Share

2. Be His

Kejadian semalam membuat Ailee pulang larut malam yang berimbas pada jam tidurnya. Tapi ia harus tetap bersekolah dan mengikuti jam pelajaran sebaik mungkin walau rasa kantuk sesekali membuatnya menguap dan kehilangan fokus.

Seperti saat ini, ia terlihat menahan kelopak matanya agar terbuka sempurna dan mencatat materi secepat mungkin.

"Aissh sialan, ngantuk banget..." Geramnya seraya meneguk bekal air minumnya.

Nayma menatap teman sebangkunya itu dengan aneh. "Lo kenapa sih? Dari tadi berisik mulu, ngedumeeeel teruuus..."

Ailee menghentikan kegiatan mencatatnya dan menopang dagu. "Ngantuk..." Rengeknya.

"Lo tidur jam berapa? Biasanya juga jam sepuluh udah ke Amerika," tanya Nayma.

"Jam 3, terus bangun jam 5. Pengen nangis woy, ngantuk banget sumpah!" Jawab Ailee yang membuat Nayma menatapnya tak percaya.

"Kok bisa?"

Ailee menyandarkan punggungnya pada tembok kelas, pasalnya ia duduk di bangku ke 3 baris pertama dekat jendela.

"Semalam kan jam 10 kalau gak salah, gue abis dari rumah sakit jenguk Nenek. Karena Mamah nginep, jadi gue balik sendiri." Ucap Ailee membuka cerita.

Nayma menegakkan posisi duduknya dan memasang telinganya dengan fokus pada cerita Ailee.

"Kalau dari jalan raya kan jembatan keliatan jelas, nah gu--"

"Jembatan mana?"

"Yeu ganggu, jembatan yang deket kebun yang luas itu." Jelas Ailee.

Nayma mengangguk paham. "Ouh, yang mau ke kebunnya Jhonatan Corner?"

"Iya yang-- wait, siapa?" Tanya Ailee saat mendengar nama yang tak asing di telinganya.

"Jhon Corner, itu pebisnis yang beli tanah itu. Itu tanah pribadi, makanya di portal, gila Lee, gue pernah masuk diem-diem dan luaaaas banget, mana tanamannya bagus-bagus, buah-buahan yang di tanam pun jadi semua..." Ucap Nayma yang terlihat sangat senang dan takjub saat menceritakan pengalamannya.

Sedangkan Ailee, ia terdiam memikirkan semua kejadian yang di alaminya semalam.

"Zulleon Corner..." Gumam Ailee.

Nayma mengernyit heran. "Lo, lo kenal sama anaknya?"

Ailee menatap Nayma dengan mata yang membulat sempurna. "Anaknya?"

"Iya, kata Papah aku, dia itu ganteng. Soalnya Papah gue kan karyawannya Pak Jhonatan, pas tahlilan istrinya yang meninggal, dia liat anaknya." Ucap Nayma menceritakan.

Mulut Ailee membuka tak percaya. Ia menepuk keningnya berkali-kali. "Jadi semalam? Ya tuhaaan... Untung banget gue nolongin tuh cowok, penerusnya Corner gak ilang..." Ucapnya yang membuat Nayma menatap teman sebangkunya itu geli.

"Apaan sih anjir, gaje."

Ailee memegang bahu Nayma dan menatapnya dengan serius.

"Semalam gue nolongin cowok yang mau loncat dari atas jembatan itu." Ucapnya.

Nayma seketika terdiam dan fokus mendengarkan.

"Dari angkot, gue langsung lari masuk kolong portal terus narik baju tuh cowok. Dia emang ganteng, namanya ya itu, Zulleon Corner."

Nayma menatap temannya itu tak percaya. "Demi apa? Itu beneran Leon?"

Ailee menganggukkan kepalanya. "Iya, gue gak banyak tanya sih. Abis ngebujuk dia, ya gue bawa dia buat beli coklat panas di tepi jalan. Sampe akhirnya gue pulang jam 3 gara-gara nemenin dia cerita."

Nayma menatap Ailee dengan antusias. "Dia cerita apa aja?"

"Dia... Dia cerita--"

"Cerita apa buruan, sebelum bel pulang bunyi!"

"Cerita... Rahasiaaaa... Huuh, kepo. Hahaha..." Ailee tertawa cukup keras hingga membuat seisi kelas menatapnya aneh. Dan Nayma hanya memukul lengannya pelan.

Ailee kembali terdiam. Mengingat cerita yang Zuco beritahu kepadanya. Jika mendengar kesuksesan Jhonatan Corner, maka ia tidak akan percaya dengan apa yang Zuco ceritakan. Tapi, melihat percobaan untuk mengakhiri hidup yang dilakukan Zuco, Ailee harus berpikir ulang tentang kebahagiaan yang materi tawarkan.

Kriiiin!!!

"Yuhuuu, kita balik!" Senang Ailee yang akhirnya bisa pulang dan mengobati rasa kantuknya.

Ia pun berpamitan pada Nayma dan berlalu dari kelas terlebih dahulu.

Ailee terlihat berjalan dengan santai dan sesekali tersenyum pada beberapa orang yang menatap dan juga menyapanya.

Sesampainya di gerbang, ia menghentikan langkahnya dan terlihat menunggu seseorang.

Kemudian...

Tring... Tring...

Pria dengan sepeda berhenti di sampingnya.

"Lo belum pulang?" Tanya Pria tersebut.

Ailee menghadap ke arahnya dan tersenyum penuh arti.

"Apaan dah senyum-senyum,"

"Ga, gue kepilih jadi tim cheers sekolah dong..." Ucap Ailee dengan senyumannya.

Angga Pramudya, sahabat Ailee Lutshiji sejak mereka SMP. Dan sejak masuk SMA, mereka harus terpisah kelas, tapi mereka tetap punya waktu untuk satu sama lain.

"Seneng dong?"

"Iya lah!"

"Mau gue anterin pulang? Sebagai hadiah buat lo yang lagi seneng ini,"

Ailee mengangkat alisnya. "Naik sepeda? Serius?"

"Iya, mau gak?"

"Enggak ah, gak tega. Rumah gue ja--"

Tin... Tin...

Sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat berhenti di tepi jalan yang tak jauh dari gerbang sekolah.

Ailee dan Angga memandang satu sama lain, begitupun beberapa siswa dan siswi yang dengan sengaja melambatkan langkahnya hanya untuk mengetahui, siapa yang akan turun dari dalam mobil mewah tersebut.

Cleuk.

Pintu mobil bagian pengendara terbuka, membuat beberapa orang yang melambatkan langkahnya kini sengaja berhenti untuk menghilangkan rasa ingin tahu dan penasaran.

Dan, alangkah terkejutnya Ailee melihat sosok yang turun dari dalam mobil tersebut.

ZUCO.

"Dia..." Lirih Ailee yang membuat Angga meliriknya.

Tubuh tinggi tegap, seragam putih dengan celana dark grey kotak-kotak, kulit putih, hidung yang mancung membuat siswi yang berada di sekitar gerbang mematung dengan pandangan takjub.

Ailee mengernyit heran saat Zuco berdiri tepat di hadapannya. Begitupun dengan tatapan yang seakan tak percaya ada seorang pria yang nyaris sempurna menghampiri seorang Ailee yang biasa saja.

"Lo? Lo kenapa bisa ke sini? Ada perlu ap--" Tanya Ailee.

"Aku-kamu." Tekan Zuco.

"Ok--okay, kamu--kamu mau ngapain?"

Kini Zuco yang menatapnya dengan heran. "Ya, aku mau jemput kamu dong." Jawab Zuco.

"Hah? Loh, kenapa?" Herannya.

"Kamu kan pacar aku." Ucap Zuco cukup keras yang berhasil membuat Ailee, Angga bahkan yang lain menatap Ailee tak menyangka.

Ailee mundur satu langkah karena Zuco terlalu dekat dengan bagian depannya, membuatnya tak nyaman untuk berbicara.

"Kenapa mundur?" Tanya Zuco tak suka.

"Emh... Mulut aku bau, iya aku abis makan jengkol." Jawab Ailee gugup.

Kemudian Zuco menarik lengan Ailee agar kembali mendekat ke arahnya.

"Zuco, kamu gak perlu jemput aku..." Ucap Ailee.

"Perlu, kamu kan pacar aku. Sebagai pacar yang--"

"Tapi kamu bukan pacar aku." Potong Ailee yang membuat Zuco menatapnya datar.

Ailee terdiam melihat tatapan itu.

"Kamu lupa apa yang aku bilang semalam?" Ailee kembali mengingat kejadian semalam.

"You are mine." Ulang Zuco tepat di telinga Ailee.

Ailee menatap Zuco tak percaya. Ia kira, semalam hanya omong kosong yang seseorang katakan karena merasa kesepian. Tapi ternyata Ailee salah. Ia bahkan tidak menyangka jika Zuco mengetahui letak sekolahnya.

Ailee mengangguk-anggukan kepalanya. "Zuco, ini haru di lurusin. Aku gak bisa jadi pacar kamu, semalam aku diem karena--"

"Aku gak suka penolakan." Bisik Zuco.

Ailee mengusap wajahnya frustasi. Ia melirik Angga yang berada di sampingnya untuk meminta pertolongan. Tapi Angga malah mengangkat bahu dan,

"Gue duluan yah, bye!" Ucapnya dan berlalu begitu saja dengan sepedanya.

Begitupun dengan siswi yang tadi sempat terpana, mereka mulai berlalu saat melihat suasana di antara Ailee dan Zuco semakin menegang.

Ailee menatap Zuco meminta pengertian. "Zuco, aku bahkan baru kenal kamu semal--"

"Aku bilang, aku gak suka penolakan." Tekannya."

"Aku bener-bener gak--"

BUGH!

Mata Ailee membulat sempurna saat Zuco meninju tembok yang berada di belakangnya.

Dengan cepat, Ailee menahan pukulan kedua yang hendak Zuco layangkan.

"Kamu kenapa, sih?" Bingung Ailee dengan sikap Zuco, ia bahkan takut.

Zuco meraih kedua lengan Ailee dan digenggamnya dengan erat. "Aku anter pulang yah? Mau kan? Please..."

Dengan rasa takut, Ailee pun menganggukkan kepalanya setuju. Ia akan membicarakannya lain kali saja dari pada harus membiarkan lengan Zuco remuk karenanya.

"Tangan aku kotor..." Lirih Zuco memperlihatkan tangan kanannya yang ia gunakan untuk memukul benda mati yang tidak bersalah.

Ailee meraih lengan itu dan mengusapnya dengan pelan. "Nanti di rumah, aku obatin."

Zuco tersenyum, kemudian ia tuntun Ailee untuk masuk ke dalam mobil mewahnya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kikiw
duh, sakit ini Zuco.. k
goodnovel comment avatar
Lisa Susilawati
baru baca berasa nonton drakor 😭🔫
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status