Share

3. Selfish

Ailee menatap Zuco dalam diam. Jujur saja, ia merasa takut berada satu mobil dengan pria itu. Bagaimanapun, Zuco masih orang asing baginya. Ia tidak tahu hal apa saja yang bisa Zuco lakukan kepadanya. Belum lagi luka lebam pada tangan Zuco akibat memukul dinding tadi, kejadian itu saja masih membuat Ailee kaget dan tak percaya dengan tindakan Zuco yang menurutnya sedikit gila.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan itu membuat Ailee tersadar dan mengalihkan tatapannya dari Zuco.

Ailee menggelengkan kepalanya. "Gak pa-pa. Emh, di depan belok kanan..."

Zuco merespon dengan sebuah senyuman yang malah membuat Ailee ngeri melihatnya. Senyuman tipis di wajah dingin masih terlalu jarang untuk Ailee temui.

"Zuco, kamu sekolah di Phiresa high school?"

Zuco melirik Ailee sekilas dan kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Iya, sekolahnya ada campur tangan Kakek aku, sekolahnya juga bagus kan?"

"Merendah untuk meroket, hm? Ya baguslah, tapi sekolah kita musuhan loh." Ucap Ailee yang kemudian penasaran dengan respon yang akan Zuco tunjukan.

"Sekolah bisa musuhan? Sekolah kan bangunan."

Ailee memutar bola mata sebal. "Sekolah bagus gak menjamin otak jenius." Gumamnya.

Tubuh Ailee menegang ketika Zuco dengan tiba-tiba saja menggenggam lengan kanannya. Hangat dan erat. Itu membuat Ailee malah terdiam menatap Zuco dari samping.

"Kamu pindah ke sekolah aku, yah!" Ucap Zuco.

"Mahal." Sahut Ailee.

"Gak pa-pa, kamu tinggal urus surat-suratnya aja. Sisanya biar aku yang atur." Balas Zuco tanpa beban.

Ailee takjub mendengar hal itu, ia semakin percaya dengan apa yang Nayma katakan tentang Zulleon Corner putra pebisnis internasional ini.

Ailee melepaskan lengannya dari genggaman Zuco dengan sedikit paksaan karena Zuco sedikit menahan.

"Gak mau, gak usah." Tolak Ailee.

"Kalau gitu, aku aja yang pindah ke sekolah kamu. Ide bagus kan?"

Ailee memutar bola mata sebal. "Kayaknya gak perlu deh, tanggung. Bentar lagi juga lulus, ngomong-ngomong, kamu kelas berapa?" Tanyanya.

"3," jawab Zuco.

Ailee mengangguk-anggukan kepalanya pelan dan mengernyit heran. Kemudian ia menatap Zuco dengan penuh selidik.

"Kok kamu tahu rumah aku, aku kan belum nyuruh kamu berhenti. Tahu dari mana? Dan tadi, kamu juga tahu aku sekolah di mana. Kamu, kamu gak ada niat jelek, kan?" Ailee langsung mencecar Zuco dengan beberapa pertanyaan yang malah di respon dengan sebuah kekehan kecil.

Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "So cute."

"Eits! Gak ada cute-cute! Tahu dari mana? Kamu mata-matain aku? Heuh?" Ailee semakin menjauhkan tubuhnya dari Zuco.

Zuco tertawa melihat ekspresi khawatir sekaligus takut yang Ailee tunjukan.

"Kamu pacar aku, udah seharusnya aku tahu tentang kamu. Kamu anak pertama, punya adik perempuan kelas 6 SD. Mamah kamu karyawan di sebuah pabrik. Kamu lahir tanggal 22 November 2000. Makanan kesukaan kamu martabak telur. Warna favorit kamu ungu. Kamu kelas 2 SMA dan kamu gak bisa berenang."

Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Pria itu benar-benar di luar dugaannya.

"Yaang, come on... Gak usah takut kayak gitu, aku pacar kam--"

Ailee mengangkat tangannya dan meminta Zuco untuk diam. Kemudian ia menegakkan posisi duduknya dan menatap Zuco dengan serius.

"Aku bukan pacar kamu, Zuco. Kita gak pacaran. Orang gak bisa pacaran cuma karena kamu bilang 'you are mine' enggak gitu."

Ekspresi Zuco seketika berubah menjadi datar kemudian membuang pandangan ke arah lain.

"Pacaran itu melibatkan perasaan dan aku gak punya rasa apapun buat kamu," lanjut Ailee.

Zuco menundukkan kepalanya di atas setir. "Semalam kamu nyelamatin aku, kamu meluk aku. Tadi pun, kamu ngelus tangan aku dan mau ngobatin tangan aku. Itu berarti kamu sayang sama aku."

Ailee mengusap wajahnya frustasi.

"Zuco, aku nolongin kamu sebagai bentuk kemanusiaan. Bukan karena aku sayang."

Zuco langsung menatap Ailee tak suka. "Kalau gitu kamu gak usah nolongin aku lagi."

Ailee mengernyit heran. "Maksud kamu?"

Zuco membuka laci mobilnya dan meraih sebuah benda yang berhasil membuat kedua mata Ailee membulat dengan sempurna.

"Kamu mau ngapain sama cutter itu?" Tanya Ailee yang mulai khawatir memikirkan hal yang akan Zuco lakukan.

Zuco tersenyum hambar seraya mengarahkan cutter itu ke arah telapak tangan kirinya.

Sret...

Satu sayatan kecil berhasil mengeluarkan darah segar dari telapak tangan lembut yang tadi sempat menggenggam erat lengan Ailee.

Ailee masih bergeming menatap Zuco yang seakan tidak merasakan sakit akibat luka sayatan itu.

"Itu hanya sayatan kecil. Jangan terkecoh jangan panik," Pikir Ailee.

Zuco melirik Ailee sekilas, kemudian ia mengarahkan cutter itu pada pergelangan tangannya.

Zuco tersenyum menatap Ailee yang terlihat mulai gelisah dengan terus menatap cutter yang kini menempel di pergelangan tangan Zuco, namun belum memberikan sayatan apa pun.

"Aku--"

"No... Jangan, Zuco jangan..." Ucap Ailee dengan lembut seraya mengambil alih cutter yang hampir saja menimbulkan luka sayatan yang entah akan sedalam apa jika Ailee tidak langsung menghentikannya.

Zuco hanya diam saat Ailee mengambil cutter dari tangannya dan menatap Ailee dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Seenggaknya jangan di depan aku. Aku gak mau jadi alasan seseorang nyakitin dirinya sendiri." Ucap Ailee seraya mengeluarkan tissue dari dalam tasnya.

Ailee meraih lengan kiri Zuco dan dengan perlahan ia mulai membersihkan darah yang keluar sedikit demi sedikit dari telapak tangannya. Untung saja tidak terjadi juga pada pergelangan tangannya.

Zuco tersenyum dan mengusap kepala Ailee dengan tangan lainnya. "Jadi pacar aku yah?"

"Jangan lakuin hal gila kayak gini lagi, aku gak mau punya pacar kayak gini." Ucap Ailee yang secara tidak langsung menerima permintaan Zuco.

Zuco mengangguk dengan semangat. "Aku janji."

"Ayo, aku obatin lukanya di rumah," dengan hati yang senang, Zuco langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah Ailee yang tidak terlalu luas itu.

Ailee membuka pintu mobil, namun Zuco menahan lengannya ketika ia akan keluar.

"Apa lagi?" Tanya Ailee dengan malas. "Cepetan, katanya mau di obatin." Kesalnya.

Zuco tersenyum dan, "jangan deket sama cowok lain, nanti aku cemburu."

"Cemburu? Hah? Bahkan kamu baru kenal aku semalam, tapi kamu--"

"Kamu tinggal nurut aja, simple yaang." Potong Zuco yang kemudian melepaskan tangannya dari Ailee dan keluar dari dalam mobil.

Ailee benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi pada sistem kerja otak pria yang di selamatkanya ini.

Ia menatap Zuco yang kini sudah berdiri di samping pintu rumahnya dengan ekspresi yang terlihat sangat bersemangat. Sedangkan dirinya masih berdiri di samping mobil pria yang kini menyandang status sebagai kekasihnya.

"Yaang, ayo cepetan... Tangan kiri aku udah perih!" Serunya yang membuat Ailee tersadar dari lamunannya. Ia pun berjalan seraya mengeluarkan kunci rumahnya.

Zuco tampak sangat senang, terlihat dari senyumannya yang masih setia menghiasi wajah tampannya.

"Kenapa rumah kamu di kunci, Mamah kamu mana?" Tanya Zuco saat Ailee berhasil membuka kunci rumahnya.

Ailee mendorong tubuh Zuco agar masuk terlebih dahulu.

"Mamah aku kerja shift siang, pulangnya nanti malam." Jawab Ailee.

"Kamu duduk dulu, aku bawa dulu iodin sama plesternya." Tambahnya.

Zuco pun mendudukkan tubuhnya di salah satu tempat duduk.

"Yaang, aku haus!" Seru Zuco sedikit berteriak pada Ailee yang berada di dapur sana.

Dan tak lama kemudian, Ailee datang dengan segelas orange jus, satu toples kue kering dan kotak P3K yang ia bawa menggunakan nampan.

"Makasih yaa--"

"Bisa manggil nama aja gak?"

"Emangnya kenapa? Aku kan pacar kamu, aku sayang sa--"

"Terserah deh." Potong Ailee yang sudah lelah mendebat lelaki di hadapannya ini. Sudah terlalu banyak omong kosong yang ia dengar.

Kemudian Ailee duduk di samping kiri Zuco. Tanpa diminta, Zuco memberikan lengan kirinya untuk di obati.

Ailee memutar bola mata sebal. Dan ia pun mulai membersihkan darah kering di sekitar luka sayatan dengan tisu basah, kemudian ia berikan obat merah dan terakhir, ia tempelkan sebuah plester untuk menutupi lukanya.

"Adek kamu ke mana?"

"Dia ada les, bentar lagi kan kelas 6 ujian." Jawab Ailee seraya menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi dan menatap punggung Zuco dari sana.

Ia terdiam. Ia memikirkan hubungan asmaranya ini. Otaknya benar-benar buntu saat menyetujui permintaan Zuco hanya untuk menghentikan tindakan mind blowing kekasihnya itu.

Ailee memejamkan matanya untuk beberapa saat dan,

DEGH.

Tiba-tiba saja wajah Zuco berada tepat di depan wajahnya saat Ailee membuka matanya.

"Kamu harus terbiasa di deket aku. Kamu akan terbiasa. Lambat laun jatuh cinta. Dan kita akan bahagia." Ucap Zuco.

Chu~~

Zuco mencium bibir Ailee sekilas. Itu sangat tiba-tiba, membuat Ailee terdiam dengan tatapan terkejutnya.

"First kiss, hem?"

Ailee gugup, ia langsung menegakan tubuhnya dan mendorong dada Zuco agar sedikit menjauh dari dirinya. Jarak dan tatapan yang Zuco berikan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Eh iya, kamu jangan terlalu deket sama temen kamu yang naik sepeda tadi, okay?"

Ailee menatap Zuco tak mengerti. "Kenapa?"

"Cuma aku yang boleh deket sama kamu." Jawaban itu merupakan jawaban terbodoh yang pernah Ailee dengar.

"Gak bisa gitu dong, Angga sahabat aku dari SMP. Lah kamu? Ketemu baru sekali udah sok ngatur, aku gak suka yah." Ujar Ailee.

Zuco mengangkat bahu tak peduli.

"Pokoknya aku gak suka kalau kamu terlalu deket sama dia,"

Ailee mengusap rambutnya kebelakang dan menghembuskan nafas kasar. "Ya tuhan..." Gumamnya.

TBC___

Vomment ya gaes...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
tuan muda emang suka seenaknya aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status