang-bayang Althaf tidak berhenti berputar dikepalanya. Kelembutan dan kasih sayang pria itu membuat hatinya meleleh.
Bali, Mei 2006Nadhara sedang melihat pantulan dirinya di cermin, dia memakai gaun selutut berwarna merah. Malam ini, dia akan pergi makan malam dengan kekasihnya untuk merayakan hari jadian mereka. Wajahnya tampak sangat cantik dihiasi dengan riasan tipis, Nadhara juga menggerai rambutnya, rambut lurusnya terurai cantik di punggung menambah kecantikan Nadahra malam ini.
Suasana di sebuah pantai yang berada di Lombok itu terlihat sangat romantis, tetapi suasana itu tidak berpengaruh bagi sepasang pasangan yang sedang duduk di sebuah meja makan yang sudah di tata dengan rapih. Seorang perempuan itu menatap kekasihnya dengan jantung berdebar tetapi tidak dengan pria di depannya. Perempuan itu merasakan sebuah firasat buruk hari ini, entah karena perubahan ekspresi kekasihnya yang tiba-tiba. Padahal hari ini seharusnya pria itu segera melamarnya setelah rentetan kejutan yang di berikan
Hari sabtu, merupakan hari yang paling sibuk untuk Nahdara, dia melihat tumpukan resep dan kue yang diinginkan oleh pelanggannya. Setiap hari sabtu, dia akan mulai menyiapkan resep baru dan itu terbilang sangat melelahkan karena dia harus membuatnya beberapa kali agar rasanya pas.Tetapi, Nadhara menyukai hari sibuk itu karena dia bisa berkreasi dan terkadang mendapat ide baru untuk membuat kue. Seperti Nadhara, sabtu pagi selalu membuatnya bersemangat. Dia tidak sabar untuk mencoba membuat resep baru yang dia buat be
Nadhara mengunci pintu tokonya, karyawan terakhirnya baru saja pergi setelah membantunya untuk berberes-beres. Sekarang tepat pukul dua belas malam, jam tetap tokonya untuk tutup.Nadhara membalikkan papan nama yang semula ‘open’ menjadi ‘closed’ lalu menutup tirai pintu dan mematikan lampu. Tidak langsung tidur, Nadhara pergi ke dapur untuk mengecek adonan yang sedang di fermentasi, besok subuh adonan ini siap menjadi roti dengan berbagai macam jenis.
Althaf menggantung jas dokternya, pria itu melonggarkan dasi yang dia kenakan. Pria itu duduk di balik meja kerjanya, menyalakan komputer untuk memeriksa hasil kesehatan pasien yang dia rawat.Setelah memeriksa semua laporan, Althaf mematikan komputernya lalu bersiap pulang. Sekarang sudah menunjukkan pukul satu dini hari, waktu yang sangat tidak pas untuk pulang. Seharusnya, dia bisa pulang pukul sepuluh tadi tetapi tiba-tiba ada operasi mendadak dari UGD dan karena dia dokter bedah terakhir yang berada di rumah saki
Nadhara menghela napas panjang berkali-kali, perutnya berbunyi karena dia belum sempat makan sepulang dari rumah sakit. Althaf mengacaukan segalanya, dia benar-benar tidak tahu jika pria itu berada di rumah sakit tempatnya mengunjungi Ferdi.Nadhara kembali menghela napas, dia akhirnya beranjak dari tempat tidur. Tanpa mengganti pakaian, dia berjalan pelan ke arah dapur lalu menyiapkan bahan masakan untuk membuat makan siang.
Nadhara sangat ingin menampar dirinya sendiri dan berharap semua yang dia alami pagi ini hanya mimpi. Bertemu Althaf meruakan mimpi buruk. Apalagi sangat terlihat pria itu akan menahannya di sini sampai dia melakukan apa yang Althaf minta.Semua kejadian ini begitu nyata untuk di anggap sebagai mimpi, terbangun di tempat tidur pria itu membuatnya tertampar kenyataan. Nadhara tidak mungkin bisa melupakan wajah Althaf, selain karena mereka bertemu kemarin. Dia memang otomatis mengenal Althaf karena wajah pria itu selalu
Juni 2010Althaf sedang melepas sepatunya ketika Sarah berlari dari dalam rumah dan membuatnya kaget. Dia langsung menarik adiknya itu dan mengunci leher dan membuat Sarah kesusahan bernapas.Sarah langsung mendelik ketika dia melepask