Share

3. Pembalasan!

"Loh kok cemberut aja?"

Ilene yang sedang gondok mengaduk-gaduk minumannya dengan kasar. Editor rese itu membuat moodnya turun bebas seperti bermain seluncuran di water boom.

Bahkan, sekarang sudah jam 4, Ilene tak peduli kalau pada akhirnya ia gagal jadi penulis best seller. Untuk apa ia terkenal, tapi jiwanya tak sehat karena jumpa editor rese sejagad raya. Bahkan depan gebetan Ilene masih misuh-misuh. Ilene juga tak peduli jika Kayvan semakin tak menyukai dirinya.

"Maaf aku lagi kesal." Aku Ilene jujur. Kayvan hanya mengangguk. Ia tahu, asa yang menganggu pikiran Ilene sekarang. Apalagi habis bimbingan itu memang butuh pelarian mood yang sempurna, seperti para lelaki main game atau futsal. Jika para wanita Kayvan kurang tahu, mungkin dengan bergosip atau makan. Kayvan tahu, wanita adalah makhluk yang suka mengunyah seperti sapi. Makanya ia sengaja mengundang Ilene makan terlebih dahulu, tapi gadis itu hanya memesan jus strawberry dan tidak memesan makanan sedikitpun.

"Gara-gara skripsi ya?"

"Iya nih. Sumpah, revisi-revisi. Nggak masalah revisi, nah ini reseknya minta ampun. Minta tenggelamkan ke Bikini Bottom." Ilene menyetak kakinya kesal. Yang ia maksudkan ke editor rese bukan Pak Prapto. Walau banyak revisi, Pak Prapto tak serese satu lagi. Harusnya editor rese itu tak punya kewajiban karena Ilene bahkan belum taken kontrak. Dasar penyusah!

Kayvan hanya mengangguk. "Yaudah makan yang banyak." Ilene langsung menatap Kayvan horor. Jadi maksud cowok ini dia suka makan dan sekarang Ilene kelihatan gemuk? Yang benar saja? Walau masih gadis, tapi Ilene harus mengakui demi bulu hidung kuda nil, tubuh Azyan beranak satu lebih bagus dari dirinya. Ibu-ibu anak satu itu memang membuatnya selalu iri.

"Aku diet kok." seloroh Ilene. Moodnya benar-benar jatuh ke jurang dan tak bisa diajak kompromi sekarang.

"Eh kok diet? Aduh gimana sih." Kayvan menggaruk rambutnya. Memahami cewek lebih sulit dari membedakan akar serabut, akar tunggal, tulang akar hingga tulang ekor.

"Ya aku tahu, aku gendut. Dan sekarang aku diet." Kayvan mengusap wajahnya kasar. Dari pembicaraannya tadi, ia rasa ia tidak salah bicara. Tapi kenapa gadis di depannya salah tangkap? Apa Ilene sedang PMS. Jika Kayvan bertanya ini, ia yakin Ilene makin murka padanya. Jadi bagaimana ia memulai pembicaraan sekarang?

"Oh diet. Tapi jangan sampai kayak ranting berjalan ya." komentar Kayvan asal.

"Ih tubuh aku dari kecil nggak pernah kurus apalagi sampai kayak lidi nggak pernah."

"Biasanya kalau stress cepat kurus. Banyakan pas lagi skripsi sekarang kurusnya cepat bangat, karena mikirin skripsi."

"Tapi aku kalau makan tinggal makan kok. Walau begadang juga."

"Nah ini. Jangan samapi begadang. Begadang memperpendek umur. Bawa santai aja, kalau nggak kuat bisa lanjut besok. Nggak mati kalau skripsi tak selesai."

"Tapi kan ini buat masa depan." Sebenarnya Ilene dan Kayvan sudah seakarab seperti sekarang, hingga berbicara tak perlu malu-malu lagi. Hanya saja, Ilene takut jika terus seperti ini perasaannya makin tak tekontrol sedangkan Kayvan tak tahu sama sekali dengan perasannya. Dasar lelaki tak punya hati! Atau Kayvan punya pacar? Ilene takut jika ia mencari tahu lebih lanjut, maka membuat moodnya makin hancur dan tak jadi buat skripis karena patah hati atau ia bunuh diri di pohon pisang milik tetangganya.

"Ya tapi jangan menyiksa diri. Nggak baik okay?" Ilene mengangguk. Ini yang ia suka dari Kayvan. Dia bisa jadi teman, penasihat, orang tua. Kayvan adalah pacarable yang Ilene impikan dalam khayalan liarnya. Asal kalian tahu, otak liar Ilene selalu berpikir ingin mencium Kayvan. Andai saja kesempatan itu ada, pasti habis seratus lembar kertas Ilene tuangkan demi kisah mereka.

"Hujannya reda. Tinggal petir-petir aja nih." Ilene melihat keluar. Keadaan masih gelap, hujan tadi sempat deras saat mereka tiba di cafe. Tapi Ilene berdoa dan berharap hujan sengaja membuat mereka terjebak dan akan ada kisah cinta seperti di drama Korea atau di novel-novel yang Ilene baca.

"Nanti aja." Ilene sengaja ingin berlama-lama bersama Kayvan. Karena setelah ini, mereka akan susah untuk bertemu lagi, apalagi keduanya beda fakultas.

Ilene diam-diam memperhatikan raut wajah Kayvan. Tampan, tak ada celah dari lelaki ini untuk membuatnya ilfeel. Ilene yakin, banyak perempuan yang mengejar Kayvan pasti. Tapi sedekat ini saja, Ilene senang bukan main. Andai lebih dari ini, ia bahkan lebih senang. Seperti mengandeng tangan tak pernah lepas, Kayvan menjemputnya setiap saat kalau boleh Ilene tak boleh kalah seperti pasangan sebelah yang sudah menikah, punya anak dan sangat harmonis. Apa Ilene bisa berpikir sejauh itu? Apa Kayvan suami-able? Laki-laki yang selalu bisa diandalkan seperti abangnya?

Kayvan anak tunggal di rumahnya, Ilene yakin semua kebutuhan Kayvan pasti terpenuhi. Bukan seperti dirinya yang banyak saudara, bahkan punya saudara kembar yang apa-apa harus bagi dua tak bisa dimiliki sendiri. Tapi Ilene menyayangi saudara kembarnya yang tak kalah resek. Walau editor bulan lebih resek.

"Ini udah beneran reda. Mau pulang? Mungkin kamu butuh istirahat dan buat revisi lagi." Ilene mendesah kasar. Hanya sebatas ini, tak ada kemajuan. Kayvan tak tertarik padanya, ini kesimpulan yang bisa Ilene tarik sejauh ini. Ah, potek sudah hatinya. .

"Yaudah." jawab Ilene lesu. Ia mengangkat tas dan dokumen menyeret-nyeretnya tak ikhlas karena harus berpisah dengan sang pujaan hati. Jika Ilene tak malu, maka ia bisa mengutarakan perasaannya sekarang, tapi ia belum samggup Kayvan menjauhinya. Karena Ilene tahu, jika tahu kebenarannya Kayvan akan menjauh. Bukankah seperti ini lebih baik? Pura-pura tidak tertarik padanya.

Keduanya keluar dari cafe dengan hujan rintik-rintik kecil. Waktu seperti ini tepat untuk Ilene mengkhayal dan menuangkan idenya dalam tulisan.

"Hari apa lagi bimbingan?" Sekarang hari Selasa, berarti hari kamis.

"Uhm Kamis tadi janjian lagi sama Pak Prapto." jawab Ilene semangat.

"Oh, masih banyak waktunya. Jangan dibawa stress." Wajah cerah Ilene langsung mengkisut seperti lemon busuk. Ia mengira Kayvan akan mengajak dirinya, atau cowok itu ingin mengatarkan dirinya lagi sebagai jajak pendekatan lebih dekat. Ayolah, Ilene cukup percaya diri bahwa ia cantik. Tapi kenapa Kayva tak bisa melirik dirinya? Hufh... Mata Kayvan buta seperti. Kayvan butuh iup. Ngomong iup Ilene jadi makin cemberut mengingat su bulan-bintang editor rese.

Ilene melihat ayah dan bundanya yang seperti mau ke kondangan. Papahnya pasti baru pulang kerja.

Kayvan mengklakson mobil orang tua Ilene dan berhenti di depan rumah Ilene. Darris belum pulang, berarti rumah kosong.

Ilene bisa tidur atau melanjutkan revisi punya si bulan-bintang.

Ilene yakin bundanya menyimpan kunci di bawah keset kaki.

___________________________

Ilene berbaring di kasurnya. Ia membuang tubuhnya begitu saja.

Gadis itu menutup matanya. Memikirkan semua hal yang terjadi di sekitarnya. Terutama masalah cinta. Ia tak pernah beruntung masalah ini, ia pernah pacaran tapi tak ada yang berkesan, seperti pacaran di novel-novel. Ilene hanya pacaran dalam status dan dalam dua hari ia putus. Ia tak pernah punya hubungan awet. Ilene mengira ia kena sumpah serapah dari rakyat yang mencintai permaisuri karena di kehidupan sebelumnya ia menjadi Pelakor di kehidupan raja dan permaisuri. Ilene menggeleng. Kapan Kayvan akan peka? Kenapa ia harus memikirkan Kayavan?

Merasa tak puas, Ilene membuka email masuk dari editor Moon ia pun membalasnya.

Tentang : Editor Rese

Mampus aja kau bangsat! Menyusahkan aja! 🀬🀬🀬🀬🀬

Moon setan! 😈😈😈😈😈😈

Kau tuh bukan manusia! Aku benci kau! 🀬🀬🀬🀬

"Ahhhhhh!" Ilene berteriak karena kesal. Ilene melempar ponselnya ke kasur yang empuk. Tentu saja ia masih sayang ponselnya. Tidak mungkin ia menghancurkan ponselnya dan tak ada lagi tempat buat berhalu.

Menarik napas panjang. Ilene menjernihkan pikirannya dan mengambil kembali ponselnya, dan mencium dengan sayang ponsel tersebut. .

Tentang : Revisi

Hi Moon,

Mohon maaf nih kasar. Tapi saya rasa kamu keterlaluan 😴😴😴. Saya bahkan belum taken kontrak, belum dapat duit, tapi kamu membuat saya seolah saya budak kamuπŸ™„πŸ™„πŸ™„.

Saya tuh sibuk dan pusing revisi skripsi. Tapi kamu hadir merusak segalanya.

Kalau mau batalkan silahkan. Saya lelah πŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺ.

Regards,

Gigi Kelinci.

Ilene membaca ulang dan mengirim kembali. Ia masih berusaha sopan, sebelum keluar semua kata mutiara untuk editor rese tersebut.

"Kayaknya nama pena Gigi Kelinci, bikin nasib buruk. Hufh... Padahal nama pena kesayangan." Ilene mendesah kasar. Benar ia lelah, ditambah kurang tidur dan lapar, membuat moodnya makin berantakan.

Ilene menutup matanya lagi, mencoba mengusir rasa pusing yang menyerang kepalanya. Membuat kepala Ilene berdenyut-denyut nyeri.

"Kalau si rese balas bikin sakit hati, aku blok. Eh, tapi blok di email gimana ya?"

"Aha! Kayaknya blok bukan cara yang jitu. Aku tahu balas dendam padanya."

Ilene tersenyum licik. Kita lihat saja nanti kau editor rese.

Ilene tersenyum sepanjang memikirkan langkah licik yang akan ia lakukan. Ia langsung search google ide liciknya dan membuat editor rese itu kapok.

"Ahahaha mampus kau. Biar aku senang." Ilene tersenyum seperti orang gila. Dan geleng-geleng terkikik, memikirkan ini membuat perasaannya sedikit lega karena editor itu selalu merusak moodnya.

Ponsel Ilene berdering. Ia langsung menyambar ponselnya dan melihat balasan seperti apa yang editor rese kasih.

KayvanS : Hi Ai. Kalau nggak sibuk, mungkin besok kita jalan? Atau sabtu malam minggu aja?

"Anjirrrr. Bisa-bisanya aku dapat undian gini. Huwaa... Babang Kayvan dedek tunggu. Aku akan berdandan secantik mungkin untuk kamu." Ilene langsung loncat-loncat melihat ajakan dari Kayvan. Ini seperti ia menjumpai berlian di antara tumpukan sampah.

Ilene bukan Irene Red Velvet : Hi 😊😊. Tentu. Yaudah, sabtu malam minggu aja, biar aku lega dikit, nggak mepet waktunya 😊😊.

Ilene langsung mengirimkan pesan, padahal ia ingin mengirimkan emot hati pada Kayvan. Tapi ia tak mau, Kayvan menganggap dirinya perempuan agresif dan Kayvan menilainya perempuan rendahan. Serba salah jadi cewek rupanya. Mau ekspresif, nanti dibilang perempuan gatal, murahan, sundal. Jika diam, ai cowok kadang tak peka seperti telinga badak yang tuli.

Ponsel Ilene bergertar lagi, membaca pesan dari Kayvan membuat moodnya naik dratis. Kayvan adalah moodbooster sejati. Bahkan, Ilene yang tadinya megantuk mendadak terang seterang mentari pagi. 

Tentan : Kamu Berani!

Dear Gigi Kelinci,

Jangan sok-sok, kalau nyatanya tulisan kamu sampah! Tapi sudah sombong, bagus ada yang mau menerima🧐🧐.

Kerjakan saja! Ribuan orang ingin ada di posisimu.

Jangan sombong! Kamu mau saya sumpahin biar jadi perawan tua?

Tertanda,

Moon.

Coba bayangkan wajah Ilene sekarang. Bayangkan wajah pantat ayam yang terbuka-tutup. Bibirnya ia singgung ke atas, ia memutar bola matanya berkali-kali, giginya ia gemertak dan rahangnya ia ketatakan. Tangannya dikepal. Jika editor moon di depannya, Ilene bisa menjamin wajah editor itu langsung bengkok sebelah dan giginya copot sebelah. Dasar editor rese!

"Faaakkkk! Bisa-bisanya ia sumpahin aku jadi perawan tua. Dia itu jadi bujang lapuk." teriak Ilene sambil menutup matanya dengan mata tertutup sempurna, tangan mengepalkan bahkan posisi kuda-kuda untuk menendang orang sekarang.

Ilene membuka matanya. "Eh bentar, tapi aku nggak tahu dia cewek atau cowok. Bodo amat, pokoknya dia bujang lapuk! Editor rese, editor sialan!"

Dengan napas yang berburu, san tangan yang gemetar serta gatal ingin meninju orang kepala yang berdenyut, Ilene membalas email tersebut.

Tentang : 🀬🀬🀬

Woi editor rese,

Ngapaian kau bawa status orang. Ya aku emang jomblo tapi

"Ish ini jawaban bodoh. Pasti dia merasa menang sekarang. Ganti."

Tentang : Revisi πŸ™‚

Hi Moon,

Aduh menusuk sekali katanya. Saya sampai terhura-hura dengan tangan setan Anda.

Baik editor sayang, akan saya laksanakanπŸ€—πŸ€—πŸ€—πŸ€—. Jam berapa batasnya🧐🧐🧐.

Regards,

Gigi Kelinci 🐰🐰

"Anjirr... Bisa-bisanya aku gemetaran karena si sialan ini, kenapa tak mampus aja! Ih, benci bangat dengan manusia seperti ini. Aahhhhh!" Ilene semakin mencak-mencak seperti ular kesiram bensin bukan seperti ikan lele dibiarkan di darat.

Ilene meletakan kepalanya di bantal. Kayvan moodbooster yang menaikan moodnya hilang oleh si rese itu.

Berkali-kali, Ilene menarik napas panjang membuang kekesalan dan kesialannya hari ini. Moon membuat hari-harinya makin buruk.

Ilene melihat ada balasan dari Moon.

Tentang : Revisi

Jam 8 saya tunggu! Harus bagus, kamu terlambat 4 jam! 4 jam, kamu bisa menulis menghasilkan 4000 kata. Itu bisa dibagi 2-3 bab. Kamu suka melakukan kesia-siaan.

Nggak ada telat, jangan banyak alasan!

Tertanda,

Moon

Ilene tak perlu membalas lagi, karena ia hanya perlu mengerjakannya sekarang.

Sebelum kepalanya makin pecah, Ilene keluar dari kamar mencari makana agar ia bisa mengontrol amarahnya. Karena orang yang lapar, amarahnya bisa meningkat.

Ilene melihat ada sayur bening dan ikan asin berserta sambal. Gadis itu makan dalam diam, menikmati setiap tulang-tulang ikan asin hingga habis dan juga beberapa tongkol jangung ia habiskan. Butuh tenaga ekstra menghadapi Moon.

Setelah makan, Ilene langsung bergegas mandi menghilangkan sila dari Moon. Sambil keramas, Ilene terus menyebut nama Moon agar sialnya hilang.

Dan mood Ilene kembali membaik saat Kayvan membalas pesannya. Keduanya saling bertukar pesan, hingga Ilene menyelesaikan revisi untuk editor rese bahkan sebelum jam 8. Sebenarnya bukan benar-benar revisi, karena Ilene punya ide jahil ingin mengerjai editor rese tersebut.

Ilene tersenyum lebar dan puas. Ia yakin, si rese itu akan kejang-kejang karena melihay revisi Ilene yang tak sesuai permintaan. Andai saja editor itu baik dan tak menyebalkan, tentu Ilene akan melayani dengan baik dan sopan.

Ilene makan malam dengan baik. Bahkan bergurau bersama keluarganya terutama bersama kembarannya, dan mereka masuk ke kamar masing-masing. Kecuali ke dua orang tuanya yang masih menonton TV sambil berbincang hangat. Jika tak mendapatkan keluarga sempurna seperti keluarga Azyan, maka orang tuanya sendiri menjadi acuan Ilene untuk berkeluarga nanti.

Kenyang sudah, revisi sudah. Ilene sedikit ada mood untuk menulis sekarang, atau membaca agar ilmunya makin luas hingga ia menulis cerita yang tak terlalu mengada-ada.

Tentang : Peringatan ⚠️⚠️⚠️⚠️

Apa ini?! Kamu mempermainkan saya!

Hukuman kamu berlanjut. Buatkan sampai 5 bab malam ini!

Tertanda,

Moon.

"Hahaha mampus kau! Bodo amat sama revisi." Ilene tertawa puas seperti setan. Gadis itu melihat hasil yang ia kirimkan pada editor moon.

Gambar kartun telanjang. Seperti Spongebob tanpa celana, Patrik tanpa celana. Dan Sandy tupai yang tanpa bra mini miliknya.

"Makan tuh erotis! Itu telanjang 'kan?" maki Ilene dengan senyum puas.

____________________________

Masih terhibur? Ini buat seru-seruan. Bukan dibawa serius, saat kita bekerja sama dengan orang lain. Jangan yaπŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹.

Ikutin keseruanm mereka.

Kira-kira editor moon balas apa? Mereka takkan ada yang saling mengalah, sampai negara api menyerang πŸ€ͺπŸ€ͺπŸ€ͺπŸ€ͺ

See youπŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ega
menghibur banget malah... editor moon perlu dibalas kayanya
goodnovel comment avatar
Dinar Blm Pnya Nm
masih gak kepikiran, segila/sebarΒ² apa tuh si ilene,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status