Pagi ini Evelyn terlihat masih bersemangat seperti biasanya. Evelyn merasa puas karena selalu bisa dengan mudah menyelesaikan pekerjaannya. Bos baru Evelyn selalu memberikan pekerjaan yang lebih berat dari Tuan Gerald, ayahnya.
Malvin Gerald, anak dari Tuan Gerald adalah bos muda yang tampan, terkenal perfeksionis dan tidak mudah jatuh cinta. Hampir semua karyawan perempuan membicarakannya, bahkan banyak dari mereka yang sengaja mencari perhatiannya. Namun, tetap hanya kegagalan yang mereka dapat.
Evelyn merupakan sekretaris yang sebelumnya telah bekerja pada Tuan Gerald selama tiga tahun. Selalu bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tuan Gerald tidak pernah meragukan kemampuan Evelyn dan sangat mempercayainya.
"Tuan Malvin, ini ada berkas yang harus anda tanda tangani." Evelyn menyerahkan berkas pada Malvin.
Setelah membaca berkas yang diserahkan oleh sekretarisnya, Malvin menandatanganinya dan kembali memberikannya pada sekretarisnya. Evelyn menunduk dan siap meninggalkan ruangan.
"Tunggu Evelyn." kata Malvin.
"Ya, Tuan."
"Apa malam ini kau ada acara?"
"Tidak, Tuan."
"Kalau begitu, datanglah ke apartemenku, aku mengundangmu untuk makan malam."
"Apa kau sedang merayakan sesuatu, Tuan Malvin?"
"Apa untuk mengundangmu makan malam, memerlukan sebuah perayaan?"
"Ah, tidak, Tuan. Baiklah saya akan datang ke apartemen anda."
"Bersiaplah pukul 7, aku akan menyuruh seseorang menjemputmu."
"Baik, Tuan, saya permisi."
Evelyn keluar dari ruangan bossnya, dalam hati Evelyn tersenyum karena tiba-tiba saja bosnya mengundangnya makan malam.
⭐️⭐️⭐️
Evelyn bersiap diri untuk menghadiri undangan makan malam bosnya, dia menggunakan dress selutut berwarna merah, dengan lengan pendek dan bagian dada sedikit terbuka, membuatnya terlihat lebih santai namun sexy. Supir Malvin yang diperintahkan menjemput Evelyn telah tiba, dan kini mereka menuju apartemen milik Malvin. Sesampainya disana, supir Malvin memberikan sebuah kertas yang berisi pesan dari Malvin. Di dalam kertas itu juga tertera nomor apartemen Malvin beserta kode aksesnya.
Evelyn segera menuju lantai atas dimana letak apartemen Malvin, dengan segera Evelyn menekan tombol kode sesuai dengan yang tertera di kertas. Pintu apartemen Malvin terbuka, Evelyn masuk ke dalam apartemen Malvin.
"Permisi, Tuan Malvin." kata Evelyn setelah melihat Malvin duduk di sebuah sofa terlihat sedang menunggunya.
"Duduklah, aku sudah menunggumu." kata Malvin
Malvin menanggalkan pakaian resminya, saat ini, Malvin mengenakan pakaian santai tanpa mengurasi kesan rapi. Malvin sangat menyukai kerapian. Pria itu tetap terlihat tampan mengenakan apa pun.
Evelyn duduk di sofa berhadapan dengan Malvin. Dia tampak gugup saat Malvin memandanginya begitu intim.
"Apa kau akan terus memandangku seperti itu, Tuan?" tanya Evelyn cukup berani.
"Ah, maaf Evelyn. Kau terlihat sangat cantik." Malvin tersenyum gugup.
"Terima kasih, tapi apa saat di kantor aku tidak terlihat cantik?" Evelyn mencoba bergurau untuk mencairkan suasana. Malvin tersenyum.
"Kau terlihat cantik di mana pun, Evelyn."
Lalu terdengar keduanya tertawa bersama. Ini adalah kali kedua Malvin berbicara padanya hal diluar pekerjaan. Undangan Malvin untuk makan malam adalah yang pertama. Apalagi, saat ini Malvin sedang memuji kecantikannya.
"Kau bisa memanggilku Malvin, saat kita berada di luar kantor seperti saat ini."
"Okey, Malvin."
"Okey, sebaiknya sekarang kita mulai makan malam." ajak Malvin menuju meja makan.
Kemudian keduanya makan dalam diam. Setelah makan, Malvin mengajak Evelyn untuk duduk di balkon apartementnya. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah, gemerlap lampu seluruh kota bisa dengan jelas terlihat dari sini. Evelyn mengagumi pemandangan indah di depannya. Malvin tersenyum melihat Evelyn menikmati pemandangan dari apartemennya.
"Pemandangan disini, indah sekali."
"Kamu menyukainya?"
"Tentu saja semua orang akan menyukainya, ini bisa menenangkan pikiran selepas kerja."
"Kalau begitu, mulai malam ini kamu bisa terus menikmatinya setiap hari."
"Maksud kamu?"
"Minggu ini akan ada proyek besar, sebagai sekretarisku, kamu akan lebih sering lembur dan membutuhkanku. Jadi aku ingin kamu tinggal di sini. Kita akan bekerja bersama."
Evelyn mengangguk mengerti. Ia ingin menolak namun ia juga tahu itu akan percuma, Evelyn tahu Malvin benci penolakan.
⭐️⭐️⭐️
Evelyn akhirnya pindah di apartemen milik Malvin. Dibantu Malvin ia membereskan barang-barangnya. Kini Evelyn sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan, ia merasa lapar karena sejak pagi belum mengisi perutnya.
"Kamu memasak sesuatu?" tanya Malvin begitu sampai di dapur.
"Makanlah, kamu menyukai spagetti, 'kan?" kata Evelyn.
"Dari mana kamu tahu?"
"Tuan Gerald sangat menyayangimu, Beliau selalu membanggakanmu dan menceritakan semua tentangmu." Evelyn tersenyum.
"Kamu bisa melakukan banyak hal, pantas saja ayahku mempertahankanmu." Malvin ikut tersenyum.
Kini Malvin tahu, mengapa ayahnya selalu bercerita membanggakan sekretarisnya itu, karena memang benar Evelyn pantas dibanggakan.
Sejak kemarin Malvin semakin sering terdengar memuji Evelyn, hal yang belum pernah dilakukan Malvin sebelumnya. Tentu itu membuat Evelyn tersenyum bahagia, jika biasanya di kantor, ia melihat raut muka datar Malvin, kini Evelyn bisa melihat senyum hangat Malvin setiap hari.
Malvin mengajak evelyn untuk berangkat ke kentor bersamanya, Evelyn tidak menolak karna memang Evelyn adalah sekretaris Malvin jadi wajar jika mereka terlihat bersama. Tidak peduli bagaimana anggapan teman-temannya di kantor.
Setiap hari Malvin dan Evelyn terlihat semakin dekat, mereka datang dan pulang kantor bersama, namun, mereka tetap profesional. Saat lembur, Evelyn kerjakan di apartemen Malvin seperti yang telah mereka rencakan sebelumnya.
"Istirahatlah, kau terlihat lelah. Besok kau harus siap untuk presentasi proyek kita, jadi jangan terlalu lelah." ucap Malvin
"Baiklah, semua sudah beres. Kau juga harus istirahat." Evelyn tersenyum.
Mereka masuk di kamar masing-masing dan bersiap untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Besok adalah waktunya untuk memenangkan sebuah proyek besar. Dan mungkin saja besok adalah waktu terakhir Evelyn tinggal di apartemen Malvin karna setelah proyek ini selesai, tidak ada alasan lagi untuk Evelyn tetap tinggal di apartemen Malvin.
⭐️⭐️⭐️
"Cheerrrsss ... yeaaahh."
Riang gemuruh suara teman-teman satu team Evelyn dan Malvin merayakan kemenangan mereka. Tidak sia-sia usaha Evelyn lembur setiap malam untuk memenangkan proyek besar ini, akhirnya berhasil. Mereka berkumpul di sebuah bar dan memesan minuman, malam ini mereka akan bersenang-senang.
Malam semakin larut, kepala Evelyn sudah mulai berkunang-kunang dan pusing, dari mulutnya terdengar rancauan yang tak jelas. Malvin juga merasakan hal yang sama, kepalanya sudah berat namun ia masih bisa menguasai dirinya.
"Kenapa kamu minum banyak? Kamu tidak kuat minum." kata Malvin seraya membantu Evelyn berjalan.
"Ssstttt," Evelyn menempelkan jari telunjuknya pada bibir Malvin, "kamu diamlah bos, kamu tidak mengerti apapun jadi sebaiknya kamu diam bos." kata Evelyn meracau.
Evelyn berjalan terhuyung, Malvin bersaha membantunya dengan menahan sakit kepalanya. Tapi Evelyn menepis tangan Malvin.
"Diamlah, aku akan membantumu berjalan." kata Malvin.
Warning... !!!Bab ini mengadung adegan dewasa, bijaklah memilih bacaan.. !!21++⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️Malvin terdiam kemudian menghentikan sebuah taxi. Mereka pulang menuju apartemen Malvin. Saat hendak turun dari taxi, Evelyn memeluk Malvin. Akhirnya Malvin menggendong Evelyn masuk ke apartemennya. Dengan susah payah Malvin berjalan dan berusaha membuka pintu apartemennya karna Evelyn semakin erat memeluknya."Jangan pergi ... jangan pergi ...." Evelyn meracau.Malvin membaringkan tubuh Evelyn di tempat tidurnya, namun Evelyn tetap enggan melepaskan pelukannya, dengan terus mengatakan "jangan pergi ...."Malvin menatap Evelyn hangat, kemudian tangan kanannya terulur membelai rambut Evelyn, mengusap pipi Evelyn dan menyentuh bibir mungil Evelyn. Hati Malvin bergetar."Aku tidak akan meninggalkanmu Evelyn." Bisik Malvin.Detik itu juga mata Evelyn yang sedari tadi tertutup kemudian terbuka. Dengan lem
Evelyn sedang mengemasi barang - barangnya bersiap untuk kembali ke apartemennya."Kamu mau kemana sayang ?" Malvin tiba - tiba masuk kamarnya."Aku akan kembali ke apartemenku, bukankah kita sudah memenangkan proyek itu? ""Tinggallah disini saja bersamaku, kita masih harus bekerja keras untuk proyek yang kita menangkan.""Kenapa aku harus tinggal disini ?" Evelyn ingin tau alasan Malvin."Karna kamu sekretaris aku." jawab Malvin dengan berdiri dan mendekap Evelyn dari belakang, "selain itu, karna kamu sekarang adalah milikku." Tegas Malvin berbisik di telinga Evelyn.Evelyn merinding mendengarnya."Kamu serius ?" tanya Evelyn seraya membalikkan badannya."Kamu meragukanku ? Jika tak serius, kenapa aku harus melakukan semua ini."Evelyn tersenyum memeluk Malvin. Ia tak menyangka Malvin bisa mencintainya, tak sia - sia usahan
Malvin tersenyum melihat ekspresi Evelyn dari ruangannya, ia semakin tertawa membaca chat balasan dari Evelyn.Di toilet, Evelyn bertemu Jeni. Melihat muka Evelyn yang ditekuk membuat Jeni pemasaran dan bertanya."Kamu kenapa ?" tanya Jeni."Kenapa apanya ?" jawab Evelyn sambil bercermin."Muka kamu ditekuk gitu."Evelyn hanya diam membenahi make upnya."Aku mau keluar dulu." kata Evelyn."Kemana ?"Evelyn tidak menjawab ucapan Jenifer dan langsung melengang pergi. Evelyn keluar dari kantornya dan berjalan kaki mencari cafe untuk merilekskan pikirannya sejenak.Disaat masih jam kantor begini, tidak seharusnya Evelyn keluar untuk bersantai, karna sebenarnya pekerjaanya masih banyak menunggu untuk diselesaikan.Evelyn yang giat dan cekatan akan meninggalkan pekerjaannya saat pikirannya kacau, ia tida
Malvin menatap Evelyn tajam setelah pria itu menciumnya dengan sedikit kasar. Evelyn membalas tatapan Malvin tanpa mengatakan apapun."kenapa kamu mendiamkan aku ?" tanya Malvin lembut.Evelyn hanya tetap diam dan terus menatap Malvin."kenapa kamu menghindariku ?" tanya Malvin lagi masih dengan lembut."perlukah aku menjawab pertanyaanmu ? Kenapa kamu tidak menanyakan itu pada hatimu?" jawab Evelyn tak kalah lembut."apa maksudmu ?" Malvin mulai kembali tersulut emosi, ia merindukan Evelyn, merindukan kehangatannya. Namun wanita itu seperti selalu sengaja menghindarinya."aku lelah, aku ingin istirahat" Evelyn sedikit mendorong Malvin mundur, lalu membuka pintu dan meninggalkan Malvin yang masih termangu."sial !" umpat Malvin sedikit berteriak.Sebenarnya ia tahu, Evelyn tengah cemburu dengan sikap Marina yang selalu berusaha terlihat mesra dengan
Evelyn berlari ke ruangan Malvin untuk memberi tahu berita yang baru saja ditunjukkan Jenifer padanya."Malvin ...." panggil Evelyn dengan nafas terengah - engah setelah sampai diruangan Malvin."ada apa ? Kenapa kamu terburu - buru seperti itu ?" tanya Malvin."kamu tahu kenapa karyawan disini berkumpul dan berbisik - bisik ? Mereka sedang membicarakan kita" kata Evelyn menunjukkan ponsel milik Jeni yang tadi dibawanya tanpa persetujuan pemiliknya.Tadi Evelyn langsung berlari membawa ponsel milik Jeni, setelah sahabatnya itu memberitahu berita yang sedang ramai di bicarakan teman - temannya."sial ... siapa yang membuat berita murahan seperti ini ?" tanya Malvin."tentu saja aku" kata Marina yang tiba - tiba masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Malvin."bukankah itu benar ? Jadi sangat disayangkan jika berita besar seperti ini tidak dipublikasikan" lanju
Tuang Gerald memandang Malvin dan Evelyn secara bergantian seolah meminta penjelasan dari mereka berdua. Evelyn hanya diam menunggu Malvin menjelaskan kepada ayahnya."dia memang tinggal di apartemenku yah, karna aku yang memintanya ... kami sedang mengerjakan proyek besar yang membuatnya harus sering lembut di kantor, jadi aku memintanya untuk tinggal bersamaku""saat Marina datang, aku sedang makan dan Eve sedang mandi di kamarnya, kami tidak melakukan apa - apa" kata Malvin menjelaskan.Tuan Gerald masih dalam pembawaannya yang tenang, ia tidak mengatakan apapun, baginya wajar jika nyatanya Eve memang tinggal di apartemen putranya, karna memang ia adalah sekretarisnya."Marina, aku tunggu pengakuanmu saat konferensi pers besok ... dan aku tidak menerima penolakan" kata tuan Gerald seraya meninggalkan mereka bertiga.Malvin bangkit dan berjalan mendekati Evelyn."kau percaya padak
Pagi Evelyn disambut dengan turunnya hujan, sepertinya musim hujan sudah mulai datang. Beruntung hari ini adalah hari minggu jadi Evelyn libur bekerja. Ia memutuskan untuk berbelanja bulanan di supermarket di lantai 1 apartemen Malvin.Dengan ditemani Malvin ia belanja keperluan untuk sebulan kedepan."kamu mau masak apa hari ini ?" tanya Malvin."kamu mau dimasakin apa ?""aku mau soup daging""oke siap boss " Evelyn tersenyum dengan mengangkat tangannya. Malvin mengusap rambutnya gemas.Mereka berdua melanjutkan belanja, membeli minuman serta bumbu - bumbu yang diperlukan.Setelahnya mereka memasak bersama di dapur Malvin.Di sela - sela kegiatan memasak mereka, ada seseorang yang datang. Padahal hari sedang hujan. Malvin dan Evelyn saling pandang ketika ada yang memencet tombol di samping pintu apartemennya itu."biar aku yang buka" kata Ma
Malvin menghembuskan nafas lelah, ia membaringkan tubuhnya pada kasur empuk di kamar hotel yang ia sewa, ia mulai gelisah karna Evelyn tidak dapat dihubunginya sejak kemarin.Malvin sempat kesal pada ayahnya karna ia merasa telah dibohongi, tujuan ayahnya meminta Malvin ke Kanada sebenarnya untuk bertemu seorang gadis, putri dari teman ayahnya.Malvin teringat saat di bandara ia dijemput oleh seorang perempuan yang berpenampilan layaknya seorang bodyguard. Badannya yang tegap serta ekspresinya yang dingin dan tidak banyak bicara membuat mereka berdua hanya berdiam di dalam mobil, tanpa ada percakapan apapunKetika tiba di kediaman teman ayahnya, barulah Malvin tahu jika perempuan yang menjemputnya itu bukanlah seorang bodyguard melainkan putri mereka."Dena, ibu sudah melarangmu memakai pakaian seperti itu, jika kamu tetap berpenampilan seperti itu, maka tidak ada satu orang pria pun yang tertarik padamu" ucap nyony