"Ibu, aku ingin menikahi Wina," ucap Nanda yang membuat Yona menghentikan segala aktivitasnya.
"Apa maksudnya Nanda?"
"Aku sedang meminta restu mu bu," Nanda berbicara dengan serius.
"Kenapa harus Wina?"
"Supaya tidak ada yang pergi dari rumah ini," Nanda menggenggam tangan ibunya. "Aku tahu ibu sangat sedih ketika mendengar Nara akan segera menikah."
"Bukan begitu Nanda, pernikahan itu tidak didasari oleh hal seperti itu. Ibu mau kamu menikahi seseorang yang kamu cintai, bagaimanapun pernikahan itu jangka panjang, untuk
Wina membuka tirai kamar apartemennya dengan perlahan. Sinar matahari yang masih belum tinggi mulai menampakan diri seiring dengan terbukanya tirai tersebut.Perempuan berusia 25 tahun itu menatap lurus kedepan, sebuah helaan nafas berat terdengar berkali-kali menemani dirinya menyambut pagi. Pikirannya menerawang jauh, mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupnya semenjak bertemu Nara dan keluarganya."Haruskah aku sejauh ini?" gumamnya pelan. Wina membenarkan bathrobe nya yang sedikit turun dan memperlihatkan pundak mulusnya. "Nara--Hah, kau seharusnya tidak serakah.""Wina, kenapa membuka tirainya? Kau mengganggu tidurku." tegur seseorang yang masih bergelut dengan selimut hangatnya."Ini sudah siang Dion," Wina berbalik dan menatap Dion ya
"Aku tahu kau brengsek kak, tapi ya jangan pegang-pegang tangan kakak ku juga!" Nara nyelonong masuk keruangan Dion, menghiraukan tatapan terkejut dari kedua orang yang sedang saling tatap itu."Eh? Nara bukan begitu," jawab Wina yang refleks melepaskan genggaman Dion. Sebelum Nara datang, Dion tengah meminta maaf kepada Wina atas kejadian tadi malam dan sekaligus memintanya untuk kembali merahasiakan perbuatan mereka."Hm, apapun yang kau pikirkan, aku dan Wina tidak seperti itu sayang," ucap Dion yang kini sudah berdiri dan memeluk Nara."Memangnya apa yang ku pikirkan?" dengus Nara."Kali saja kau berpikir yang tidak-tidak," Dion mengusap kepala Nara dan mencium bibirnya sekilas."Mau makan siang denganku?" ajak Dion yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Nara.
Perlahan namun pasti seorang pemuda tampan terus mengecek jam tangannya berulang kali. Sejak tadi pandangan matanya juga terus mengarah kearah pintu sambil sesekali menikmati minuman dinginnya. Terlihat dengan jelas bahwa dia sedang menunggu seseorang.Setelah hampir 30 menit lamanya, akhirnya orang yang ditunggu nya pun tiba, terlihat dari senyuman yang mulai terukir diwajah tampannya."Maafkan aku kak, aku terlambat." ucap perempuan yang baru datang itu dengan nafas sedikit tersengal. Sepertinya dia baru saja berlari untuk sampai di cafe ini."Tidak apa-apa, duduklah Wina." Nanda mempersilahkan perempuan tadi untuk duduk, yang ternyata adalah Wina, adik angkatnya."Ada apa kak? Tumben sekali mengajak bertemu diluar," Tanya Wina to the point. Seperti biasa, Wina tidak pernah basa-basi terlebih dahulu."Ada hal penting yang harus aku katakan," Nanda menatap Wina dengan serius, membuat Wina sedikit mengernyitkan d
Setelah acara makan malam dan obrolan ringan di meja makan, Dean berpamitan kepada wanita disampingnya untuk segera pulang karena jam sudah menunjukan pukul 11 malam."Sebaiknya kau menginap saja, ini sudah sangat larut," terlihat raut khawatir dari wanita tersebut."Maafkan aku. Aku tidak ingin besok ayah memborong ku dengan banyak pertanyaan," Dean tersenyum lembut."Ayah mu itu selalu saja begitu, berbuat sesukanya dan mengatur mu," dengus wanita itu.Dean terkekeh pelan. "Aku hanya bisa menurutinya, lagipula dia juga selalu memperlakukanku dengan baik.""Meski dia keras tapi dia memang benar-benar mencintaimu dengan tulus. Buktinya sampai sekarang kau hidup dan tumbuh dengan sangat baik."Dean yang semula berniat pulang, kini malah menidurkan kepalanya di pah
"Vin ayolah, aku tahu kau sangat menyukai musik.""Iya Ra, tapi sepertinya sekarang aku tidak bisa. Kau tahu sendiri aku sibuk dengan urusan cafe ini.""Aku akan membantumu di cafe tapi kau benar-benar harus mau menerima tawaranku. Yah Vin ya, ayolah," Nara merengek dan berusaha membujuk Yuvin."Ada apa sebenarnya, kenapa kau sangat ingin aku bekerja dengan Dion?" Yuvin mengalihkan pandangannya kepada Nara dengan serius."Tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa sayang saja dengan kesempatan yang ada. Agensi Dion sedang butuh penyanyi sekaligus model untuk acara perusahaannya, dan aku pikir ini
Nanda berjalan menuju balkon kamar, membuka tirai dan kemudian memilih untuk menikmati hangatnya sinar matahari pagi. Lengkungan bibir menghiasi wajah tampannya, entah apa yang membuat dia bahagia, yang jelas sejak bangun dari tidur senyuman itu hampir tidak pernah luntur dari wajahnya.Berbeda dengan Nanda, si pemilik kamar justru tampak menikmati paginya dibawah selimut tebal yang hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya. Tidurnya nampak tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran Nanda dan juga matahari yang semakin meninggi.Nanda memutar tubuhnya untuk menghadap pada sosok yang masih bergelung ditempat tidur itu, senyuman kembali terukir diwajahnya dan kali ini tampak begitu lebar. "Cantik," gumamnya pelan.EungghhTerdengar suara erangan kecil dari sosok yang sejak tadi menjadi objek perhatiannya. Perlahan mata itu terbuka, menampakkan kedua iris matanya yang tampak kesusahan menyesuai
4 jam sebelumnya..... Nara dan Dion pergi ke kediaman keluarga Siwon dengan maksud untuk memberitahu hubungan mereka kepada kedua orang Nara dan membujuk mereka untuk membatalkan perjodohan nya dengan Dean.Setelah sampai di sana, Nara berjalan dengan antusias dan bahagia dia bahkan sesekali bersenandung sambil terus mencari keberadaan kedua orang tuanya. Ah tidak lupa dengan tangannya yang masih bertautan dengan tangan Dion. Keduanya sepertinya sudah benar-benar yakin dengan keputusan mereka.Dion yang melihat kelakuan Nara pun hanya tersenyum. Dia tahu kekasihnya itu sangat bahagia. Dion tidak menyangka kalau Nara benar-benar ingin bersamanya.
"Bibi sedang a-- pa?" perkataan Nara sejenak terjeda saat pandangannya menatap kehadiran sosok lain selain Sarah.Kedua orang yang tengah memasak itu pun sontak membalik tubuhnya menghadap sumber suara."Oh Ra, kau sudah bangun?" Sarah menghentikan aktivitasnya dan tersenyum kearah Nara."Nara/Kak," ucap Nara dan pemuda di samping Sarah bersamaan. Sedangkan Sarah hanya mengernyitkan keningnya."K-kak sedang apa disini?" tanya Nara sedikit terbata."Kalian sudah saling mengenal?" tanya Sarah bingung.