"Lyan...mau kemana?"
Gadis yang dipanggil Lyan itu menoleh kesal ke arah sahabatnya yang menarik tangannya ketika ia memutuskan untuk segera pergi. Untuk mengubur rasa muaknya.
"Kemana lagi? Ke kantin dong! Aku lapar!"
Ya, kedatangan pria itu, yang ia ketahui bernama Abimana Hattala, seakan langsung menghisap habis energinya dalam pandangan pertama ia kembali melihatnya setelah hampir 8 tahun. Ia pikir ia akan cukup kuat untuk menghadapi takdir yang menyebalkan ini. Ketika pertama kali Deana heboh bercerita padanya bahwa kampus mereka akan kedatangan dosen baru, bergelar doktor dari NTU di Singapura. Seorang dosen muda dan tampan. Dan berdasarkan informasi yang diam-diam mereka korek dari kenalan mereka yang bekerja sebagai salah satu staf administrasi yang bekerja di biro rektorat dan akan bertugas untuk menjemputnya langsung di bandara, kak Bima, calon dosen muda cemerlang itu bernama Abimana Hattala.
Efek seakan petir menyambar ketika mendapat kabar yang tak disangka nyatanya bukan hanya terjadi di sinetron belaka. Ya, dan ia, Lyan Keshwari, juga mengalaminya. Mimpi apa yang lebih buruk ketimbang membayangkan bahwa ia akan bertemu kembali dengan sang pemilik nama yang pernah menorehkan luka dihatinya 8 tahun silam?
Awalnya ia mencoba menguatkan hatinya. Berpikir bahwa waktu 8 tahun kemudian pastilah telah membuatnya baik-baik saja. Pria itu bukan lagi apa-apa baginya. Dan ia akan membuktikannya. Karena itulah dia juga nekat datang, sekaligus mengabulkan keinginan sahabatnya Deana yang juga ingin sekali melihat langsung seperti apa dosen muda baru di kampus mereka pada kedatangan pertamanya. Sepertinya rumor bahwa ia super tampan seperti artis Korea telah menyebar begitu cepat. Karena nyatanya, bukan hanya mereka berdua saja yang tiba ditempat, melainkan hampir sebagian besar spesies yang berlabel mahasiswi di kampus ini, juga berada disini. Hanya untuk melihat langsung sang dosen baru muda dan tampan yang digadang-gadang akan menjadi dosen yang paling difavoritkan di masa depan.
Lalu bagaimana dengan Lyan? Apakah pemikiran awalnya bahwa sejatinya ia telah melupakan pria itu tepat sasaran?
Nyatanya samasekali tidak. Sorot mata dingin nan tajam pria itu justru kembali memperjelas kilasan masa lalu yang sudah hampir ia lupakan.
"Kau suka dengan anak kelas 9 itu? Lyan Keshwari?"
"Yang benar saja? Apa masuk akal kalau orang dewasa seperti aku suka pada bocah ingusan seperti itu? Bisa-bisa aku dianggap ada kelainan!"
"Pedofil maksudmu? Hahahaha...."
"Karena itu, aku hanya mencintaimu saja, A..."
Ctik!
"Lyan! Hey...kau melamun?"
Lyan terjaga dari lamunannya ketika Deana menjentikkan jarinya dihadapannya. Ia melihat sekeliling. Oh, ia baru sadar. Kini mereka sudah dikantin, dan ia tengah duduk disalah satu bangku. Deana sudah menbawakan beberapa makanan dan meletakkannya dimeja. Ia menyerahkan sepotong brownies ke hadapan Lyan.
"Kok aku dibelikan brownies??" protes Lyan sambil menatap tajam brownies itu. Tangan Deana seketika berhenti. "Lho? Kenapa? Bukannya ini kesukaanmu?" tanyanya tak mengerti. Dan ia semakin tidak mengerti dengan nada protes Lyan yang kali ini terdengar berbeda. Ditambah dengan sorot mata tajamnya pada sepotong brownies yang tak bersalah, sepertinya sahabatnya ini menyimpan kebencian disana.
Tetapi...apa...?
"Lyan...?" tegur Deana pelan, dan hati-hati.
"Ahh...aku...kali ini aku nggak mau brownies!" tukas Lyan, mencoba memperbaiki reaksi dan ekspresi wajahnya sambil menolak keras potongan brownies itu ke arah Deana. Namun tak disangka apa yang dilakukannya barusan justru kian menambah luka. Ketika tanpa disengaja tangannya justru menyenggol jatuh majalah Deana yang secara kebetulan membuka sebuah artikel dengan headline yang mengandung sebuah nama yang sangat familiar.
MENGENAL ANARA ARYASENA: BRAND AMBASSADOR BARU ESTELLA SKINCARE
Ya...nama yang terlalu familiar...
Dan seketika ekor mata Lyan bergerak menatap foto seorang wanita secantik dewi yang dipajang besar di halaman itu.
Wajah dan nama lain yang juga tidak akan pernah bisa ia lupakan.
Cukup! Lyan sudah tak tahan lagi ketika menyadari setitik air matanya telah jatuh. Ia beranjak pergi. Untuk sesaat saja, ia ingin melupakan semua ini...
Melupakan ketika brownies pertama buatannya untuk seseorang yang pertamakali mencuri hatinya jatuh begitu saja ketika tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan orang itu dengan seorang wanita, yang ternyata sangat berharga baginya...
"Karena itu, aku hanya mencintaimu saja, Anara..."
***
"Mama...!"Seorang wanita cantik dengan status nyonya di rumah ini seketika menghentikan langkah kakinya ketika mendengar panggilan bersuara malaikat itu. Ia berbalik, balas menatap datar seorang gadis kecil berusia 10 tahun yang menatapnya lirih, dan penuh tanya."Mama mau pergi lagi?" tanyanya sekali lagi. Ia, sang nyonya rumah yang bernama Anara Aryasena, menghela napas berat tidak kentara."Tante, Lila. Tante," ralatnya pada si gadis kecil bernama Lila, putri sulung dirumah ini. Lila menunduk lalu bergumam lirih, "iya, Tante,"Anara tersenyum lega. "Sekarang kembalilah. Lanjut lagi les pianonya" sahutnya sambil memberi kode pada Miss Joseline, guru piano Lila, agar kembali membawa anak itu masuk. Lila pun menurut.Setelah keduanya pergi, Anara kembali berbalik. Ia bersiap berangkat sekarang juga."Tidak seharusnya kau bersikap begitu pada Lila. Bagaimanapun dia masih anak-
"Tell me, what's wrong with you?" desak Deana begitu Lyan kembali ke kantin, duduk dihadapannya dengan wajah sedikit sembap."Cuma teringat masa lalu yang nggak enak aja. Sorry, aku agak emosional tadi. Efek PMS barangkali. But i'm okay now," sahut Lyan."Kau yakin?" tanya Deana skeptis. Ia memperhatikan Lyan yang saat ini justru menghindari kontak mata dengannya. Sahabatnya itu mulai melahap potongan browniesnya. Deana pun memutuskan untuk tak memaksanya bercerita. Ia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan agar berganti suasana."Oh ya Ly, menurutmu gimana tuh, si dosen baru? Ganteng nggak?"Nyatanya, pembicaraan ini tidak benar-benar baru. Setidaknya begitulah bagi Lyan. Ia berhenti mengunyah sesaat. Lalu kembali mengatur ekspresinya agar Deana tak curiga."Biasa aja. Nggak ada yang istimewa," sahutnya datar."Serius?? Cakep gitu! Jenius lagi! Udah S3!" kilah Deana masih tak pua
"Aku benci ditatap orang asing lebih dari 5 detik,"Sorot mata yang mengintimidasi, dan ucapan dengan nada yang dingin dari sesosok mahasiswa yang baru diketahui Lyan adalah Dirga Hadinata. Cowok itu berdiri tegap dihadapannya dan Deana dengan sebelah tangan berada didalam saku jeansnya.Deana hanya menunduk, sambil berkali-kali memberikan kode pada Lyan melalui kakinya agar mereka segera kabur dari situ. Namun nyatanya Lyan justru tak bergeming."Aku juga benci dengan orang yang terlalu baper dengan hanya ditatap lebih dari 5 detik,"Tatapan Dirga berubah. Ia terpana dengan caranya. Masih dengan tatapan yang sama dinginnya. Dan Lyan, ia pun masih bernyali untuk terus menatap Dirga yang menjulang tinggi di hadapannya.Deana yang kini menarik kaus Lyan dari bawah meja, membuat Lyan akhirnya mengalah. Ia pun bangkit sambil menarik tangan Deana."Balik yuk! Ngerjain tugas d
"Jadi, kau ingin berkarir sebagai selebriti secara profesional?" Pram mengusap mulutnya dengan tisu setelah ia menyelesaikan makan malamnya. Di meja hanya ada ia dan juga Anara. Lila sudah lebih dulu tidur.Ia menatap Anara di hadapannya yang juga baru menyelesaikan makan malamnya. Pram melirik piring wanita itu. Ia bahkan hanya makan sedikit namun tetap tidak menghabiskannya. Apa wanita ini sedang berdiet?"Kontrakku dengan Estella tentunya bukan main-main," sahut Anara dingin. Ia menghindar berkontak mata dengan Pram. Ia meneguk air minumnya dengan tenang."Berapa lama kontrakmu?"Anara terdiam sesaat, lalu menjawab, "enam bulan,"Pram menarik napas lega. "Baguslah,""Tapi aku akan membuat mereka memperpanjang kontrakku," tukas Anara cepat. Pram menatapnya tak senang. "Lalu bagaimana dengan Lila? Apa kau mau menelantarkannya?""Bagaimana bisa kau menuduhku m
Lyan mengernyit melihat seseorang yang berdiri didepan pagar kosannya."Ohh, kau si cowok lima detik ya?" gumamnya cuek."Cowok lima detik?" gantian cowok itu yang mengernyit bingung. Ia terlihat keren dengan setelan kasualnya berapa celana jeans rebel dan kaus berpotongan V-neck berwarna beige. Dan semakin bertambah keren dengan tunggangan motor gede yang sepertinya keluaran terbaru.Dialah Dirga Hadinata'Oh, jadi karena inikah dia terkenal?' batin Lyan. Ia teringat percakapannya dengan Deana semalam."Dirga itu terkenal di kampus kita. Dia anak orang kaya, dan jumlah mantannya udah berderet-deret. Tapi denger-denger sih, dia semacam anak yang nggak diakui gitu di keluarganya yang kaya raya itu. Semacam anak haram atau anak gundik ayahnya. Makanya dia tinggal di apartemennya sendiri. Dan sifatnya jadi rebel gitu. Tapi tetep aja banyak yang naksir dan ngantri buat jadi pacarnya. Soa
"Mau jadi pacarku?"Sorak sorai langsung riuh terdengar memenuhi seluruh jagat kantin. Ini benar-benar peristiwa langka karena inilah pertama kalinya seorang Dirga Hadinata langsung nembak cewek didepan umum. Karena biasanya kalau ia baru jadian, nggak ada angin nggak ada hujan, keesokan harinya ia sudah akan langsung menggandeng pacar barunya didepan seluruh mahasiswa, bak pasangan artis yang tengah berjalan di red carpet.Dan ini juga pertama kalinya bagi Dirga memilih seorang cewek yang berbeda dari tipe para mantan pacarnya sebelumnya. Lyan memang cukup cantik, tapi terlalu sederhana dibandingkan para mantan Dirga yang selalu berpenampilan bak selebgram. Bahkan juga cukup aneh bahwa Dirga akhirnya tertarik pada seorang cewek cerdas semacam Lyan. Bukannya semua orang tahu, cowok itu malas belajar. Jelas ia tidak berminat berkencan dengan cewek cerdas yang nantinya akan membuatnya repot karena terus-terusan diminta untuk serius belajar.
8 tahun yang lalu..."Namaku Lyan!" seru Lyan cepat, menjawab pertanyaan seorang pemuda dewasa dihadapannya yang menanyakan namanya dengan ramah."Hmm, namamu cukup unik. Apa itu nama panggilan?"Lyan menggeleng cepat. "Nama lengkapku Lyan Keshwari,"Pemuda itu tersenyum lagi sambil menatap lembut ke arahnya. "Kalau nama kakak? Sudah tahu kan?"Lyan mengangguk. "Abimana Hattala," sahutnya. Ia mengetahuinya dari KTP di dompet Abi yang ia temukan terjatuh di jalan. Demi menemukan sang empunya dompet, Lyan terpaksa membuka isinya demi mencari identitas pemiliknya. Namun alamat yang tertera justru sebuah alamat di luar kota. Karena kebingungan, Lyan pun pergi ke kantor kepala desa untuk melaporkan dompet yang ia temukan. Dan bersyukurnya, orang-orang di kantor kepala desa mengenal sang pemilik dompet. Yang ternyata salah satu mahasiswa yang sedang ikut kegiatan volunteering di desa mereka. Ya, desa mere
Abi tersenyum sambil memegangi dompet yang kini telah kembali ke tangannya. Bukan senang karena dompetnya telah kembali, melainkan terkesan dengan gadis kecil yang telah mengembalikan dompetnya meskipun ia bisa saja menyimpannya untuk dirinya sendiri. Ada beberapa ratus ribu di dompet itu, dan tak satu lembar pun yang hilang. Ya, Abi mengagumi kejujuran anak itu serta usahanya demi menemukan dirinya sebagai pemilik dompet."Wahh... akhirnya ketemu juga ya sayang. Dapat dimana?"Abi melirik seorang gadis disampingnya yang sedang bergelayut manja di lengannya yang kini ikut memperhatikan dompetnya.Anara. Kekasihnya.Abi mengusap lembut rambut Anara."Dibalikin sama anak kecil,"Anara mendongak. "Anak kecil? Serius? Tumben masih ada anak yang sejujur itu ya di zaman sekarang,"Abi menggumam setuju sambil tersenyum lagi.