Malvin menatap Evelyn tajam setelah pria itu menciumnya dengan sedikit kasar. Evelyn membalas tatapan Malvin tanpa mengatakan apapun.
"kenapa kamu mendiamkan aku ?" tanya Malvin lembut.
Evelyn hanya tetap diam dan terus menatap Malvin.
"kenapa kamu menghindariku ?" tanya Malvin lagi masih dengan lembut.
"perlukah aku menjawab pertanyaanmu ? Kenapa kamu tidak menanyakan itu pada hatimu?" jawab Evelyn tak kalah lembut.
"apa maksudmu ?" Malvin mulai kembali tersulut emosi, ia merindukan Evelyn, merindukan kehangatannya. Namun wanita itu seperti selalu sengaja menghindarinya.
"aku lelah, aku ingin istirahat" Evelyn sedikit mendorong Malvin mundur, lalu membuka pintu dan meninggalkan Malvin yang masih termangu.
"sial !" umpat Malvin sedikit berteriak.
Sebenarnya ia tahu, Evelyn tengah cemburu dengan sikap Marina yang selalu berusaha terlihat mesra dengan Malvin. Namun ia ingin wanitanya itu mengatakan padanya sehingga ia bisa meminta maaf padanya. Tapi sepertinya itu hal yang sulit.
Malvin berlari mengejar Evelyn yang sudah masuk ke dalam kamarnya, ia membuka hendel pintu kamar Evelyn dan menggeser daun pintunya.
Malvin melihat Evelyn duduk di sebelah ranjangnya, duduk dengan melipat kakinya dan menyembunyikan wajahnya di sela - sela kakinya, terdengar isakan tangis wanitanya itu. Evelyn tidak menyangka, baru beberapa minggu menjalin hubungan dengan bossnya, ia sudah merasakan hal ini.
Ia lalu mendekat dan duduk disebelahnya, menarik tubuh Evelyn untuk ia peluk. Malvin memeluk Evelyn yang semakin menangis. Diusapnya punggung wanita cantik itu.
"kamu milikku Malvin, dan aku milikmu ... kenapa kamu mencari kesenangan dengan wanita lain ?" kata Evelyn menyayat hati Malvin.
"aku tidak mencari kesenangan dengan wanita itu, aku hanya tidak tahu harus berbuat apa" ucap Malvin mengelak.
"kamu hanya perlu menolaknya"
"aku sudah mencobanya, tapi apa kamu tahu ? Dia sangat agresif ... dan ia juga mengancamku untuk melaporkannya pada papanya"
"jadi kamu takut dengan ancamannya ?"
"tidak ... bukan begitu, aku tidak ingin ribut masalah sepele dengan ayahku"
"ck !" Evelyn mendengus.
"aku mohon Ve, mengertilah ...."
"baiklah ...." jawab Evelyn dengan menghembuskan nafasnya beras dan beranjak dari duduknya.
"aku akan memaafkanmu dengan syarat"
Malvin mengerutkan dahinya
"biarkan orang lain tahu tentang kita ... apa kau keberatan ?"
"tentu tidak, kamu boleh melakukan apapun"
Malvin mengecup puncak kepala kekasihnya, ia berharap wanita itu tidak lagi mendiamkannya.
"aku lapar, aku ingin spagetti masakan kamu" kata Malvin.
Evelyn mengangguk lalu berdiri "akan aku buatkan untukmu, bersihkan tubuhmu dulu lalu kita makan malam"
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Malvin menatap lapar spagetti didepannya. Tanpa menunggu lagi, ia memakan spagetti buatan Evelyn.
"rasanya enak seperti biasanya, dua hari tidak makan masakanmu, rasanya aku rindu"
Evelyn mencebikkan bibirnya, "nikmati makananmu, aku akan membersihkan tubuhku"
Evelyn pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah 35 menit Evelyn selesai, dengan menggunakan dress santai motif bunga dan panjang selutut ia keluar kamar dan mendapati dua orang sedang duduk di ruang tamu Malvin.
Evelyn tahu siapa gadis yang duduk di seberang Malvin tengah memandang kekasihnya itu dengan tatapan tajam. Gadis itu adalah Marina, wanita yang membuatnya mengabaikan Malvin dua hari kemarin.
"rupanya, kita kedatangan tamu" kata Evelyn mendekati ruang tamu Malvin.
Sontak keduanya menoleh ke arah Evelyn.
"kamu ... apa yang kamu lakukan disini ?" tanya Marina.
Evelyn tersenyum "aku ? Seharusnya aku yang bertanya, untuk apa kamu kesini ... tidak cukupkah kamu menggoda kekasihku di kantor ?"
"apa ?" kata Marina terkejut.
"kamu terkejut ? Sekarang kamu tahu, Malvin adalah kekasihku ... jadi bisakah kamu tidak menggodanya ?" kata Evelyn mendekat pada Malvin.
"bukannya kamu adalah sekertaris Malvin ? Apa kamu sedang menggoda bossmu ?" tanya Marina ketus.
"Malvin memang bossku saat dikantor, tapi disini dia kekasihku" kini Evelyn sudah berdiri tepat disebelah Malvin yang duduk mendengar perdebatan dua perempuan yang sedang membicarakannya.
Lalu tanpa aba - aba Marina menarik kuat rambut panjang Evelyn hingga tubuhnya hampir terjatuh, beruntung dengan sigap Malvin menangkap tubuh Evelyn.
"Marina ! Apa - apaan kamu ?" bentak Malvin
"apa ? Kamu membelanya ? Katakan padaku bahwa semua yang dikatakannya bohong ...." Marina merengek.
"dia tidak bohong, karna aku memang mencintainya, jika tidak kenapa bisa ia berada disini" timpal Malvin.
Marina mendengus dan menghentakkan kakinya lalu pergi begitu saja keluar dari apartemen Malvin.
"kamu baik - baik saja ?" tanya Malvin.
"aku baik - baik saja, hanya terkejut" kata Evelyn.
"apa kamu baik - baik saja ?" tanya Evelyn pada Malvin. Ia yakin Malvin sedang memikirkan bagaimana akan menghadapi ayahnya, karna sudah bisa dipastikan, Marina merengek mengadu pada ayah Malvin.
"iya, aku baik - baik saja ... kamu terlihat begitu cantik memakai baju ini" kata Malvin berusaha mengalihkan pikirannya.
Ia ingat tadi sempat terperangah takjub melihat Evelyn begitu cantik saat keluar dari kamarnya. Tubuh besar dan tinggi namun sexy itu terlihat tetap anggun meski hanya menggunakan dress santai.
Evelyn membalas ucapan Malvin dengan kecupan singkat di bibirnya. "aku makan dulu" kata Evelyn dan beranjak menuju dapur, memakan spagetti buatannya yang sudah dingin.
Setelah menyelesaikan makannya, Evelyn kembali mendekati Malvin yang kini sedang berada di balkon luar. Ia memeluk Malvin dari belakang.
"aku tahu kamu sedang tidak baik - baik saja memikirkan kejadian tadi ... aku minta maaf tapi sungguh aku tidak ingin ada orang lain yang mendekatimu selain aku ...."
"aku baik - baik saja sayang, aku bisa menangani ini" ucap Malvin berbalik dan mendekap tubuh Evelyn.
"besok lusa kita akan ada acara makan malam dengan rekan kita karna ia sudah bertunangan, mereka mengundang kita" kata Malvin, Evelyn hanya mengangguk mendengarnya.
"aku sudah belikan gaun khusus untukmu" sambungnya.
"terima kasih sayang"
Tanpa terasa malam semakin larut, Malvin dan Evelyn masih betah berada di balkon luar apartemen Malvin.
"kita istirahat sayang, malam semakin dingin" ajak Malvin dengan membopong tubuh Evelyn.
Evelyn mengalungkan tangannya di leher Malvin, dan membenamkan kepalanya di dada pria itu. Malvin membawa Evelyn ke kamarnya.
"kenapa kamu tidak mengantarkanku ke kamarku ?"
"aku ingin menikmati malam bersamamu" jawab Malvin.
Ia merebahkan tubuh Evelyn di kasur dan menciumnya. Evelyn membalas ciuman itu dan mereka menikmati malam panas mereka.
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Esok hari tidak seperti biasanya, dikantor terdengar berisik dengan beberapa karyawan berkumpul dan berbisik - bisik. Jeni berlari mendekati Evelyn dan Malvin.
"ada apa jen ?" tanya Evelyn, sedangkan Malvin terus melanjutkan jalannya menuju ruangannya dengan ekspresi datar.
"kamu jadi perbincangan mereka karna berita ini Ve" kata Jeni menunjukkan ponselnya.
Evelyn melihat ponsel yang ditunjukkan Jeni dan membaca judul berita disana.
"Tinggal serumah : sekretaris menggoda boss muda perusahaan Gerald dengan tubuhnya !" Evelyn terkejut dan menutup mulutnya.
Ia segera berlari menuju ruangan bossnya tanpa mempedulikan banyak pasang mata yang memperhatikan dan membicarakannya.
Evelyn berlari ke ruangan Malvin untuk memberi tahu berita yang baru saja ditunjukkan Jenifer padanya."Malvin ...." panggil Evelyn dengan nafas terengah - engah setelah sampai diruangan Malvin."ada apa ? Kenapa kamu terburu - buru seperti itu ?" tanya Malvin."kamu tahu kenapa karyawan disini berkumpul dan berbisik - bisik ? Mereka sedang membicarakan kita" kata Evelyn menunjukkan ponsel milik Jeni yang tadi dibawanya tanpa persetujuan pemiliknya.Tadi Evelyn langsung berlari membawa ponsel milik Jeni, setelah sahabatnya itu memberitahu berita yang sedang ramai di bicarakan teman - temannya."sial ... siapa yang membuat berita murahan seperti ini ?" tanya Malvin."tentu saja aku" kata Marina yang tiba - tiba masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Malvin."bukankah itu benar ? Jadi sangat disayangkan jika berita besar seperti ini tidak dipublikasikan" lanju
Tuang Gerald memandang Malvin dan Evelyn secara bergantian seolah meminta penjelasan dari mereka berdua. Evelyn hanya diam menunggu Malvin menjelaskan kepada ayahnya."dia memang tinggal di apartemenku yah, karna aku yang memintanya ... kami sedang mengerjakan proyek besar yang membuatnya harus sering lembut di kantor, jadi aku memintanya untuk tinggal bersamaku""saat Marina datang, aku sedang makan dan Eve sedang mandi di kamarnya, kami tidak melakukan apa - apa" kata Malvin menjelaskan.Tuan Gerald masih dalam pembawaannya yang tenang, ia tidak mengatakan apapun, baginya wajar jika nyatanya Eve memang tinggal di apartemen putranya, karna memang ia adalah sekretarisnya."Marina, aku tunggu pengakuanmu saat konferensi pers besok ... dan aku tidak menerima penolakan" kata tuan Gerald seraya meninggalkan mereka bertiga.Malvin bangkit dan berjalan mendekati Evelyn."kau percaya padak
Pagi Evelyn disambut dengan turunnya hujan, sepertinya musim hujan sudah mulai datang. Beruntung hari ini adalah hari minggu jadi Evelyn libur bekerja. Ia memutuskan untuk berbelanja bulanan di supermarket di lantai 1 apartemen Malvin.Dengan ditemani Malvin ia belanja keperluan untuk sebulan kedepan."kamu mau masak apa hari ini ?" tanya Malvin."kamu mau dimasakin apa ?""aku mau soup daging""oke siap boss " Evelyn tersenyum dengan mengangkat tangannya. Malvin mengusap rambutnya gemas.Mereka berdua melanjutkan belanja, membeli minuman serta bumbu - bumbu yang diperlukan.Setelahnya mereka memasak bersama di dapur Malvin.Di sela - sela kegiatan memasak mereka, ada seseorang yang datang. Padahal hari sedang hujan. Malvin dan Evelyn saling pandang ketika ada yang memencet tombol di samping pintu apartemennya itu."biar aku yang buka" kata Ma
Malvin menghembuskan nafas lelah, ia membaringkan tubuhnya pada kasur empuk di kamar hotel yang ia sewa, ia mulai gelisah karna Evelyn tidak dapat dihubunginya sejak kemarin.Malvin sempat kesal pada ayahnya karna ia merasa telah dibohongi, tujuan ayahnya meminta Malvin ke Kanada sebenarnya untuk bertemu seorang gadis, putri dari teman ayahnya.Malvin teringat saat di bandara ia dijemput oleh seorang perempuan yang berpenampilan layaknya seorang bodyguard. Badannya yang tegap serta ekspresinya yang dingin dan tidak banyak bicara membuat mereka berdua hanya berdiam di dalam mobil, tanpa ada percakapan apapunKetika tiba di kediaman teman ayahnya, barulah Malvin tahu jika perempuan yang menjemputnya itu bukanlah seorang bodyguard melainkan putri mereka."Dena, ibu sudah melarangmu memakai pakaian seperti itu, jika kamu tetap berpenampilan seperti itu, maka tidak ada satu orang pria pun yang tertarik padamu" ucap nyony
Malvin membayar tagihannya dan segera berlari kecil menuju tempat dimana tadi ia memarkirkan mobil Dena sambil sesekali mengedarkan pandangannya mencari Dena.Sesampainya di tempat parkir, ia tidak menemukan yang ia cari. Mobil Dena tidak ada disana, wanita itu sudah pergi, Malvin tahu wanita itu pasti akan membuat ulah dan merepotkannya."sial !" umpatnya.Sedikit ada rasa penyesalan kenapa tadi ia memberikan kunci mobilnya pada Dena. Seharusnya, ia tidak mempercayai wanita itu begitu saja.Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, saat Malvin menuju rumah Robert menggunakan taxi, setelah menghabiskan waktunya di sebuah cafe untuk mengisi perutnya dan sedikit bersantai.Sebenarnya ia lelah dan ingin langsung kembali ke hotelnya, namun ternyata hotelnya lumayan jauh. Akhirnya ia putuskan untuk bersantai di sebuah cafe. Baru setelah itu ia melanjutkan ke rumah Robert, ayah Dena.Sesampa
Malvin mengambil pakaiannya di lemari dan kembali ke kamar mandi untuk mengenakannya. Selang lima menit, Malvin sudah terlihat rapi dengan celana pendek dan kaosnya.Malvin melihat selimutnya yang tadi berantakan sudah rapi dilipat. Ia melirik Dena yang duduk dikursi, ia yakin Dena yang melipat selimutnya. Malvin tersenyum dan mendekati Dena, kemudian duduk di kursi depan Dena yang terhalang oleh meja."jadi, apa yang membawamu kesini ?" tanya Malvin dengan ekspresi datar. Ia tidak ingin terlihat bahagia karna Dena memakai pakaian yang telah ia beli untuknya, menurutnya itu sudah cukup untuk menghargai usahanya kemarin."aku ingin minta maaf""aku tahu aku sudah keterlaluan, tapi mungkin benar kita bisa berteman, dengan begitu aku tidak perlu membencimu dan kamu pun tidak perlu membenciku""untuk apa aku harus membencimu ? Dan mengapa kamu membenciku ?" tanya Malvin serius."kamu be
Dena masih tertidur di pelukannya ketika Malvin terbangun. Ia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul delapan malam. Televisi di kamarnya pun masih menyala.Malvin menggeser tubuh Dena dan bangkit dari tidurnya. Entah bagaimana bisa ia menjadi pria yang sangat brengsek. Seingatnya, ia begitu menjaga jarak dari wanita agar tidak mengecewakan banyak wanita.Terutama setelah Evelyn menjadi kekasihnya, ia benar - benar tidak menyangka hasratnya akan mudah tergoyah meski wanitanya bukan Evelyn.Malvin mengenakan celana pendeknya dan mencuci mukanya, kemudian ia menyesap minuman yang tadi ia pesan. Makanannya pun belum tersentuh oleh mereka berdua.Malvin mengambil ponselnya dan memotret Dena yang sedang tidur, menurutnya Dena terlihat begitu manis saat tidur.Jam menunjukkan pukul sembilan, Malvin mengecup pipi Dena yang membuatnya menggeliat bangun. Dena tertegun merasak
Malvin tengah duduk di ruang tunggu saat Evelyn sedang di periksa oleh dokter. Malvin gelisah karena ternyata Evelyn sedang sakit ketika ponselnya tidak bisa dihubungi.Malvin mengutuk dirinya, bisa - bisanya ia menghianati kekasihnya saat kekasihnya itu justru sakit karna berusaha tidak merindukannya.Dokter memanggil Malvin dan menjelaskan jika Evelyn baik - baik saja, ia demam karna sering telat makan, kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Dokter menyarankan ia dirawat sebentar sampai keadaannya membaik.Malvin menyutujui saran dokter, ia masuk ke ruangan tempat Evelyn di rawat. Malvin mendekat dan duduk di sebelah ranjang Evelyn"kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku? " kata Malvin menggenggam tangan Evelyn.Evelyn hanya tersenyum "aku merindukanmu" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya."aku berkata jangan terlalu lelah dan jangan terlalu b