Share

7. Rubby Back Normal

Aku menggedor pintu Flat Betty sahabatku itu dengan tak sabaran, masalahnya aku harus secepatnya berbicara dengan Betty bukan berbicara lebih tepatnya curhat. Tak berapa lama wanita dengan kaca mata tebal itu pun membuka pintu untuk diriku .

Ada apa dengan wajahmu? tanya ku dan masuk begitu saja ke dalam flat Betty.

Aku pikir kau kakakku. Betty dengan cepat mengunci pintu flatnya dan menyusul ku yang sudah membongkar dapurnya untuk mencari makanan.

"Kakakmu menghubungimu lagi?" Tanya ku sambil mencari makanan.

Jadi, kenapa kau di sini? Kau tidak bekerja? tanya Betty bersandar pada pintu kulkas, dan sepertinya Betty mengalihkan pembicaraan kami.

Aku melirik jam sebentar, Sebentar lagi aku berangkat. lalu aku berjalan mendekat dan meraih bahu Betty, Tapi kali ini kau harus mendengarkanku dulu.

Apa? tanya Betty tidak antusias.

Ikut aku dan pasang telingamu baik-baik, ucap ku dan menarik lengan Betty untuk duduk di sofa. Lengkap dengan sebungkus roti gandum yang sudah aku selipkan diketiakku.

Betty melihatku dengan malas karena mungkin dia berpikir aku akan menghutang lagi.

"Tenang saja aku tidak ingin meminjam uangmu beth," kataku membuat dia bernapas lega .

"Aku jatuh cinta." Mata Betty membulat mendengar apa yang aku katakan.

"Kau serius?" Tanyanya dan aku mengangguk, Betty berpindah duduk disebelahku dan memeriksa keningku, tingkahnya itu sangat menyebalkan bagiku yang sedang galau merana ini.

"Apa sih beth, aku tidak sakit." Betty mengangguk sambil membenarkan posisi kaca matanya.

"Lalu? Kalian sudah melakukannya?"

Aku melempar bantal sofa kemukanya membuat wanita itu balik melemparku.

"Bagaimana melakukannya kalau dia berkata aku harus menghapus khayalanku tentangnya." Betty menatapku seolah bertanya 'serius'.

"Tapi aku melihat bekas merah itu, jadi itu gigitan nyamuk ya? Aku pikir karena kalian melakukannya semalam." Aku mendengus kasar menutup wajahku sendiri dengan bantal sofa.

"Persetan dengan dia menolakku beth, aku akan tetap merayunya."

"Kau gila," kata Betty kepadaku.

"Aku memang gila, kau tahu saat dia menciumku aku seakan melihat kembang api menyala indah. Tatapan matanya membungkam mulutku untuk menurutinya. Dan oh....wajahnya itu Betty, you know what ? Dia sangat tampan hingga membuat ku panas dingin ."

Betty menoyor keningku lalu beranjak mengambil bukunya .

"Betty aku serius," rengekku padanya.

"Kau mengatakan mencintainya tapi dia sudah mengatakan untuk membuang khayalanmu? Dan tadi apa, kau bilang masih mau merayu nya?"

Aku mengangguk lesu dengan semua kebenaran yang dikatakan Betty.

"Lupakan dia Rubby kau cantik masih banyak pria diluar sana yang aku tahu menginginkanmu."

Aku menggeleng dengan perkataan Betty.

"Aku hanya menginginkan dia Beth, ditambah semalam dia menyelamatkanku dengan pistolnya."

"What pistol?" Betty sangat terkejut dengan hal itu sepertinya. Wanita itu langsung diam seolah mengingat sesuatu.

"Beth? Hello," kataku untuk mengembalikan temanku ini kebumi yang dia pijak.

"Jauhi pria itu Rubby, terlebih dia tidak menyukaimu."

"Dia akan menyukaiku Beth, aku yakin itu." Lalu aku berdiri dengan senyuman mantap, aku harus memperjuangkan rasa cintaku . Terlebih pria yang aku cintai itu selalu menolongku, itu berarti tanda kalau kami berjodoh dan aku harus lebih berusaha, mungkin dia tipe pria pemalu dalam mengungkapkan perasaan pikir Rubby konyol.

"Aku pergi beth," kataku langsung mencium pipi Betty yang menatap ku horor sementara aku tertawa keluar dari flat nya.

*****

Aku berjalan di trotoar kota dan berniat membeli satu cup kopi untuk menemaniku berjalan menuju tempat kerja tanpa sengaja aku menambrak seorang pria. Dia lama menatapku dan aku juga begitu, pria itu seolah mengulitiku dengan tatapan tajam nya yang mempesona hingga aku menelan ludah .

"Tuhan ini pria sungguh hot, sepertinya aku boleh mencoba keraguanku saat ini," kata ku dalam hati dan perlahan aku mencium bibir pria itu. Kulihat pria itu terkejut dan mencekram lenganku kuat ingin menjauhkan aku seperti hama darinya.

"Ups sorry sir, aku hanya ingin memastikan sesuatu." Pria itu mendorongku dengan kuat membuatku hampir terjatuh dan seorang pria menangkapku dari belakang. Aku melihat pria yang menolongku dan perasaan hangat itu datang saat matanya menatapku jengah.

"Apa kau selalu menyusahkan ku?" Pria yang kucium tadi menatapku mengejek dan dia seolah memberi kode kepada pria pujaanku ini untuk pergi. Apa mereka saling kenal pikirku dan langsung aku menahan pria pujaanku yang akan pergi.

"Kau mau kemana?" Tanya ku sambil menarik lengannya, dia menghempaskan tanganku menatap aku seolah mengatakan jangan menyentuhnya.

"Bukan urusanmu, jangan lagi menampakkan wajahmu didekatku."

"Aku? Oh kurasa kau salah, bukankah kau yang selalu hadir tanpa ku minta. Meski aku menggilaimu tapi aku bahkan tidak tahu siapa namamu sir."

Kulihat langkahnya berhenti dengan ucapanku tapi berjalan lagi, otomatis aku mengikutinya berjalan dengan langkahnya yang lebar, sedikit susah karena pria ini sepertinya sengaja berjalan dengan cepat.

"Aku ingin mengucapkan terimakasih karena bantuanmu semalam." Kataku mencoba membuatnya berbicara padaku tapi dia masih diam. Lalu aku memakai trik selanjutnya.

"Ah........," kata ku berpura-pura terkilir dan menjatuhkan tubuhku kedekatnya dan dia langsung menangkap tubuhku khawatir. Aku dapat melihat jelas kekhawatiran itu dari mimik wajah dan bola matanya.

"Apa puas menikmati wajah tampan ku nona?" Tanyanya membuatku tersenyum manis. Posisi kami masih seperti semula, dia menahan tubuhku yang akan terjatuh sementara aku melingkarkan tangan dilehernya. Aku sadar kalau aku mencintai pria ini meski aku tidak berkenalan secara lamgsung dengannya, meski dia menolakku, meski dia menyebalkan, tapi serius aku selalu memikirkannya setiap malam semenjak awal kami bertemu. Ditambah dengan riset yang aku lakukan tadi, aku mencium pria yang juga tampan tapi tidak merasakan getaran aneh seperti pria ini menciumku semalam.

"Aku kenan, dan kuharap kau mau menjauh dariku." Ucapannya selalu membuatku terkejut, dan apa maksudnya memberitahukan ku namanya tapi menyuruhku menjauh.

Kenan membenarkan posisi kami tadi dan dia berjalan meninggalkan aku yang terus memandanginya berjalan hingga dia berbelok membuat pemandanganku akan dirinya hilang.

"Oh langit apakah aku salah menggilainya?" Aku berbicara sambil menatap langit yang mulai gelap membuat ku ingat akan jam kerja ku.

"Brengsek aku telat," kata ku berlari-lari menuju Zoo Bar & Club tempatku mencari sesuap nasi.

Baru aku ingin menuju tempat kerjaku ku lihat Pria pujaanku sedang menodongkan senjatanya dan dia dikepung. Dengan keyakinan dan keberanian aku mendekat.

"Hei...hei, kenapa kalian ini? Bubar atau aku panggilkan polisi kesini."

"Rubby pergi dari sini." Aku tersenyum lebar saat pria pujaanku memanggil nama ku.

"Ah kau mengingat namaku honey," kataku bahagia dan seorang pria menarik tubuhku dan aku menggigit tangannya. Kudengar Kenan mengumpat lalu tanganku dia tarik. Kenan menembak dua orang didepannya membuat ku tak percaya. Kami berlari terus menjauh dari sepuluh orang yang mengejar.

"Kenapa mereka mengejarmu? Apa kau memiliki hutang?" Tanya ku bodoh membuat Kenan menggelengkan kepalanya, dia mengintruksi aku untuk bersembunyi dibalik bangunan kosong di sekitar jalan menuju bar.

Disaat seperti ini aku bisa melihat wajah tampannya itu.

"Kau sungguh tampan," senyuman ku semakin menjadi membuatnya heran mungkin denganku.

Kenan menarik lagi tanganku untuk berlari, sesekali dia melihat kebelakang dan menembak lagi hingga ku lihat tersisa lima orang yang mengejar kami.

Kenan memasuki basement sebuah Mall kami merunduk dibalik sebuah mobil.

"Jangan bergerak mengerti." Katanya membuatku mengangguk, dia berbicara kearah jam nya dan aku terus melihati pria pujaanku ini.

"Jemput aku disekitar Mall xxx Chris sekarang." Perintahnya tegas, dan dia menarik tanganku lagi berlari, sambil menghindari tembakan dari para pria yang mengejarnya kenan menembak satu persatu musuhnya .

"Sial," umpat kenan karena pelurunya habis.

"Kenapa kau tidak menghajar mereka saja?" Kenan menoyor kepalaku.

"Kau diam disini jangan bergerak sedikitpun mengerti."

Aku mengangguk lagi saat dia keluar dan mengangkat tangannya.

"Oke aku menyerah, silahkan jika kalian ingin membawaku." Ucapnya dan ke empat pria itu mendekatinya ingin membawa Kenan pergi dan tipuan Kenan berhasil Kenan memukul tubuh kedua pria dengan cepat dan bringas, menendang dan mematahkan leher dua diantara mereka. Dan tersisa dua lagi kenan menghantam wajah mereka dengan tinju nya dan setelah terjatuh kenan menekan perut mereka hingga darah keluar dari mulut pria itu. Suara decitan ban mobil membuat kenan menyeringai dia menarik ku keluar dari persembunyian, secara tidak sengaja aku melihat seorang pria menodongkan pistol kearahnya dan aku melindunginya.

Nyeri dan panas menjadi satu hingga aku sulit bernapas.

Kulihat wajah Kenan yang pias, seketika tembakan dari orang sebelah Kenan kulihat.

"Rubby tetap buka matamu," katanya yang aku dengar dengan samar-samar.

Ingatanku adalah tentang Betty sahabatku.

"Kumohon jika ak_u mati lunasi hutangku de_ngan sa_habat_ku Betty. Dia be_kerja di perpu_stakaan Cur_zon str_eet." Dan setelah mengatakan itu dengan susah payah aku merasakan gelap menyelimuti pemandanganku, dingin menjelajar ditubuhku membuatku merasa nyaman dengan kegelapan ini.

Bersambung....

Nantikan selanjutnya ya.  😉


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status