Share

Chapter 6: UNWANTED FATE

"Jadi, kau ingin berkarir sebagai selebriti secara profesional?" Pram mengusap mulutnya dengan tisu setelah ia menyelesaikan makan malamnya. Di meja hanya ada ia dan juga Anara. Lila sudah lebih dulu tidur. 

Ia menatap Anara di hadapannya yang juga baru menyelesaikan makan malamnya. Pram melirik piring wanita itu. Ia bahkan hanya makan sedikit namun tetap tidak menghabiskannya. Apa wanita ini sedang berdiet?

"Kontrakku dengan Estella tentunya bukan main-main," sahut Anara dingin. Ia menghindar berkontak mata dengan Pram. Ia meneguk air minumnya dengan tenang.

"Berapa lama kontrakmu?"

Anara terdiam sesaat, lalu menjawab, "enam bulan,"

Pram menarik napas lega. "Baguslah,"

"Tapi aku akan membuat mereka memperpanjang kontrakku," tukas Anara cepat. Pram menatapnya tak senang. "Lalu bagaimana dengan Lila? Apa kau mau menelantarkannya?"

"Bagaimana bisa kau menuduhku menelantarkannya? Aku sudah membesarkan Lila dengan baik, sesuai keinginanmu. Apa lagi maumu?!" Anara mulai berubah sengit.

Pram terdiam sejenak. Ia menatap langsung mata Anara dalam-dalam.

"Berbahagialah denganku,"

Anara terhenyak. Pram masih menatapnya lurus. Anara  mulai merasa goyah sekarang. Ia menggelengkan kepalanya pelan. 

"Nggak akan bisa..." lirihnya.

"Bisa. Asal kau mau melupakan bahwa aku ini kakak iparmu. Ingatlah bahwa aku sekarang adalah suamimu,"

Anara memalingkan wajahnya. Ia selalu benci diingatkan dengan fakta ini. Bahwa ia hanyalah istri pengganti kakaknya. Dan pengorbanan ini telah merenggut kehidupan indahnya, impiannya, dan juga cinta sejatinya...

"Jangan bilang kau terus-terusan seperti ini karena kau masih belum juga bisa melupakan pria itu," Pram mulai menggeram.

Anara bangkit. "Berhenti menyebutnya dengan pria itu. Dia punya nama,"

Anara tidak tahu lagi bagaimana reaksi Pram setelahnya. Ia tidak peduli. Ia langsung masuk ke kamarnya. Ya, kamarnya sendiri. Meskipun suami istri, namun sudah lama sekali Anara dan Pram pisah ranjang. Pernikahan yang dipaksakan ini pada dasarnya terasa hambar bagi mereka berdua. Anara sendiri tak keberatan dengan Pram yang kadang jarang pulang, menghabiskan malamnya dengan wanita lain di luar sana. Ia hanya mengingatkan agar tidak pernah membawa wanita-wanita itu kerumah demi kebaikan Lila. Bagaimanapun, Anara tentu saja masih peduli pada keponakan tunggalnya itu. Karena itu ia berusaha berperan sebagai ibu yang baik bagi Lila. Untuk hal ini, ia bersedia menggantikan kakaknya meskipun ia tahu posisi kakaknya sebagai ibu kandung Lila tentu saja tidak akan pernah terganti.

Ya, ia hanya bersedia berperan sebagai ibu pengganti bagi Lila. Bukan istri pengganti bagi Pram.

Namun ia harus mengakhiri semua ini. Lila tidak cukup menjadi alasan baginya untuk tetap bertahan dengan kehidupan yang tidak ia inginkan ini. Ia menginginkan kembali kebebasan hidupnya. Untuk memiliki karir impiannya, sekaligus menemukan kembali cinta sejatinya.

Anara menekan sebuah nomor yang selalu ingin di hubunginya.

"Jadi? Bagaimana? Apa dia masih di Singapura? Apa dia memutuskan untuk berkarir disana?"

"Calm down, babe. Hari ini seluruhnya berita baik untukmu,"

Anara mulai tersenyum cerah. "Benarkah? Jadi, bagaimana dia?"

"Berdasarkan informasi yang eike dapat, your handsome man balik ke Indonesia,"

"Benarkah?!"

"Yup! Dan ada satu berita baik lagi buatmu, babe,"

"Apa??" Anara makin tak sabar.

"Dia justru ada di Palembang. Dia jadi dosen baru di Universitas Bina Darma,"

Anara menutup mulutnya tak percaya. Air matanya bahkan mulai menetes. Ia tak menyangka. Namun ia sangat sangat bahagia. Barangkali Tuhan mempermudah jalannya. Ia tak perlu repot-repot menyusul pria itu ke Singapura. Karena ternyata dia justru berada disini. Bahkan mungkin untuk waktu yang lama.

"Hehehe, pasti lagi happy banget kan cyinn? Jangan lupa ya tas LV terbaru keinginan eike,"

Anara terkekeh sambil mengusap air matanya. "Anything for you, sista,"

Sementara itu, Pram yang berdiri didepan pintu kamar Anara yang setengah terbuka, terpaksa menelan kekecewaan. Rasa kecewa untuk sekian kalinya. Ia selalu ingin melihat senyum bahagia itu di wajah Anara. Bahagia karena dirinya. Namun bahkan hingga saat ini semuanya terasa mustahil. Bahkan setelah lima tahun pernikahan mereka, alasan kebahagiaan Anara masih sama. Masih saja pria itu, yang ia tidak mau menyebutkan namanya seakan-akan ia tak bernama. 

Mantan kekasih Anara selama bertahun-tahun. Pria yang bernama Abimana Hattala.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status