Share

Chapter 5: NEW CRUSH (2)

"Aku benci ditatap orang asing lebih dari 5 detik,"

Sorot mata yang mengintimidasi, dan ucapan dengan nada yang  dingin dari sesosok mahasiswa yang baru diketahui Lyan adalah Dirga Hadinata. Cowok itu berdiri tegap dihadapannya dan Deana dengan sebelah tangan berada didalam saku jeansnya.

Deana hanya menunduk, sambil berkali-kali memberikan kode pada Lyan melalui kakinya agar mereka segera kabur dari situ. Namun nyatanya Lyan justru tak bergeming.

"Aku juga benci dengan orang yang terlalu baper dengan hanya ditatap lebih dari 5 detik,"

Tatapan Dirga berubah. Ia terpana dengan caranya. Masih dengan tatapan yang sama dinginnya. Dan Lyan, ia pun masih bernyali untuk terus menatap Dirga yang menjulang tinggi di hadapannya. 

Deana yang kini menarik kaus Lyan dari bawah meja, membuat Lyan akhirnya mengalah. Ia pun bangkit sambil menarik tangan Deana.

"Balik yuk! Ngerjain tugas di kosan aku aja, gimana?" tawar Lyan.

"Oke!" sahut Deana cepat dan antusias. 

"Hey!" tegur Dirga begitu Lyan dan Deana berbalik meninggalkan dirinya. Langkah Lyan terhenti. Ia kembali berbalik.

"Siapa namamu?" tanya Dirga 

Lyan mendengus kesal. "Tanyakan aja ke para dosen. Aku lumayan terkenal," sahutnya asal. Namun sebetulnya itu memang benar. Lyan dikenal sebagai salah satu mahasiswi yang jenius. Namun, ia berbeda dengan mahasiswa jenius kebanyakan. Karena itulah ia cukup terkenal di kalangan para dosen. 

Lyan kembali berbalik dan mulai melangkah pergi bersama Deana.

"Kau nggak akan lepas dariku," ujar Dirga lagi. Namun Lyan terus melangkah. Mengabaikannya.

***

"Perkenalkan, ini cucu saya, Retania," 

Abi mengulurkan tangannya dan gadis muda dihadapannya langsung membalas uluran tangannya sambil tersenyum manis. Abi pun membalas senyuman manisnya.

Dihadapannya kini adalah Retania Gunardi, cucu Profesor Royyan dan juga salah satu mahasiswi terbaik di kampus ini. Ia sangat cantik dan cerdas tentunya. Ia juga dikenal memiliki attitude yang baik. Selain itu, ia mulai menapaki karirnya sebagai model. Karena itulah Abi pikir, sosok Retania sangat cocok untuk menjadi icon universitas mereka. 

"Pak Abi bilang kamu cocok untuk mempromosikan kampus kita," ujar Pak Royyan pada cucunya. Retania sedikit terkejut, ia menatap Abi yang langsung tersenyum padanya, kemudian menoleh kembali pada kakeknya dengan malu-malu.

"Apa nggak salah kek? Masih banyak yang lebih bagus daripada Reta," sahut Retania lembut.

"Tidak. Kakek rasa yang dikatakan Pak Abi benar. Cucuku lah yang terbaik," Profesor Royyan terkekeh bangga.

"Kalau begitu sebaiknya kita tidak usah menunggu lama-lama. Mari kita siapkan konsep promosinya," usul Abi.

"Ah, tunggu sebentar, Pak Abi. Saya mendapat ide lain," tukas Profesor Royyan.

"Ya, Pak?"

"Bagaimana kalau Pak Abi juga menjadi icon? Berpasangan dengan Retania?"

Abi terkejut, begitu juga Retania.

"Kalian akan cocok. Retania sebagai icon mahasiswa terbaik. Dan Pak Abi sebagai dosen terbaik,"

Retania menatap Abi berbinar. Ia sangat menyukai ide ini.

"Wah, Pak. Saya bahkan belum mulai mengajar. Rasanya berlebihan kalau saya langsung dijadikan sebagai icon terbaik,"

Profesor Royyan menggeleng. "Saya percaya pada kemampuan anda, Pak Abi. Jadi bagaimana?"

Abi menarik napas sebentar. Ia menatap Profesor Royyan dan Retania bergantian. Terutama Retania yang menatap penuh harap padanya.

"Baiklah. Saya bersedia," sahut Abi akhirnya. Profesor Royyan dan Retania tersenyum puas. 

Setelah ngobrol selama beberapa menit, mendadak Retania pamit. Namun ketika bersalaman dengan Abi, diam-diam ia menyelipkan sebuah kertas kecil di tangan pria itu. Abi tersenyum tidak kentara. Karena tentu saja ia tahu kertas apa itu.

Kontak pribadi Retania.

Semuanya berjalan sesuai rencana. Abi akhirnya mendapatkan perhatian dari satu-satunya mahasiswi yang paling ia inginkan di kampus ini. Retania Gunardi.

***

"Berhenti menghubungiku!" hardik Retania begitu ia berhasil menemui sang pemberi pesan ketika ia tengah bersama kakeknya dan dosen muda baru itu.

Dihadapannya, cowok itu masih menatapnya datar sambil menghembuskan asap rokoknya. Retania menatapnya muak.

"Ini yang terakhir kali," ucap cowok itu.

Retania tertawa sinis. "Kau yakin? Apa kau menemukan korban baru lagi?" tanyanya sambil bersedekap. Ia menatap remeh cowok dihadapannya.

"Nggak akan bisa disebut korban," sahut cowok itu.

"Oh ya? Seingatku, berapa kalipun kau gonta ganti pasangan, kau tetap nggak bisa lepas dariku,"

"Kali ini beda. Karena tatapan matanya lebih menarik daripada matamu,"

Retania berdecih. "Jadi kau repot-repot memanggilku kesini cuma mau pamer?"

Cowok itu mengangkat bahu. "Cuma mau ucapin salam perpisahan pada calon mantan partner tersayangku,"

Retania tertawa sinis sekali lagi. "Asal kau tau, aku juga menemukan gebetan baru. Kupastikan dia jauh lebih baik darimu,"

"Wah, bagus dong kalau gitu. Kenapa nggak kita rayakan aja sekarang? Mau dimana? Di kamarku atau sewa hotel lagi?"

"Brengsek kau, Dirga!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status