Share

Part 04

Cafe dan Resto Fidelidade no amor, Manhattan

            Sean keluar dari ruangan kerja sang Mama menuju ke area cafe, banyak pegawai cafe yang kaget dengan keberadaan Sean yang tidak biasanya.

            “Tuan Sean,” sapa Alex dengan hormat pada Sean. Sean tersenyum hangat ke arah Alex sambil menganggukkan kepala.

            “Alex tolong bikinkan aku minuman yang paling segar, dan makanan yang paling enak di cafe ini,” perintah Sean.

            “Baik Tuan Sean,” ucap Alex sambil berlalu pergi dari hadapan Sean. Sean berjalan ke tempat favoritnya duduk saat dia ke cafe. Sean menatap sekeliling cafe, banyak pengunjung yang berdatangan untuk makan, kebanyakan para anak-anak muda. Meskipun cafe Fidelidade no amor sudah sangat terkenal di Manhattan, harga yang di bandrol untuk makanan dan minuman tetap tidak berubah sama sekali. Tetap bisa di jangkau para anak-anak muda.

            Sean mengambil ponselnya dan mengirimi Mamanya pesan. Ia sangat merindukan sang Mama.

Sean: “Mam”

Naraya: “Iya Boy, tumben kirim pesan ke Mama, Mama kira udah lupa kalau punya Mama”

Sean: “Pikiran macam apa itu, cuma anak bodoh yang melupakan ibunya”

Naraya: “Lagi ngapain Boy, di cafe Mama?”

Sean: “Tau dari mana Mama, Sean sekarang berada di cafe Mama,”

Naraya: “Kamu lupa Boy, itu cafe Mama. Mama bisa melihat perkembangan cafe Mama cukup dari rumah saja,”

Sean: “Hemmm...”

Naraya: “Bantulah dia kalau menurutmu itu baik, Mama kenal dia, dia anak baik dan pekerja keras,”

Sean: “Siapa Ma?”

Naraya: “Greysie Natalie,”

Sean: “Mama tahu dari mana?”

Naraya: “Jangan bercanda Boy, sistem keamanan cafe milik Mama sangat canggih. Meskipun ada yang membobol data cafe Mama, Mama bisa tahu karena notifikasi yang masuk ke ponsel Mama,”

Sean: “Baiklah Ma, iya aku tadi mencari tahu tentang Greysie Natalie. Satu-satunya wanita yang tidak tertarik kepadaku karena ketampananku,”

Naraya: “Hidupnya terlalu sulit Boy, dia tidak terpikirkan akan mencintai ataupun menyukai seorang laki-laki, yang dipikirkannya sekarang cuma nyelesaikan kuliahnya tepat waktu, dan memperbaiki kehidupannya, jika kelak dia bisa sukses. Itu yang pernah Grey bilang pada Mama, saat Mama main ke cafe.”

Sean: “Aku ada ketertarikan padanya Mam,”

Naraya: “Dapatkan dia dengan cara laki-laki yang terhormat, buat dia jatuh cinta padamu dengan berjalannya waktu, Mama mendukungmu, Boy,”

Sean: “Terima kasih, Ma,”

Naraya: “Sama-sama Boy, Kalau sudah tidak terlalu sibuk, Pulanglah! Mama merindukanmu,”

Sean: “Pasti Mam, tunggu kedatanganku pulang. Sean juga sangat merindukanmu Mam, salam ke Papa,”

            Sean merasa sangat lega setelah berkirim pesan dengan sang Mama. Ada semangat baru untuk berusaha mendekati Greysie, meskipun pasti sangat susah, karena melihat bagaimana Greysie saat berbicara padanya. Tak berselang lama, makanan yang di pesan oleh Sean datang.

            “Silahkan Tuan, ini menu baru yang diciptakan salah satu Chef cafe ini,” ucap salah satu pelayan cafe dengan sopan.

            “Siapa nama Chef yang memasaknya?” tanya Sean.

            “Chef Grey, Tuan. Salah satu Chef yang sudah lama bekerja di cafe ini,” jelas sang pelayan. Sean menyunggingkan senyum.

            “Baiklah, terima kasih. Kamu boleh pergi,” ucap Sean. Pelayan yang bernama Merin itu sampai salah tingkah melihat Sean tersenyum padanya. Semakin bertambah kadar ketampanan Sean.

            Sean mulai mencicipi resep baru yang dibikin oleh Grey, saat suapan pertama masuk kemulutnya, Sean begitu kaget dengan cita rasa yang ia dapat. Makanannya sangat memanjakan lidahnya, begitu lezat dan creamy. Sean memakannya begitu lahap sampai tak tersisa sedikit pun. Setelah perutnya kenyang, Sean mulai meminum minuman yang tadi ia pesan. Perpaduan dari kopi robusta dengan susu full cream dan caramel yang disajikan dengan es batu. Perpaduan yang unik yang baru Sean minum. Sean meminum minumannya dengan perlahan, mencoba menikmati cita rasa kopi robusta yang dipadukan dengan susu full cream dan caramel. Sean sangat menikmatinya. Moodnya semakin baik setelah makan dan minum buatan Greysie. Sean semakin berdecak kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh Greysie.

            ****

            “Tuan Sean sangat menikmati menu baru buatanmu, Grey,” ucap Merin pada Greysie. Greysie yang mendengarnya tersenyum puas, karena menu baru yang ia masak di sukai oleh anak pemilik cafe.

            “Apa benar yang lo bicarain, Mer?” tanya Greysie tidak percaya.

            “Bener Grey, tadi aku lihat Tuan Sean memakannya dengan lahap, sampai habis tak tersisa di piringnya,” jelas Merin pada Greysie.

            “Syukurlah kalau begitu, kita bisa memasukkan resep baru yang aku buat ke menu baru cafe,” ucap Greysie antusias.

            “Siap, nanti aku bilang ke Alex untuk menambahkan menu baru di cafe ini,” ucap Merin yang ikut antusias juga dengan menu baru yang di buat oleh Greysie.

            Greysie sangat senang hasil karyanya di terima dengan baik oleh para chef yang bekerja di cafe milik Naraya. Semua chef sangat senang dengan inovasi-inovasi yang di buat oleh Greysie. Karena berkat Greysie juga, cafe milik Naraya berkembang pesat karena memanjakan lidah para pelanggan dengan masakan-masakannya.

            “Bisa-bisa di jadikan istri sama Tuan Sean kamu Grey, karena Tuan Sean selalu dimanjakan dengan masakan-masakanmu yang sangat lezat,” goda Rav pada Greysie. Greysie yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya.

            “Upik abu yang bermimpi jadi seorang tuan putri,” ucap Greysie sambil tertawa. Para chef dan pelayan cafe yang berada di dapur ikut tertawa mendengar perkataan Greysie yang konyol.

            “Seharusnya lo kan bahagia Grey, bisa menjadi istri Tuan Sean,” ucap Alex datang menimpali.

            “Mimpi di siang bolong, bagaimana mungkin seorang chef rendahan sepertiku bisa bersanding dengan Tuan Sean yang derajatnya lebih tinggi dariku,” ucap Greysie balik.

            “Jodoh gak ada yang tahu Grey, barangkali sama Tuhan lo dijodohin sama Tuan Sean, apa lo akan ngelak dengan takdir yang diberikan Tuhan,” ucap Rav dengan serius. Grey yang mendengarnya cuma bisa menghela nafas kasar. Bagaimana mungkin teman-temannya punya pikiran aneh kayak gitu. Membayangkannya saja Greysie tidak pernah, malahan harus bersanding dengan Tuan Sean, yang derajatnya lebih tinggi dari dirinya.

            “Sudahlah, ngomong apa kalian ini. Jangan berpikir aneh-aneh,” ucap Greysie mengakhiri perdebatan kecilnya di dapur cafe bersama para pegawai cafe yang lain. Grey melanjutkan pekerjaannya membuat pesanan yang di pesan para pelanggan cafe. Grey sangat menikmati pekerjaannya, ia menganggap kalau teman-temannya yang berada di sini adalah keluarganya. Grey tak ingin mengingat-ingat keluarganya yang tega membuangnya cuma gara-gara kedua orang tuanya memberikan warisan pada Greysie berupa aset-aset berharga yang bisa menjamin hidup Greysie sampai dewasa. Kedua orang tua Greysie dulu adalah seorang Lawyer, kedua orang tuanya adalah panutan bagi Greysie. Sampai suatu ketika kejadian naas itu terjadi. Kecelakaan yang disengaja di lakukan oleh musuh kedua orang tua Greysie. Sampai akhirnya merenggut nyawa kedua orang tua Greysie, tepat di depan mata Greysie. Sejak saat itu Greysie membenci keluarga besarnya karena kematian kedua orang tuanya yang di rencanakan.

            Greysie sangat bersyukur sekarang hidupnya dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya, meskipun tidak ada ikatan keluarga sama sekali. Greysie bersyukur pada Tuhan akan keberkahan yang ia dapat dari kerja kerasnya selama ini. Greysie tidak pernah mengeluh akan apa yang terjadi pada hidupnya. Karena buat Greysie, masih diberi kesempatan untuk hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik itu sudah lebih dari cukup untuk hidup Greysie.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status