Share

Chapter 3: ANARA ARYASENA

"Mama...!"

Seorang wanita cantik dengan status nyonya di rumah ini seketika menghentikan langkah kakinya ketika mendengar panggilan bersuara malaikat itu. Ia berbalik, balas menatap datar seorang gadis kecil berusia 10 tahun yang menatapnya lirih, dan penuh tanya.

"Mama mau pergi lagi?" tanyanya sekali lagi. Ia, sang nyonya rumah yang bernama Anara Aryasena, menghela napas berat tidak kentara. 

"Tante, Lila. Tante," ralatnya pada si gadis kecil bernama Lila, putri sulung dirumah ini. Lila menunduk lalu bergumam lirih, "iya, Tante,"

Anara tersenyum lega. "Sekarang kembalilah. Lanjut lagi les pianonya" sahutnya sambil memberi kode pada Miss Joseline, guru piano Lila, agar kembali membawa anak itu masuk. Lila pun menurut.

Setelah keduanya pergi, Anara kembali berbalik. Ia bersiap berangkat sekarang juga.

"Tidak seharusnya kau bersikap begitu pada Lila. Bagaimanapun dia masih anak-anak," tegur seseorang dengan nada tegas dan dingin. Anara mengutuk kesal didalam hatinya. Ia selalu benci mendengar suara ini. Suara mimpi buruknya selamanya. Namun ia memberanikan diri menatap sang pemilik suara sinis. Pria dengan status Tuan rumah yang bernama Pramudya Sanjaya. Seorang pengusaha tekstil sekaligus merangkap sebagai anggota dewan di provinsi Sumatera Selatan ini 

"Lila harus terbiasa. Dia harus selalu ingat kalau aku bukan ibunya,"

"Tapi kalian tetap memiliki darah yang sama," tukas pria itu lagi, membuat Anara langsung menatapnya sengit. Sementara Pram masih menatapnya tenang.

Anara memalingkan wajahnya. "Sudahlah! Aku tak mau berdebat denganmu,"

"Pastikan kau kembali untuk makan malam," ujar Pram lagi.

"Berhentilah mengurusiku. Lebih baik cepat hadiri rapat dewanmu," tukas Anara kesal.

"Wah, akhirnya kau perhatian juga. Kau mengingat jadwal rapatku. Catat kalau perlu, hari ini kau melakukan tugasmu sebagai istri dengan baik,"

Ucapan itu jelas terasa bagai sindiran bagi Anara. Ia benci label itu. 

Istri.

Ibu.

5 tahun menyandang gelar yang tak pernah ia inginkan karena sebuah pernikahan yang dipaksakan orang tuanya pada seorang pria berstatus duda beranak satu yang sebelumnya justru bergelar kakak iparnya. Mimpi apa yang lebih buruk daripada ini?

Dari sekian banyak wanita yang ada didunia ini, kenapa harus ia yang dipilih pria itu sebagai pengganti istrinya? Kenapa harus ia yang dipaksa orang tuanya agar hubungan baik antara keluarga Aryasena dan Sanjaya tetap terjaga?

"Biarkan Pak Wira mengantarmu," 

Anara menggeleng cepat. "Tak perlu. Aku akan naik mobilku sendiri,"

Anara melangkah cepat. Ia tak peduli lagi apakah pria berstatus suaminya itu masih membalas perkataannya atau tidak. Diluar mobilnya sudah menunggu. Ia pun segera melesat pergi dan tak berencana untuk cepat kembali hari ini. Kalau perlu, ia tak ingin kembali lagi...

Sekitar satu kilometer dari rumahnya, ia berbelok ke sebuah jalan kecil, menyepikan mobilnya sebentar. Kemudian menangis. 

Menangisi segalanya.

Menangisi nasib sialnya. Menangisi pernikahan tersembunyinya. Bahkan, menangisi kematian kakaknya.

Ya, segalanya tidak akan seperti ini kalau saja kakaknya tidak pergi begitu cepat dari dunia ini. Amira Aryasena, kakaknya satu-satunya, istri pertama Pram, meninggal secara tiba-tiba 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan. Meninggalkan Lila yang masih berumur 5 tahun. Anak kecil itu jadi sulit ditangani sejak kematian ibunya yang mendadak. Ditambah lagi Pram yang frustrasi dan justru lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah. Membuat keluarga besar Sanjaya memutuskan mereka membutuhkan pengganti Amira, baik sebagai istri bagi Pram, ataupun ibu bagi Lila.

Namun siapa sangka, Anara yang saat itu berniat melanjutkan studinya di Singapura, justru malah diminta, atau lebih tepatnya dipaksa untuk menikah dengan Pram. Tentu saja itu mimpi buruk baginya. Bagaimana bisa ia menikahi kakak iparnya sendiri? Dan lagi, di usia itu, ia baru saja membangun mimpinya untuk menjadi seorang desainer produk yang handal. Pernikahan itu, tentu saja akan merenggut mimpinya.

Namun karena paksaan kedua orangtuanya, dan nalurinya sebagai bibi yang kasihan melihat keadaan keponakan satu-satunya, ia pun akhirnya menyetujuinya. Dengan syarat, pernikahan ini harus tetap disembunyikan dari khalayak ramai. Anara tidak mau dikenal sebagai istri pengganti kakaknya. Baginya itu terdengar seperti aib. Dan Pram juga meminta syarat, bahwa ia harus menghentikan karirnya dan fokus mengurus Lila. Tentunya Anara tidak perlu mengkhawatirkan masalah finansial. Pram menjamin kehidupannya akan seperti ratu di rumah mewahnya.

Ya, ratu boneka. Begitulah kenyataannya.

5 tahun sudah cukup untuk Lila mulai memahami kepergian ibu kandungnya. Dan usia 10 tahun sudah cukup bagi Anara untuk meminta anak itu berhenti memanggilnya ibu. Lima tahun ini sudah cukup. Anara ingin kembali mendapatkan hidupnya. Ia sudah memulai rencananya sejak setahun yang lalu. Karena Pram melarangnya berkarir diluar, ia pun mulai rajin mengekspos kecantikan dan kemewahan hidupnya di dunia maya. Hingga tanda centang biru berhasil ia dapatkan di akun media sosialnya yang kini sudah memiliki jutaan pengikut. Statusnya pun berubah menjadi selebgram. Berbagai endorsement produk ia terima. Pram tak marah karena ia pikir Anara hanya membutuhkan 'mainan baru' untuk mengatasi kebosanannya. 

Hingga akhirnya, salah satu brand skincare premium di negara ini, Estella, memintanya untuk menjadi brand ambassador salah satu produk terbaru mereka. Tanpa pikir panjang, Anara langsung menandatangani kontraknya. Estella merupakan perusahaan besar, tentu saja lebih besar daripada perusahaan Pram. Tidak peduli sebesar apapun kemarahan pria itu nantinya, tetap saja ia tak punya kuasa untuk meminta pihak Estella membatalkan kontrak istrinya.

Inilah cara Anara untuk kembali mendapatkan hidupnya. Perlahan-lahan meninggalkan kehidupan ratu-nya di rumah besar itu. Membangun kembali karirnya meski di bidang yang berbeda. Membuat Lila membiasakan dirinya agar berhenti memanggilnya ibu. Karena ia berencana untuk berhenti menjadi ibu bagi gadis kecil itu. Dan juga, berhenti menjadi istri Pram.

Cerai.

Ya, satu kata dengan lima huruf yang akan mulai diperjuangkannya. Tidak peduli apa kata dunia. Ini demi dirinya. Demi hidupnya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status