Bunga akan segera pergi, ia harus mengorbankan banyak hal untuk kebahagiaan Sekar. Menjauh dari orangtuanya, keluarga besarnya. Mungkin sang bunda sudah memiliki firasat tidak enak maka tadi menelepon, tetapi Bunga bisa apa. Ia juga punya andil dalam kesalahan karena terlibat dengan Arya.
Bunga dan bayinya akan pergi jauh, ya Bunga hamil. Dirinya menyadari jika ia sudah terlambat haid saat bundanya datang beberapa waktu yang lalu ke ka
Tiga bulan telah berlalu dan Bunga masih bersikukuh tidak mau kembali sedangkan kehamilannya sudah memasuki bulan keenam.Bunga sedang menikmati teh camomile di beranda rumah kecilnya di Bali. Sudah dua bulan ia berada di Indonesia karena usaha yang dirintis olehnya tidak bisa ditinggal terlalu lama.
“Ayo dong cepat tebak!” ujar Bayu.
“Ah, Arya jangan,” tolak Bunga dengan nafas tersengal saat Arya sudah berhasil melucuti seluruh pakaiannya.Arya mendekatkan wajahnya menyisakan jarak sejengkal dari bibir ranum Bunga. “Jangan berhenti kan sayang? Pasti.” Setelah berkata demikian Arya bangkit dan melucuti pakaiannya.
“Karena aku tak ingin terlibat denganmu,” ucap Bunga memberanikan diri menatap manik indah Arya.Arya menangkup wajah Bunga dengan kedua tangannya. “Demi Tuhan Bunga, kau sedang hamil anakku bagaimana mungkin kau mengingkari hadirku hah?!” Arya melumat bibir Bunga dengan ciuman yang dalam dan intens.
Brata Mahendra sedang bersama dengan seorang informannya di dalam ruang kantornya.“Jadi bagaimana hasilnya? Apakah benar gadis itu seperti yang aku kira?” tanya Brata menatap tajam pria yang duduk diseberang meja kerjanya.&
Setelahnya Arya membalikkan tubuh Bunga dan merengkuhnya dalam pelukannya. Tangan Bunga mendarat di dada Arya mencari pegangan kakinya seolah-olah melemas laksana agar-agar.“Tubuhmu indah sayang.” Tak ada bualan dalam kata-kata Arya, padangan matanya memuja gadis dalam pelukannya ini. Tangannya mengusap wajah Bunga menyingkirkan anak rambut yang menjuntai menutupi sebagian wajahnya. Arya menunduk dan memagut bibir Bunga dengan lembut dan membuai agar bibir Bunga membuka dengan
Asti mengangguk pasti. “Kalau begitu aku hubungi orangtua Bunga dulu.”“Siapa?!” seru Bunga dari dalam kamar.“Cempaka nan cantik jelita hadir!” Suara merdu si gadis cilik membahana.
Lea mengucapkan selamat kepada pengantin. Mata Bunga bertemu dengan mata sang pria pasangan Lea.“Louis Cruz, is that you?” tanya Bunga. Rupanya dia mengenali pasangan Lea.Arya y