"Aku benci ditatap orang asing lebih dari 5 detik,"
Sorot mata yang mengintimidasi, dan ucapan dengan nada yang dingin dari sesosok mahasiswa yang baru diketahui Lyan adalah Dirga Hadinata. Cowok itu berdiri tegap dihadapannya dan Deana dengan sebelah tangan berada didalam saku jeansnya.
Deana hanya menunduk, sambil berkali-kali memberikan kode pada Lyan melalui kakinya agar mereka segera kabur dari situ. Namun nyatanya Lyan justru tak bergeming.
"Aku juga benci dengan orang yang terlalu baper dengan hanya ditatap lebih dari 5 detik,"
Tatapan Dirga berubah. Ia terpana dengan caranya. Masih dengan tatapan yang sama dinginnya. Dan Lyan, ia pun masih bernyali untuk terus menatap Dirga yang menjulang tinggi di hadapannya.
Deana yang kini menarik kaus Lyan dari bawah meja, membuat Lyan akhirnya mengalah. Ia pun bangkit sambil menarik tangan Deana.
"Balik yuk! Ngerjain tugas di kosan aku aja, gimana?" tawar Lyan.
"Oke!" sahut Deana cepat dan antusias.
"Hey!" tegur Dirga begitu Lyan dan Deana berbalik meninggalkan dirinya. Langkah Lyan terhenti. Ia kembali berbalik.
"Siapa namamu?" tanya Dirga
Lyan mendengus kesal. "Tanyakan aja ke para dosen. Aku lumayan terkenal," sahutnya asal. Namun sebetulnya itu memang benar. Lyan dikenal sebagai salah satu mahasiswi yang jenius. Namun, ia berbeda dengan mahasiswa jenius kebanyakan. Karena itulah ia cukup terkenal di kalangan para dosen.
Lyan kembali berbalik dan mulai melangkah pergi bersama Deana.
"Kau nggak akan lepas dariku," ujar Dirga lagi. Namun Lyan terus melangkah. Mengabaikannya.
***
"Perkenalkan, ini cucu saya, Retania,"
Abi mengulurkan tangannya dan gadis muda dihadapannya langsung membalas uluran tangannya sambil tersenyum manis. Abi pun membalas senyuman manisnya.
Dihadapannya kini adalah Retania Gunardi, cucu Profesor Royyan dan juga salah satu mahasiswi terbaik di kampus ini. Ia sangat cantik dan cerdas tentunya. Ia juga dikenal memiliki attitude yang baik. Selain itu, ia mulai menapaki karirnya sebagai model. Karena itulah Abi pikir, sosok Retania sangat cocok untuk menjadi icon universitas mereka.
"Pak Abi bilang kamu cocok untuk mempromosikan kampus kita," ujar Pak Royyan pada cucunya. Retania sedikit terkejut, ia menatap Abi yang langsung tersenyum padanya, kemudian menoleh kembali pada kakeknya dengan malu-malu.
"Apa nggak salah kek? Masih banyak yang lebih bagus daripada Reta," sahut Retania lembut.
"Tidak. Kakek rasa yang dikatakan Pak Abi benar. Cucuku lah yang terbaik," Profesor Royyan terkekeh bangga.
"Kalau begitu sebaiknya kita tidak usah menunggu lama-lama. Mari kita siapkan konsep promosinya," usul Abi.
"Ah, tunggu sebentar, Pak Abi. Saya mendapat ide lain," tukas Profesor Royyan.
"Ya, Pak?"
"Bagaimana kalau Pak Abi juga menjadi icon? Berpasangan dengan Retania?"
Abi terkejut, begitu juga Retania.
"Kalian akan cocok. Retania sebagai icon mahasiswa terbaik. Dan Pak Abi sebagai dosen terbaik,"
Retania menatap Abi berbinar. Ia sangat menyukai ide ini.
"Wah, Pak. Saya bahkan belum mulai mengajar. Rasanya berlebihan kalau saya langsung dijadikan sebagai icon terbaik,"
Profesor Royyan menggeleng. "Saya percaya pada kemampuan anda, Pak Abi. Jadi bagaimana?"
Abi menarik napas sebentar. Ia menatap Profesor Royyan dan Retania bergantian. Terutama Retania yang menatap penuh harap padanya.
"Baiklah. Saya bersedia," sahut Abi akhirnya. Profesor Royyan dan Retania tersenyum puas.
Setelah ngobrol selama beberapa menit, mendadak Retania pamit. Namun ketika bersalaman dengan Abi, diam-diam ia menyelipkan sebuah kertas kecil di tangan pria itu. Abi tersenyum tidak kentara. Karena tentu saja ia tahu kertas apa itu.
Kontak pribadi Retania.
Semuanya berjalan sesuai rencana. Abi akhirnya mendapatkan perhatian dari satu-satunya mahasiswi yang paling ia inginkan di kampus ini. Retania Gunardi.
***
"Berhenti menghubungiku!" hardik Retania begitu ia berhasil menemui sang pemberi pesan ketika ia tengah bersama kakeknya dan dosen muda baru itu.
Dihadapannya, cowok itu masih menatapnya datar sambil menghembuskan asap rokoknya. Retania menatapnya muak.
"Ini yang terakhir kali," ucap cowok itu.
Retania tertawa sinis. "Kau yakin? Apa kau menemukan korban baru lagi?" tanyanya sambil bersedekap. Ia menatap remeh cowok dihadapannya.
"Nggak akan bisa disebut korban," sahut cowok itu.
"Oh ya? Seingatku, berapa kalipun kau gonta ganti pasangan, kau tetap nggak bisa lepas dariku,"
"Kali ini beda. Karena tatapan matanya lebih menarik daripada matamu,"
Retania berdecih. "Jadi kau repot-repot memanggilku kesini cuma mau pamer?"
Cowok itu mengangkat bahu. "Cuma mau ucapin salam perpisahan pada calon mantan partner tersayangku,"
Retania tertawa sinis sekali lagi. "Asal kau tau, aku juga menemukan gebetan baru. Kupastikan dia jauh lebih baik darimu,"
"Wah, bagus dong kalau gitu. Kenapa nggak kita rayakan aja sekarang? Mau dimana? Di kamarku atau sewa hotel lagi?"
"Brengsek kau, Dirga!"
***
"Jadi, kau ingin berkarir sebagai selebriti secara profesional?" Pram mengusap mulutnya dengan tisu setelah ia menyelesaikan makan malamnya. Di meja hanya ada ia dan juga Anara. Lila sudah lebih dulu tidur.Ia menatap Anara di hadapannya yang juga baru menyelesaikan makan malamnya. Pram melirik piring wanita itu. Ia bahkan hanya makan sedikit namun tetap tidak menghabiskannya. Apa wanita ini sedang berdiet?"Kontrakku dengan Estella tentunya bukan main-main," sahut Anara dingin. Ia menghindar berkontak mata dengan Pram. Ia meneguk air minumnya dengan tenang."Berapa lama kontrakmu?"Anara terdiam sesaat, lalu menjawab, "enam bulan,"Pram menarik napas lega. "Baguslah,""Tapi aku akan membuat mereka memperpanjang kontrakku," tukas Anara cepat. Pram menatapnya tak senang. "Lalu bagaimana dengan Lila? Apa kau mau menelantarkannya?""Bagaimana bisa kau menuduhku m
Lyan mengernyit melihat seseorang yang berdiri didepan pagar kosannya."Ohh, kau si cowok lima detik ya?" gumamnya cuek."Cowok lima detik?" gantian cowok itu yang mengernyit bingung. Ia terlihat keren dengan setelan kasualnya berapa celana jeans rebel dan kaus berpotongan V-neck berwarna beige. Dan semakin bertambah keren dengan tunggangan motor gede yang sepertinya keluaran terbaru.Dialah Dirga Hadinata'Oh, jadi karena inikah dia terkenal?' batin Lyan. Ia teringat percakapannya dengan Deana semalam."Dirga itu terkenal di kampus kita. Dia anak orang kaya, dan jumlah mantannya udah berderet-deret. Tapi denger-denger sih, dia semacam anak yang nggak diakui gitu di keluarganya yang kaya raya itu. Semacam anak haram atau anak gundik ayahnya. Makanya dia tinggal di apartemennya sendiri. Dan sifatnya jadi rebel gitu. Tapi tetep aja banyak yang naksir dan ngantri buat jadi pacarnya. Soa
"Mau jadi pacarku?"Sorak sorai langsung riuh terdengar memenuhi seluruh jagat kantin. Ini benar-benar peristiwa langka karena inilah pertama kalinya seorang Dirga Hadinata langsung nembak cewek didepan umum. Karena biasanya kalau ia baru jadian, nggak ada angin nggak ada hujan, keesokan harinya ia sudah akan langsung menggandeng pacar barunya didepan seluruh mahasiswa, bak pasangan artis yang tengah berjalan di red carpet.Dan ini juga pertama kalinya bagi Dirga memilih seorang cewek yang berbeda dari tipe para mantan pacarnya sebelumnya. Lyan memang cukup cantik, tapi terlalu sederhana dibandingkan para mantan Dirga yang selalu berpenampilan bak selebgram. Bahkan juga cukup aneh bahwa Dirga akhirnya tertarik pada seorang cewek cerdas semacam Lyan. Bukannya semua orang tahu, cowok itu malas belajar. Jelas ia tidak berminat berkencan dengan cewek cerdas yang nantinya akan membuatnya repot karena terus-terusan diminta untuk serius belajar.
8 tahun yang lalu..."Namaku Lyan!" seru Lyan cepat, menjawab pertanyaan seorang pemuda dewasa dihadapannya yang menanyakan namanya dengan ramah."Hmm, namamu cukup unik. Apa itu nama panggilan?"Lyan menggeleng cepat. "Nama lengkapku Lyan Keshwari,"Pemuda itu tersenyum lagi sambil menatap lembut ke arahnya. "Kalau nama kakak? Sudah tahu kan?"Lyan mengangguk. "Abimana Hattala," sahutnya. Ia mengetahuinya dari KTP di dompet Abi yang ia temukan terjatuh di jalan. Demi menemukan sang empunya dompet, Lyan terpaksa membuka isinya demi mencari identitas pemiliknya. Namun alamat yang tertera justru sebuah alamat di luar kota. Karena kebingungan, Lyan pun pergi ke kantor kepala desa untuk melaporkan dompet yang ia temukan. Dan bersyukurnya, orang-orang di kantor kepala desa mengenal sang pemilik dompet. Yang ternyata salah satu mahasiswa yang sedang ikut kegiatan volunteering di desa mereka. Ya, desa mere
Abi tersenyum sambil memegangi dompet yang kini telah kembali ke tangannya. Bukan senang karena dompetnya telah kembali, melainkan terkesan dengan gadis kecil yang telah mengembalikan dompetnya meskipun ia bisa saja menyimpannya untuk dirinya sendiri. Ada beberapa ratus ribu di dompet itu, dan tak satu lembar pun yang hilang. Ya, Abi mengagumi kejujuran anak itu serta usahanya demi menemukan dirinya sebagai pemilik dompet."Wahh... akhirnya ketemu juga ya sayang. Dapat dimana?"Abi melirik seorang gadis disampingnya yang sedang bergelayut manja di lengannya yang kini ikut memperhatikan dompetnya.Anara. Kekasihnya.Abi mengusap lembut rambut Anara."Dibalikin sama anak kecil,"Anara mendongak. "Anak kecil? Serius? Tumben masih ada anak yang sejujur itu ya di zaman sekarang,"Abi menggumam setuju sambil tersenyum lagi.
"Ly... kenapa nangis?" tanya Deana cemas melihat Lyan yang berdiri didepan pintunya sambil berurai air mata. Sekian lama bersahabat dengan Lyan, baru kali ini ia melihat Lyan menangis. Deana mulai berpikir macam-macam. Apakah pernyataan cinta Dirga membuat Lyan di bully para penggemar fanatiknya? Apa mereka menghinanya? Menyakitinya secara fisik karena merasa tak terima?Deana merasa miris melihat Lyan yang seperti ini. Meskipun belum tahu pasti apa penyebabnya kesedihan Lyan, namun Deana serasa ingin menangis bersamanya."Ma...maaf De, a...aku... nggak bawa...buah untukmu..." sahut Lyan sambil sesenggukan. Ia sibuk mengusap air matanya yang tak henti mengalir.Deana memeluknya. "Nggak perlu pikirin itu. Lagian aku juga udah mulai enakan. Yuk masuk dulu. Kamu tenangin diri didalam,"Lyan mengangguk. Deana menuntunnya masuk lalu segera menutup pintu. Lyan segera duduk di tepi kasur sementara Deana mengambilkan segela
Abi masih tidak bisa berhenti memikirkan Lyan. Di satu sisi ia terpana, Lily-nya telah tumbuh dewasa dan cantik meskipun hanya berpakaian kasual ala mahasiswa. Namun, sorot matanya tidak lagi ceria. Atau, apa tatapan itu hanya ditujukan padanya saja?Abi menggeliat gelisah. Pertemuan kembali dengan Lyan yang tak terduga telah mengubah fokusnya untuk sesaat. Ia menatap nomor ponsel Retania yang telah ia simpan. Bukankah seharusnya ia langsung saja mendekati gadis ini dengan gencar sesuai rencananya? Namun entah kenapa ia mulai tidak tertarik. Meskipun ternyata aslinya Retania begitu cantik.Ia mulai iseng membuka akun sosial medianya. Dan tiba-tiba terpikir untuk mencari akun Lyan. Tak butuh waktu lama, dalam beberapa detik, ia berhasil menemukannya. Sebuah akun bernama Lyan Keshwari. Abi tersenyum menatap foto profilnya yang ceria. Namun sayang, akunnya terkunci. Tanpa pikir panjang, Abi langsung meng-klik tombol permohonan pertemanan.***
"Pasti sengaja, kan?"Lyan dan Deana kompak menengadah, membatalkan suapan mereka begitu mendengar suara yang familiar ini. Dihadapan mereka, Dirga berdiri menjulang dan menatap lurus ke arah Lyan.Lyan memperhatikan sekeliling. Seisi kantin sibuk berbisik-bisik memperhatikan mereka. Ia menghela napas berat. Lagi-lagi cowok di hadapannya ini suka sekali berulah dengan membuat drama. Dan Lyan benci sekali ini.Lyan melirik Deana sekilas. Sahabatnya itu tampak menatap cemas ke arahnya. Kemudian Lyan kembali beralih menatap Dirga."Apa maksudmu sengaja?" tanya Lyan pura-pura tidak mengerti. Sedikit banyak, dia tahu apa yang dimaksud Dirga."Akun sosmedmu. Kenapa mendadak isinya kosong semua? Bahkan foto profilmu pun nggak ada," protes Dirga."Kan terserah aku. Itu akunku. Lagian aku udah konfirmasi akunmu. Apalagi yang kurang?" sahut Lyan santai.Dirga berdecak k