Randy dan Dara kini tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Dara memakai kaca mata hitamnya, gadis cantik dengan balutan dress berwarna navy itu berjalan dengan tergesa-gesa untuk menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Dara sangat kesal gimana bisa suaminya itu meninggalkannya?. Ah menyebalkan sekali.
"Mas Randy tunggu, dong. Kaki aku pegal nih!" Kata Dara, Randy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tanpa sengaja Dara menabrak punggung Randy."Auuww..., ah mas Randy kalo berhenti jangan sebarangan dong. Tuh jidat akukan jadi sakit." Dara mengelus jidatnya."Mana yang sakit?" Tanya Randy datar."Nih...! Dara menunjuk jidatnya dengan jari telunjuknya sendiri."Sini!" Randy menyuruh Dara mendekat ke arahnya, bagai kerbau di cucuk hidungnya Dara pun mendekat.Cup...Randy mengecup jidat Dara dengan tiba-tiba, sontak saja Dara langsung terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Randy, bisa-bisanya lelaki ya
Andai saja, Randy dan Dara saling mencintai mungkin momen bulan ini akan sangat indah, sayang seribu sayang, rasa itu belum menghampiri dua sejoli yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu. Randy yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya serta laptop yang ada di hadapannya. Sedangkan Dara memilih untuk menonton film-film favoritenya seperti drama Korea, tapi lama-lama Dara juga merasa bosan karena tak ada kegiatan lain selain nonton drama di kamar. Mau ngajakin Randy gelud kan gak mungkin, hahaa. Astaga otaknya mungkin sudah tercemar akibat beberapa adegan dewasa di dalam drama yang baru saja Dara tonton.Dara memperhatikan Randy yang terlihat serius dengan pekerjaannya, Randy terlihat tampan berkali-kali lipat saat sedang serius, garis wajah yang tegas, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun, astaga Dara dibuatnya sampai menelan air liurnya berkali-kali."Ada apa?" Randy berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di
Pagi ini Dara terlihat lebih bersemangat untuk berangkat bekerja. Ya mereka kini sudah pulang dari acara berbulan madu yang menurut mereka tidak ada istimewanya. Setelah pulang dari Bali, Dara dan Randy sepakat untuk mengawali semuanya dari hal kecil dulu seperti teman misalnya, ya mereka memutuskan untuk lebih saling mengenal dulu di awali dari kata teman.Dara mematut penampilannya di cermin, hari ini Dara memakai kemeja berwarna putih, rok hitam selutut, rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai.Setelah dirasa penampilannya kini pas, Dara mengambil tas serta memasukan ponsel ke dalamnya dan mengambil dua paper bag yang berisi oleh-oleh untuk teman-teman kerjanya. Dara keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan."Pagi!" Sapa Dara pada orang yang ada di dapur, Dara meletakan tas dan paper bag yang dia bawa di kursi yang ada di sebelahnya. Bik Sum sampai melongo tumben sekali hari ini istri majikannya itu bersikap ramah, tapi bik Sum juga merasa
"Mas Randy....""Dara"Begitulah reaksi mereka berdua saat sama-sama terkejut. Dara yang kaget bahwa Pimpinan perusahaan tempat dia bekerja adalah suaminya, sedangkan Randy kaget karena yang masuk ruangannya adalah Dara.Saat sadar dari rasa terkejutnya Dara berjalan mendekat ke meja Kerja Randy."Mas, ngapain di sini?" Dara mendekat ke arah Randy."Menurutmu? Saya ngapain ada di sini?" Randy balik bertanya."Jadi, mas Randy itu Direktur di sini?""Hmm,""Iss...." Dara mencebikan bibirnya."Iss, mas kok gak bilang sih, kalo mas itu Direktur di perusahaan ini!" Cecar Dara, lalu menaruh berkas laporan yang ia bawa tadi di atas meja kerja Randy."Kan, kamu gak nanya." Ucap Randy dengan tenang. Benar juga, ya. Selama inikan Dara tidak pernah bertanya tentang pekerjaan Randy apa."Uhg, dasar menyebalkan." Dara mengerucutkan bibirnya.Dara pun menuju sofa yang ada di ruangan kerja Randy dan mem
Randy memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah mematikan mesin mobil, Randy membuka pintu dan keluar dari mobil, begitupun sebaliknya Dara juga melakukan hal yang sama.Randy membuka bagasi mobil, lalu mengambil barang belanjaan Dara."Nih, bawa!" Randy menyerahkan tiga paper bag pada Dara, lalu di sambut oleh Dara, sedangkan Randy membawa enam paper bag yang berukuran agak besar.Dara meletakan barang belanjaannya di samping sofa ruang tamu. Karena merasa lelah Dara pun berbaring di atas sofa."Huh, capek!" Keluh Dara, karena kakinya terasa keram dan pegal."Mandi dulu, sana!" Titah Randy, lalu duduk di sofa sebelah Dara berbaring."Ntar dulu, mas. Dara masih capek," keluhnya, lalu memejamkan matanya."Hhh, ya sudah, istirahat aja, dulu. Saya mau mandi dulu. Kamu jangan lupa mandi, terus itu belanjaan kamu di rapikan!" Kata Randy, lalu beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri."Hmm." Gumam, Dara."Dara, Ra...,
Warning!! Ada sedikit adegan dewasa, harap bijak memilih bacaan!?! "Mas Randy, boleh apa gak, nih?" Tanya Dara, karena hanya diam sambil melongo."Ah, eh. Iya." Randy menggeser tubuhnya memberikan jalan untuk Dara."Nah, gitu kek, dari tadi." Omel Dara, lalu masuk ke dalam kamar Randy, sedangkan Randy menutup pintu kembali lalu mengikuti Dara dari belakang.Dara menatap kamar Randy dengan takjub dan mata berbinar, perabotan di kamar ini di tata dengan apik oleh pemiliknya. Kamar Randy terlihat rapi, dan bersih, gak kayak kamarnya yang berantakan padahal dia cewek. Dara mengarahkan pandangannya ke ranjang king size Randy, yang dilapisi dengan sperei berwarna abu-abu, di sana bantal dan guling masih tersusun dengan rapi."Mas Randy...""Kenapa?"Randy berdiri di belakang Dara yang sedang memperhatikan isi kamarnya.Dara membalik badannya dan menghadap Randy yang saat ini sedang menatapnya juga sambil bersedekap tangan di dada."Kamarny
Dara melangkah masuk ke kamar mandi, untuk mengambil wudhu, sebelum berwudhu Dara memandang wajahnya di depan cermin kamar mandi. Dara memegang bibirnya dan melihat ada dua tanda cinta yang Randy tinggalkan di leher putih jenjangnya, seketika wajah Dara menghangat, ia teringat adegan plus-plus tadi pagi, hampir aja dia udah gak perawan lagi, eh tapikan Randy suaminya jadi sah-sah aja mereka begitu. Ah Dara pun menggeleng membuang pikiran kotornya, dan segera menggambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh.Usai shalat subuh, Dara turun ke dapur untuk membuat sarapan, karena hari ini Bik Sum masih izin tidak masuk kerja. Dara memandang isi kulkas, dia bingung mau memasak apa buat sarapan, eh lebih tepatnya sih bingung cara memasaknya. Seumur-umur Dara belum pernah pagi-pagi buta begini berada di dapur dan memasak. Tapi demi belajar untuk menjadi istri yang baik Dara rela deh, berperang dengan alat-alat dapur pagi ini.Sudah lima belas menit lebih, Dara berada di dapur,
Saat jam istirahat kerja, Dara mendapat sebuah pesan dari Randy, di ponselnya. Randy menyuruhnya agar Dara segera keruangannya. Dengan terpaksa Dara menolak ajakan teman-temannya untuk ke kantin kantor untuk makan bersama. Setelah situasi agak sepi, dan teman-temannya sudah pada pergi ke kantin untuk makan siang, barulah Dara beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruangan Randy berada.Dara sampai di depan ruangan Randy, sepi. Sekretaris Randy juga tak terlihat batang hidungnya. Dara segera mengetuk pintu ruangan Randy.Tok tok"Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam, Darapun membuka pintu dan melangkah masuk."Ada apa? Mas Randy menyuruhku ke sini." Tanya Dara.Randy bangkit dari kursi kerjanya, ia berjalan lalu duduk di sofa yang ada di ruangannya. "Sini, duduk!" Randy menyuruh Dara duduk di sampingnya.Dara pun menurut, dan duduk di samping Randy, " Ada apa?""Kamu sudah makan?" Tanya Randy."Ya, belumlah. Kan mas Randy suruh
Dara menatap horor isi paketan yang baru saja, ia terima. Apa-apaan ini! Siapa yang sudah mengiriminya hadiah menggelikan ini, dan untuk apa? Ah Dara jadi bingung sendiri.Saat masih dilanda kebingungan tentang siapa pengirim paketan tersebut ponsel Dara berdering. Nomor baru, Dara dengan takut-takut mengangkat ponselnya dan menjawab telpon."Ha_ hallo...!""Assalamualaikum, Dara." Ucap si penelpon.Huh, Dara menghembuskan napasnya lega, ia sangat mengenal suara orang itu."Eh, iya. Walaikum salam, mas Randy!"Ternyata yang menelpon Dara adalah Randy."Mas Randy, jam berapa, pulangnya?" Tanya Dara."Emm, sebentar lagi. Kenapa? Kamu kangen, ya.""Iss, bukan itu.""Emm, terus apa? Eh kamu sudah terima paketan dari saya belum." Tanya Randy."Jadi paket itu dari mas Randy?" Tanay Dara kaget, Dara tak menyangka bahwa yang mengirimkan paketan itu adalah Randy."Iya, saya yang kirim, jangan lupa nanti di pa