Evelyn berlari ke ruangan Malvin untuk memberi tahu berita yang baru saja ditunjukkan Jenifer padanya.
"Malvin ...." panggil Evelyn dengan nafas terengah - engah setelah sampai diruangan Malvin.
"ada apa ? Kenapa kamu terburu - buru seperti itu ?" tanya Malvin.
"kamu tahu kenapa karyawan disini berkumpul dan berbisik - bisik ? Mereka sedang membicarakan kita" kata Evelyn menunjukkan ponsel milik Jeni yang tadi dibawanya tanpa persetujuan pemiliknya.
Tadi Evelyn langsung berlari membawa ponsel milik Jeni, setelah sahabatnya itu memberitahu berita yang sedang ramai di bicarakan teman - temannya.
"sial ... siapa yang membuat berita murahan seperti ini ?" tanya Malvin.
"tentu saja aku" kata Marina yang tiba - tiba masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Malvin.
"bukankah itu benar ? Jadi sangat disayangkan jika berita besar seperti ini tidak dipublikasikan" lanju
Tuang Gerald memandang Malvin dan Evelyn secara bergantian seolah meminta penjelasan dari mereka berdua. Evelyn hanya diam menunggu Malvin menjelaskan kepada ayahnya."dia memang tinggal di apartemenku yah, karna aku yang memintanya ... kami sedang mengerjakan proyek besar yang membuatnya harus sering lembut di kantor, jadi aku memintanya untuk tinggal bersamaku""saat Marina datang, aku sedang makan dan Eve sedang mandi di kamarnya, kami tidak melakukan apa - apa" kata Malvin menjelaskan.Tuan Gerald masih dalam pembawaannya yang tenang, ia tidak mengatakan apapun, baginya wajar jika nyatanya Eve memang tinggal di apartemen putranya, karna memang ia adalah sekretarisnya."Marina, aku tunggu pengakuanmu saat konferensi pers besok ... dan aku tidak menerima penolakan" kata tuan Gerald seraya meninggalkan mereka bertiga.Malvin bangkit dan berjalan mendekati Evelyn."kau percaya padak
Pagi Evelyn disambut dengan turunnya hujan, sepertinya musim hujan sudah mulai datang. Beruntung hari ini adalah hari minggu jadi Evelyn libur bekerja. Ia memutuskan untuk berbelanja bulanan di supermarket di lantai 1 apartemen Malvin.Dengan ditemani Malvin ia belanja keperluan untuk sebulan kedepan."kamu mau masak apa hari ini ?" tanya Malvin."kamu mau dimasakin apa ?""aku mau soup daging""oke siap boss " Evelyn tersenyum dengan mengangkat tangannya. Malvin mengusap rambutnya gemas.Mereka berdua melanjutkan belanja, membeli minuman serta bumbu - bumbu yang diperlukan.Setelahnya mereka memasak bersama di dapur Malvin.Di sela - sela kegiatan memasak mereka, ada seseorang yang datang. Padahal hari sedang hujan. Malvin dan Evelyn saling pandang ketika ada yang memencet tombol di samping pintu apartemennya itu."biar aku yang buka" kata Ma
Malvin menghembuskan nafas lelah, ia membaringkan tubuhnya pada kasur empuk di kamar hotel yang ia sewa, ia mulai gelisah karna Evelyn tidak dapat dihubunginya sejak kemarin.Malvin sempat kesal pada ayahnya karna ia merasa telah dibohongi, tujuan ayahnya meminta Malvin ke Kanada sebenarnya untuk bertemu seorang gadis, putri dari teman ayahnya.Malvin teringat saat di bandara ia dijemput oleh seorang perempuan yang berpenampilan layaknya seorang bodyguard. Badannya yang tegap serta ekspresinya yang dingin dan tidak banyak bicara membuat mereka berdua hanya berdiam di dalam mobil, tanpa ada percakapan apapunKetika tiba di kediaman teman ayahnya, barulah Malvin tahu jika perempuan yang menjemputnya itu bukanlah seorang bodyguard melainkan putri mereka."Dena, ibu sudah melarangmu memakai pakaian seperti itu, jika kamu tetap berpenampilan seperti itu, maka tidak ada satu orang pria pun yang tertarik padamu" ucap nyony
Malvin membayar tagihannya dan segera berlari kecil menuju tempat dimana tadi ia memarkirkan mobil Dena sambil sesekali mengedarkan pandangannya mencari Dena.Sesampainya di tempat parkir, ia tidak menemukan yang ia cari. Mobil Dena tidak ada disana, wanita itu sudah pergi, Malvin tahu wanita itu pasti akan membuat ulah dan merepotkannya."sial !" umpatnya.Sedikit ada rasa penyesalan kenapa tadi ia memberikan kunci mobilnya pada Dena. Seharusnya, ia tidak mempercayai wanita itu begitu saja.Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, saat Malvin menuju rumah Robert menggunakan taxi, setelah menghabiskan waktunya di sebuah cafe untuk mengisi perutnya dan sedikit bersantai.Sebenarnya ia lelah dan ingin langsung kembali ke hotelnya, namun ternyata hotelnya lumayan jauh. Akhirnya ia putuskan untuk bersantai di sebuah cafe. Baru setelah itu ia melanjutkan ke rumah Robert, ayah Dena.Sesampa
Malvin mengambil pakaiannya di lemari dan kembali ke kamar mandi untuk mengenakannya. Selang lima menit, Malvin sudah terlihat rapi dengan celana pendek dan kaosnya.Malvin melihat selimutnya yang tadi berantakan sudah rapi dilipat. Ia melirik Dena yang duduk dikursi, ia yakin Dena yang melipat selimutnya. Malvin tersenyum dan mendekati Dena, kemudian duduk di kursi depan Dena yang terhalang oleh meja."jadi, apa yang membawamu kesini ?" tanya Malvin dengan ekspresi datar. Ia tidak ingin terlihat bahagia karna Dena memakai pakaian yang telah ia beli untuknya, menurutnya itu sudah cukup untuk menghargai usahanya kemarin."aku ingin minta maaf""aku tahu aku sudah keterlaluan, tapi mungkin benar kita bisa berteman, dengan begitu aku tidak perlu membencimu dan kamu pun tidak perlu membenciku""untuk apa aku harus membencimu ? Dan mengapa kamu membenciku ?" tanya Malvin serius."kamu be
Dena masih tertidur di pelukannya ketika Malvin terbangun. Ia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul delapan malam. Televisi di kamarnya pun masih menyala.Malvin menggeser tubuh Dena dan bangkit dari tidurnya. Entah bagaimana bisa ia menjadi pria yang sangat brengsek. Seingatnya, ia begitu menjaga jarak dari wanita agar tidak mengecewakan banyak wanita.Terutama setelah Evelyn menjadi kekasihnya, ia benar - benar tidak menyangka hasratnya akan mudah tergoyah meski wanitanya bukan Evelyn.Malvin mengenakan celana pendeknya dan mencuci mukanya, kemudian ia menyesap minuman yang tadi ia pesan. Makanannya pun belum tersentuh oleh mereka berdua.Malvin mengambil ponselnya dan memotret Dena yang sedang tidur, menurutnya Dena terlihat begitu manis saat tidur.Jam menunjukkan pukul sembilan, Malvin mengecup pipi Dena yang membuatnya menggeliat bangun. Dena tertegun merasak
Malvin tengah duduk di ruang tunggu saat Evelyn sedang di periksa oleh dokter. Malvin gelisah karena ternyata Evelyn sedang sakit ketika ponselnya tidak bisa dihubungi.Malvin mengutuk dirinya, bisa - bisanya ia menghianati kekasihnya saat kekasihnya itu justru sakit karna berusaha tidak merindukannya.Dokter memanggil Malvin dan menjelaskan jika Evelyn baik - baik saja, ia demam karna sering telat makan, kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Dokter menyarankan ia dirawat sebentar sampai keadaannya membaik.Malvin menyutujui saran dokter, ia masuk ke ruangan tempat Evelyn di rawat. Malvin mendekat dan duduk di sebelah ranjang Evelyn"kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku? " kata Malvin menggenggam tangan Evelyn.Evelyn hanya tersenyum "aku merindukanmu" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya."aku berkata jangan terlalu lelah dan jangan terlalu b
Evelyn merasa Malvin sedikit berubah setelah kepulangannya dari Kanada. Meski Malvin masih bersikap manis dan perhatian tapi Evelyn bisa melihat peubahan dari Malvin. Kekasihnya itu lebih sering terlihat melamun dan lebih sering menyibukkan dirinya dari pada berdua dan bermanis - manisan dengannya.Diam - diam Evelyn mencari tahu apa yang sedang dialami Malvin. Dengan menyewa seseorang untuk membuntuti Malvin dan melaporkan kepadanya apapun yang pria itu lakukan dengan mengirim fotonya.Notif ponsel Evelyn berbunyi tanda pesan masuk. Ia segera menghentikan tangannya yang sedang mengetik di keyboard komputernya.Evelyn membelalakkan matanya melihat foto yang dikirimkan oleh orang yang diminta Evelyn mengikuti Malvin. Disana terlihat Malvin sedang duduk berdua dengan seorang perempuan berkulit coklat yang tampak akrab.Evelyn meneliti wajah perempuan dalam foto itu. Ia mengerutkan dahinya, tampaknya