Share

Chapter 4 : Cerita Bibi

Beberapa hari sejak kepulangan Nara dari China, dia belum sempat bertemu dengan Dion kekasihnya. Kesibukannya dalam menggantikan Nanda membuat dia tidak memiliki waktu untuk mengunjungi kekasihnya itu. Dan hal itu sukses membuat mood Dion beberapa hari ini memburuk. Sebagai gantinya dia menjadikan Wina pelampiasannya.

"Dion, kau benar-benar membuatku gila." Wina sudah memaki Dion dengan sumpah serapah sejak kemarin sore, namun yang bersangkutan masih belum juga sadar. Wina dan Dion memang dekat karena Wina adalah artis pertama di agensi milik Dion.

"Aku merindukan adikmu Win," Dion mengusap wajahnya kasar.

"Astaga kau bahkan masih berbalas pesan dengannya, bagaimana mungkin kau bisa segila ini?" Wina benar-benar dibuat kesal dengan kelakuan atasannya. Sejak Nara sibuk dan mereka jarang bertemu, Dion setiap hari hanya merajuk dan uring-uringan tidak jelas. Semua pekerjaannya menjadi berantakan karena atasannya yang tidak bisa diajak profesional itu.

"Kau tau sendiri kan aku tidak bisa tanpa Nara," ucap Dion dengan nada memelas.

"Kalau begitu hubungi dia sekarang. Kurasa kak Nanda akan tiba siang ini." Wina berkata dengan acuh.

"Benarkah? Berarti Nara sudah bisa kembali kesekolah hari ini?" tiba-tiba mata Dion kembali berbinar seperti anak kecil yang baru saja ditawari permen. Sedangkan Wina hanya mengangguk tak peduli.

Baru saja dia bergegas untuk mencari ponselnya, sebuah panggilan masuk kembali membuatnya tersenyum seperti orang bodoh.

"Sayang, aku merindukanmu," ucap Dion to the point begitu dia mengangkat panggilan yang ternyata dari Nara, kekasihnya.

"Astaga kak, kau mengagetkanku." ucap Nara di sebrang sana.

"Aku benar-benar merindukanmu sayang. Kau bahkan tidak menghubungiku." Dion menampakkan wajah yang memelas.

"Yakk kapan aku tidak menghubungimu. Bahkan sekarang, aku sedang menghubungimu." Nara mendengus.

"Baik-baiklah. Ayo bertemu, kita makan siang bersama," ajak Dion dengan penuh harap.

"Maafkan aku, tidak sekarang, aku benar-benar sibuk. Aku akan menemuimu nanti." jawab Nara dengan penuh sesal.

"Hah, baiklah. Aku akan menjemputmu setelah pekerjaanmu selesai."

"Baiklah. Ah sampaikan salamku pada macan betina disampingmu. Hahaha." tawa Nara dan Dion meledak seketika yang tentu saja membuat Wina sebagai korban menghadiahkan mereka tatapan membunuh dengan suka rela.

Setelah percakapan singkat itu, Nara dan Dion mengakhiri panggilan teleponnya.

"Puas hah? Bukannya berterima kasih. Kalian malah mengolokku," protes Wina tidak terima.

"Ayolah Win, kita hanya bercanda. Kau ini sensitif sekali. Membuatku ingin menciummu."

"APA?" Wina membulatkan matanya. "Kau gila!" tiba-tiba saja Wina menjadi gugup dengan perkataan Dion barusan.

"Hahahhaa, aku hanya bercanda. Bibirku hanya milik Nara." Dion terkekeh dan mengacak rambut Wina sambil melaluinya, membuat sang pemilik rambut menggeram kesal.

"Nara tidak akan selalu menang." Wina menggeram dalam hatinya dengan tangan terkepal.

✿✿✿✿✿

Nara menghela nafas panjang setelah menutup panggilan bersama kekasihnya. Dia tersenyum dengan senang, kelakuan bodoh kekasihnya itu selalu membuat dia melupakan semua beban hidupnya.Termasuk tentang perjodohan. Nara sebenarnya bukan tipe orang yang akan terlarut dalam suatu permasalahan, tetapi dia sadar jika ayahnya juga bukan seseorang yang mudah untuk ditaklukan. Siwon memang sangat memanjakan Nara dan selalu menuruti semua keinginan anak itu, tapi pernikahan adalah sesuatu yang berbeda dan Nara juga sepenuhnya sadar jika pernikahan yang diinginkan ayahnya bukan hanya antara dua manusia atau dua keluarga saja, melainkan dua perusahaan. Fakta tersebutlah yang tidak bisa Nara abaikan begitu saja.

"Aku tebak, pasti kekasihmu kan?" tanya seseorang yang menyadarkan Nara dari lamunan singkatnya.

"Astaga, bibi mengejutkan ku. Aku kira siapa," Nara cukup terkejut dengan kehadiran tiba-tiba seseorang di sampingnya.

"Kau selalu senyam-senyum sendiri setelah menerima panggilan darinya."

"Apa begitu kelihatan ya bi?" Nara memerah malu seperti anak kucing yang tertangkap mencuri ikan.

Orang disamping Nara hanya tersenyum mengangguk. "Kau pasti sangat mencintainya."

"Ya aku mencintainya. Hanya saja, aku tidak yakin kami akan berakhir bersama atau tidak," Nara menatap langit-langit seolah-olah sedang menerawang masa depan bersama kekasihnya.

"Kenapa? Kalian bahkan belum mencobanya."

"Bibi pasti sudah sangat kenal dengan ayah, aku tidak yakin semua akan berjalan sesuai keinginanku." Nara menyandarkan kepalanya pada pundak orang yang dia panggil bibi tersebut.

"Apapun itu, bibi berharap kau bahagia sayang. Tapi jika bibi boleh berpesan, jangan terlalu kukuh pada apa yang belum tentu dan jangan pula terlalu keras pada apa yang tak kau suka.  Maksud bibi, kita belum tahu mana yang terbaik buat kita. Belum tentu apa yang menjadi pilihan dan kita perjuangkan saat ini itu terbaik buat kita, dan belum tentu juga pilihan ayah mu itu buruk hanya karena kau tidak suka." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dia mengusap wajah Nara dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak tahu bibi. Aku berharap keinginanku dan ayah bisa sejalan," jawab Nara dengan senyuman hambar di wajahnya. Nara tahu ayahnya menginginkan menantu seorang pewaris, tapi kekasihnya Nara jelas adalah anak kedua meskipun Nara tidak tahu siapa kakaknya, tapi dia pernah mendengar dari Dion jika kakaknya adalah orang yang akan menggantikan ayahnya mengelola perusahaan dengan begitu sudah bisa dipastikan bukan Dion yang ayahnya Nara inginkan.

"Mau bibi ceritakan sebuah kisah?" tawarnya.

Nara mengangguk tanda setuju. Kemudian dia membenarkan posisi duduknya dan mulai menyimak apa yang dikatakan oleh bibinya itu.

"Dulu bibi punya seorang teman yang kondisinya cukup mirip denganmu sekarang. Dia punya kekasih dari keluarga kaya raya yang hidupnya sudah ditentukan oleh keluarganya. Mereka saling mencintai, setiap hari selalu mereka habiskan bersama, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Mereka sama-sama tahu kalau semuanya tidak akan berakhir sesuai dengan harapan mereka. Namun mereka memilih memaksa untuk tetap berhubungan dan mengabaikan larangan keluarga sang kekasih. Sampai suatu hari mereka mengambil keputusan yang sangat berani, mereka menikah dan pergi meninggalkan keluarga besarnya. Mereka pikir mereka akan bahagia tapi ternyata mereka salah. Setahun setelah mereka menikah, keadaan mulai berubah dan masalah mulai muncul dari berbagai arah yang menyebabkan teman bibi menyerah dan memilih meninggalkan anak dan suaminya."

"Anak? Bagaimana bisa dia pergi begitu saja?" tanya Nara cukup terkejut."Sekalipun berat, bukankah harusnya demi anak mereka bisa menjadi kuat?"

"Ya mereka sudah memiliki seorang anak. Entahlah, dia tidak menceritakan detail keadaannya seperti apa, yang pasti mungkin itu sangat berat." Dia menjeda kalimatnya sebentar. "Setelah kepergiannya, mantan suaminya menikah lagi dengan pilihan orang tuanya. Dan yang ku dengar, mereka bahagia sampai sekarang bersama anak-anak mereka."

"Lalu bagaimana dengan teman bibi itu? Apakah dia baik-baiklah saja? Maksudku bagaimana dengan anaknya? Apa mereka masih berhubungan?" Nara mengeluarkan beberapa pertanyaan untuk menjawab rasa penasarannya.

"Entahlah. Aku harap mereka bisa berhubungan, meski itu sulit."

"Nara harap hal seperti itu tidak terjadi pada kita." Nara memeluk perempuan di sampingnya.

"Jangan sampai terjadi padamu sayang."

"Pada bibi juga, terima kasih bibi. Nara selalu suka setiap kali berbicara dengan bibi Sarah," Nara tersenyum dengan tulus. Sementara perempuan yang dipanggil Sarah itu membalas senyuman Nara dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah sedang menahan gejolak perasaan yang siap ditumpahkan melalui matanya.

"Ayo kembali ke kelas sayang, anak-anak pasti sudah menunggumu. Mereka merindukanmu."

Nara mengangguk.

✿✿✿✿✿

Dean menatap pantulan dirinya dicermin sebelum meninggalkan ruangan kerjanya. Setelah merasa penampilannya cukup baik, dia bergegas mengambil beberapa kertas yang ada diatas mejanya.

"Semuanya sudah siap kan Sena?" tanya Dean pada sekretaris.

"Tidak ada satupun yang terlewat," jawab Sena dengan percaya diri.

"Kupikir hari ini Harry yang akan menemaniku." Dean melirik kearah Sena sekilas.

"Dia sedang menemani Sion,"

"Sion?" Dean yang semula sudah bersiap meninggalkan ruangan, kini menahan langkahnya.

Sena mengangguk. "Kurasa anak itu sedang manja, dia terus menghubungi Harry setiap hari." Sena terkekeh mengingat Harry yang sejak kemarin sedikit pusing dengan teleponnya yang terus saja berbunyi.

"Kau tidak apa-apa Sena?" Dean menatap Sena dengan serius namun juga ada sorot iba yang dipancarkan oleh matanya.

"Bos, kau apa-apaan sih. Aku baik tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Sena tertawa hambar.

"Perlu kuingatkan jika Harry  adalah suamimu Sena?" ucap Dean yang membuat Sena seketika terdiam.

"Ayo berangkat bos, aku tidak ingin membicarakan masalah ini di kantor." Sena mendorong tubuh Dean untuk segera keluar ruangan.

Dean menghela nafas kasar. "Kalian tidak seharusnya menjalani kisah serumit itu."

"Sudahlah bos, kau bahkan tidak pernah jatuh cinta. Jadi jangan sok tahu," Sena sengaja berkata demikian untuk membuat Dean bungkam. Salah satu senjata Sena untuk menaklukan Dean adalah kalimat tersebut.

"Tunggu saja.  Aku yang akan membuatmu diam!"

✿✿✿✿✿

"Kurasa kita tidak punya alasan untuk menunda perjodohan mereka." Siwon memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Kau terobsesi dengan anakku?" Daniel menyeringai.

"Hanya pada Dean."

"Kau benar-benar tidak basa-basi dan langsung memilih Dean."

"Aku sudah mempertimbangkannya. Lagipula Nara cukup mampu untuk mendampingi putramu." Siwon membanggakan anaknya.

"Kuakui Nara memang cantik dan manis, prestasinya juga tidak kalah menarik. Hanya saja aku belum tahu anakku sedang menyukai perempuan lain atau tidak." Daniel meletakkan sendok makannya dan mengelap mulutnya dengan tisu.

"Kurasa Nara adalah pilihan yang tepat. Dia bahkan bisa membuat orang lain jatuh cinta dengan mudah padanya." Siwon menyeringai seolah perkataannya barusan adalah sebuah kebanggaan.

"Kuharap begitu. Aku akan membicarakannya dengan Dean dan Dion." ucap Daniel yang diangguki kepala oleh Siwon.

"Kuharap anak bungsu mu bisa mengerti."

- TBC -

With Love : Nhana

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status