Malvin menghembuskan nafas lelah, ia membaringkan tubuhnya pada kasur empuk di kamar hotel yang ia sewa, ia mulai gelisah karna Evelyn tidak dapat dihubunginya sejak kemarin.
Malvin sempat kesal pada ayahnya karna ia merasa telah dibohongi, tujuan ayahnya meminta Malvin ke Kanada sebenarnya untuk bertemu seorang gadis, putri dari teman ayahnya.
Malvin teringat saat di bandara ia dijemput oleh seorang perempuan yang berpenampilan layaknya seorang bodyguard. Badannya yang tegap serta ekspresinya yang dingin dan tidak banyak bicara membuat mereka berdua hanya berdiam di dalam mobil, tanpa ada percakapan apapun
Ketika tiba di kediaman teman ayahnya, barulah Malvin tahu jika perempuan yang menjemputnya itu bukanlah seorang bodyguard melainkan putri mereka.
"Dena, ibu sudah melarangmu memakai pakaian seperti itu, jika kamu tetap berpenampilan seperti itu, maka tidak ada satu orang pria pun yang tertarik padamu" ucap nyony
Malvin membayar tagihannya dan segera berlari kecil menuju tempat dimana tadi ia memarkirkan mobil Dena sambil sesekali mengedarkan pandangannya mencari Dena.Sesampainya di tempat parkir, ia tidak menemukan yang ia cari. Mobil Dena tidak ada disana, wanita itu sudah pergi, Malvin tahu wanita itu pasti akan membuat ulah dan merepotkannya."sial !" umpatnya.Sedikit ada rasa penyesalan kenapa tadi ia memberikan kunci mobilnya pada Dena. Seharusnya, ia tidak mempercayai wanita itu begitu saja.Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, saat Malvin menuju rumah Robert menggunakan taxi, setelah menghabiskan waktunya di sebuah cafe untuk mengisi perutnya dan sedikit bersantai.Sebenarnya ia lelah dan ingin langsung kembali ke hotelnya, namun ternyata hotelnya lumayan jauh. Akhirnya ia putuskan untuk bersantai di sebuah cafe. Baru setelah itu ia melanjutkan ke rumah Robert, ayah Dena.Sesampa
Malvin mengambil pakaiannya di lemari dan kembali ke kamar mandi untuk mengenakannya. Selang lima menit, Malvin sudah terlihat rapi dengan celana pendek dan kaosnya.Malvin melihat selimutnya yang tadi berantakan sudah rapi dilipat. Ia melirik Dena yang duduk dikursi, ia yakin Dena yang melipat selimutnya. Malvin tersenyum dan mendekati Dena, kemudian duduk di kursi depan Dena yang terhalang oleh meja."jadi, apa yang membawamu kesini ?" tanya Malvin dengan ekspresi datar. Ia tidak ingin terlihat bahagia karna Dena memakai pakaian yang telah ia beli untuknya, menurutnya itu sudah cukup untuk menghargai usahanya kemarin."aku ingin minta maaf""aku tahu aku sudah keterlaluan, tapi mungkin benar kita bisa berteman, dengan begitu aku tidak perlu membencimu dan kamu pun tidak perlu membenciku""untuk apa aku harus membencimu ? Dan mengapa kamu membenciku ?" tanya Malvin serius."kamu be
Dena masih tertidur di pelukannya ketika Malvin terbangun. Ia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul delapan malam. Televisi di kamarnya pun masih menyala.Malvin menggeser tubuh Dena dan bangkit dari tidurnya. Entah bagaimana bisa ia menjadi pria yang sangat brengsek. Seingatnya, ia begitu menjaga jarak dari wanita agar tidak mengecewakan banyak wanita.Terutama setelah Evelyn menjadi kekasihnya, ia benar - benar tidak menyangka hasratnya akan mudah tergoyah meski wanitanya bukan Evelyn.Malvin mengenakan celana pendeknya dan mencuci mukanya, kemudian ia menyesap minuman yang tadi ia pesan. Makanannya pun belum tersentuh oleh mereka berdua.Malvin mengambil ponselnya dan memotret Dena yang sedang tidur, menurutnya Dena terlihat begitu manis saat tidur.Jam menunjukkan pukul sembilan, Malvin mengecup pipi Dena yang membuatnya menggeliat bangun. Dena tertegun merasak
Malvin tengah duduk di ruang tunggu saat Evelyn sedang di periksa oleh dokter. Malvin gelisah karena ternyata Evelyn sedang sakit ketika ponselnya tidak bisa dihubungi.Malvin mengutuk dirinya, bisa - bisanya ia menghianati kekasihnya saat kekasihnya itu justru sakit karna berusaha tidak merindukannya.Dokter memanggil Malvin dan menjelaskan jika Evelyn baik - baik saja, ia demam karna sering telat makan, kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Dokter menyarankan ia dirawat sebentar sampai keadaannya membaik.Malvin menyutujui saran dokter, ia masuk ke ruangan tempat Evelyn di rawat. Malvin mendekat dan duduk di sebelah ranjang Evelyn"kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku? " kata Malvin menggenggam tangan Evelyn.Evelyn hanya tersenyum "aku merindukanmu" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya."aku berkata jangan terlalu lelah dan jangan terlalu b
Evelyn merasa Malvin sedikit berubah setelah kepulangannya dari Kanada. Meski Malvin masih bersikap manis dan perhatian tapi Evelyn bisa melihat peubahan dari Malvin. Kekasihnya itu lebih sering terlihat melamun dan lebih sering menyibukkan dirinya dari pada berdua dan bermanis - manisan dengannya.Diam - diam Evelyn mencari tahu apa yang sedang dialami Malvin. Dengan menyewa seseorang untuk membuntuti Malvin dan melaporkan kepadanya apapun yang pria itu lakukan dengan mengirim fotonya.Notif ponsel Evelyn berbunyi tanda pesan masuk. Ia segera menghentikan tangannya yang sedang mengetik di keyboard komputernya.Evelyn membelalakkan matanya melihat foto yang dikirimkan oleh orang yang diminta Evelyn mengikuti Malvin. Disana terlihat Malvin sedang duduk berdua dengan seorang perempuan berkulit coklat yang tampak akrab.Evelyn meneliti wajah perempuan dalam foto itu. Ia mengerutkan dahinya, tampaknya
Evelyn masih berdiri disana, menikmati pemandangan yang meremukkan jiwanya. Ia masih tak percaya jika laki - laki yang berada di bawah sana adalah kekasihnya. Evelyn menggelengkan kepalanya dan mundur menabrak pintu di belakangnya. Ia hampir saja roboh karena keterkejutan ini membuatnya tiba - tiba sangat pusing.Barulah saat itu Malvin menyadari keberadaan Evelyn yang telah menyaksikan semuanya. Semua penghianatan yang dinikmati oleh Malvin.Evelyn langsung berlari tanpa mempedulikan lagi ekspresi Malvin yang sangat terkejut melihat Evelyn telah mendapatinya tengah menikmati wanita lain selain dirinya.Evelyn berlari dan terus berlari sambil menangis, sama sekali tak pernah ia bayangkan akan hal ini. Niatnya yang ingin meminta maaf dan memberi sedikit kejutan ternyata justru ialah yang mendapatkan kejutan yang sangat besar.Mendapati orang yang di cintainya melakukan kegiatan morning s*x dengan sa
Keesokan harinya Evelyn tidak masuk kerja, ia masih menginap di rumah Jeni. Kemarin, ia sama sekali tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya melayang entah kemana.Evelyn mengingat saat pertama kali mereka bertemu, Malvin merupakan kakak kelas yang pintar, dan menjadi idola teman - temannya. Namun, Malvin yang memang cuek sama sekali tidak menghiraukan mereka yang sering berteriak memanggil namanya.Saat itu Evelyn hendak pulang sekolah ketika tiba - tiba di hadang beberapa anak brandal yang mengganggunya. Evelyn berteriak histeris meminta pertolongan yang sangat minim kemungkinan karena jalan yang sangat sepi.Namun entah dari arah mana Malvin datang bagai malaikat penolong, ia membantu menyelamatkan Evelyn dan mengantarnya pulang.Sejak saat itu Evelyn sangat mengagumi Malvin dan diam - diam selalu memperhatikannya. Evelyn mencintai Malvin dalam diam tidak seperti teman - temannya yang lain dengan te
Evelyn berjalan menuju apartemennya setelah berbelanja kebutuhan untuk memasak. Ia berjalan sendiri dengan membawa tas belanjaan yang penuh dengan barang.Evelyn terkejut ketika sampai di depan pintu apartemennya ada seseorang yang menunggunya."apa yang kau lakukan disini? " tanya Evelyn."aku menunggumu."Evelyn membuka pintu apartemen dan masuk tanpa menghiraukan Malvin."ada keperluan apa yang membuatmu harus datang sendiri kesini.""aku merindukanmu Ve, aku bersungguh - sungguh... Kita bisa memperbaiki hubungan ini, percayalah... ""hubungan seperti apa yang engkau harapkan? Kau bahkan tak mampu menolak perjodohan itu.""Ve, kita belum mencobanya.""sudahlah Malvin.""aku membutuhkanmu untuk meyakinkan mereka."Evelyn hanya diam, ia tak yakin mampu mempertahankan hubunga