Share

Part 1

Ivy, gadis cantik itu tengah mengintip seorang pria tampan, Abraham atau yang biasa di panggilnya dengan sebutan om Bram.

Om Bram tetangga super duper gantengnya, memiliki tubuh kekar berotot, wajah tampan, dan yang paling penting daya tariknya yang memikat, lewat tatapan matanya yang tajam mampu meluluhkan diri Ivy.

Ivy menahan nafasnya yang tercekat, tatkala melihat Abraham yang sedang berganti baju.

"OMG!" Ivy syok saat Abraham membuka kaosnya, lewat teropong miliknya terlihatlah tubuh atletis Bram, perut kotak-kotaknya yang sixpack.

Saat akan membuka celananya, Ivy tidak beranjak pergi dari jendela, hanya menutup kedua matanya.

Setelah di rasa cukup, ia pun membuka matanya, dan tak melihat Abraham di kamarnya. "ah, mungkin sedang mandi." tebak Ivy.

Ia pun juga ikut bersiap-siap, rencananya pagi ini ia harus bisa berangkat bareng Abraham, Ivy tersenyum-senyum mengingat wajah Bram.

Ivy sudah siap dengan seragam sekolah SMA-nya, ia lari buru-buru saat mendengar suara mobil, bahkan tak menghiraukan panggilan mamanya yang menyuruh sarapan.

Brukkk.

"Aduh!" rintih Ivy kesakitan di depan mobil Abraham.

"Ada apa?" tanya Bram saat sang supir panik.

"Itu tuan, Nona Ivy keserempet mobil kita!"

"What's?" kaget Abraham.

Ia keluar dari mobil dan melihat Ivy yang masih meringis, Abraham pun melihat lutut Ivy yang terluka.

"Kenapa tidak berhati-hati!" tegas Abraham yang bernada dingin.

Ivy mendongak menatap ke arah Abraham.

"Om Bram, bantuin Ivy bangun dong, ini malah marahin." ucap Ivy cemberut.

"Siapa suruh kamu kecentilan, lewat disaat mobil saya baru mau jalan." Ivy yang mendengar itu hanya menarik nafasnya dalam-dalam.

Tiba-tiba Ivy pura-pura menangis. "Om Bram jahat! bukannya kasian lihat Ivy, tapi ini marah-marah terus."

Bram menepuk jidatnya melihat kekakuan bocah SMA ini.

"Huaaaa, tuh kan! Om Bram gak sayang Ivy, huhuhu." ucap Ivy semakin dramatis.

Diangkatnya tubuh mungil Ivy, dan dimasukkan ke mobilnya, duduk berdua di kursi belakang.

Ivy menatap wajah tampan Bram, nafasnya tercekat saat Bram juga menatapnya.

"Untung saya sudah sedia plaster, dan obat pereda nyeri." Bram membersihkan luka Ivy, memberi salep, dan terakhir menutup lukanya dengan plaster.

"Sudah selesai, sekarang keluar!" Ivy tersentak dan melotot kaget.

"Tapi Om, kaki Ivy masih sakit."

"Keluar!" Ivy menggeleng.

Kembali Ivy menangis, Abraham menutup matanya kesal melihat kelakuan Ivy. "jalan pak!" pak Maman sang supir pun mengangguk, dan menjalankan mobilnya.

Diam-diam Ivy tersenyum-senyum tipis, ya sangat tipis agar Bram tidak melihatnya.

"Aye aye yeeeeeaayyyyy," sorak Ivy dalam hatinya.

Mobil berhenti di area sekolah Ivy.

"Terima kasih ya Om tumpangannya," Ivy nyengir sebelum turun dari mobil.

"Hmmmm," jawab Bram hanya dengan deheman.

"Abraham Sabyan." ucap Ivy menggoda, dan membentuk jari telunjuk dan tengahnya, tanda bercanda.

Mobil Abraham keluar dari perkarangan sekolah, Ivy melambai-lambai dengan heboh, diam-diam Bram juga tersenyum melihat tingkah konyol Ivy.

Setelah kepergian Bram, Ivy pun loncat-loncat gembira, melupakan lukanya, hahaha dasar.

Di kantor Bram bersikap cuek, dingin dan datar. semua karyawan karyawati dan staf perusahaan, menyambut hangat kedatangannya.

Namun jangan mengharapkan sebuah senyuman darinya, meskipun tipis, karena itu mustahil!

"Apa saja jadwal saya hari ini?" tanya Bram pada sekretarisnya, sih sekretaris pun memberikan semua informasi jadwal Bram hari ini.

"Ok, terima kasih." Sekretaris mengangguk dan kembali ke ruangannya.

Bram memulai aktivitasnya dengan semangat, berkas-berkas menjadi makanannya setiap hari.

Di sekolah, Ivy dan teman-temannya heboh bercerita tentang Abraham.

"Jadi tadi lo beneran diantar sih om Bram itu?" Ivy mengangguk.

"Hebat!" Eka temannya tepuk tangan dengan keberanian Ivy.

"Pasti dong! bahkan gue rela lutut gue sampai lecet." Ivy menunjukkan lututnya.

"Ya ampun, gila Lo!" Ivy nyengir.

"Tapi gue senang sih, dan ini Om Bram juga yang obatin luka gue." Ivy berkata dengan senyum yang lebar.

Eka menepuk jidatnya melihat kelakuan konyol temannya, segitunya banget sama Abraham, cinta mati banget dah.

Pulang sekolah Ivy kembali pada aktivitas mengintipnya, namun kosong, ya jelas lah kosong! kan masih sore.

Jam segini ya Abraham masih di kantor, Ivy berpikir, apa harus ia datang ke kantor Om Bram?

Ivy bangkit dan bersiap-siap pergi, baru berapa langkah ia berhenti, ia takut jika Abraham marah.

Akhirnya ia memutuskan untuk tiduran di kasur, kantuk pun mulai singgah, membawa Ivy ke dunia mimpi dengan Abraham.

Ivy terbangun dari tidurnya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"ASTAGA!" teriak Ivy, berapa jam ia tidur dari sore tadi.

Hal pertama yang Ivy lakukan adalah, mengecek apakah Abraham sudah pulang? Ivy pun berjalan ke arah rumahnya.

Sayup-sayup terdengar suara orang berbicara, Ivy bersembunyi di balik pohon, ia mendengar percakapan antara Abraham dan seorang wanita.

"Jadi kapan kamu akan menikahi aku Bram?" tanya wanita yang bersama Abraham.

"Memang kapan aku bilang akan menikahi mu?" Abraham bertanya balik.

"Maksudmu?"

"Tidak ada." jawab santai Abraham.

"Jangan bilang, kalau kamu jatuh hati pada bocah anak tetangga mu!" ujar wanita itu dengan kuat.

"Jaga ucapan mu, aku hanya menganggap dia sebagai adik, dan juga anak." jelas Abraham yang membuat hati Ivy sakit.

"Baguslah kalau begitu." wanita tersebut memeluk erat tubuh Abraham.

Kaki Ivy lemas saat melihat adegan selanjutnya, wanita itu dan Abraham berciuman mesra, hatinya sangat terluka menyaksikan itu.

Ivy berbalik pergi masuk ke dalam rumahnya, masuk kamar dan mengunci pintunya, ia terduduk di pintu kamar.

Ia menangis sejadi-jadinya, apa yang diucapkan Abraham tadi sangat jelas sebuah penolakan untuknya, selama ini Om Bram hanya menganggap dirinya sebagai adik, dan anak.

Ivy tertawa, "Hahaha, bodoh sekali aku!" lirihnya yang masih bercampur nangis.

Ivy membuka lemari pakaiannya, dan memasukkan ke koper. baiklah, mulai sekarang ia akan pergi dari kehidupan Abraham.

Ia akan tinggal bersama nenek dan kakeknya di Singapura, ia butuh waktu untuk menenangkan pikiran dan hatinya.

Mulai hari ini, ia akan berusaha melupakan yang namanya Abraham.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mommi B'four
perasaan anak gadis jaman sejarang, lihat cogan telanjang dada saja sudah heboh ya.
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Berapa ya perbedaan umur mereka?Ivy dan Abraham
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status